16.7 C
East Java

Oligarki Melahirkan Sistem Politik Satu Tubuh Penyebab Kekacauan Harus Dilawan

Loading

Jempolindo.id – Jember.  Menyikapi situasi yang berkembang belakangan, Jempol (J) mencoba menguak bersama Aktivis Mahasiswa Muhammad  Wildan Alfaridy  (W). Senin (30/9/19).   Berikut hasil wawancaranya.

J  : Selamat malam Mas Wildan…

W : Malam cak, ada sesuatukah ?

J  : pingin ngobrol soal situasi terkini,            bisa    ya …

W : monggo cak, tapi atas nama pribadi        ya cak….

J  : Ok lah…. Menurut sampean apa              yang diharapkan aksi mahasiswa              dalam gerakan demonstrasi yang            semakin masive

W : wah saya harus berhati hati ini.                Mulanya kawan mahasiswa bergerak  menolak beberapa RUU yang dinilai sudah ngawur. Itu jelas sudah dalam pernyataan kawan kawan.

J : kok opininya jadi dibelokkan ya, katanya mahasiswa ada yang menunggangi, lalu mengarah pada penggulingan presiden atau penghadangan pelantikan Jokowi

W : Saya kira itu salah, tidak ada niatan mahasiswa ke arah makar, apalagi upaya menghadang pelantikan segala. Kalaupun ada opini yang dikembangkan kearah itu, saya kira tidak benar.

J : baiklah, kita yakini saja mahasiswa jernih. Lalu menurut Sampean apa sebenarnya yang terjadi dengan bangsa ini.

W : ya ya lah, kami mahasiswa tidak bodo kok bisa dibelok belok kan seenaknya. Saya kira kita masih on the tract. Jika mencermati situasi kekinian, akar masalah sebenarnya pada sistem politik yang mulai tidak jelas

J  : Tidak jelas maksudnya bagaimana ya ?

W : Jika mengacu pada teori trias politica, seharusnya eksekutif, legislatif dan yudikatif terpisah secara tegas

J  : lho kan memang begitu, apa ada yang salah dalam pengamatan sampean ?

W : coba dicermari bagaimana peran DPR sudah tidak lagi mewakili konstituen yang memilihnya, anggota DPR itu wakil Partai dan bukan wakil rakyat.

J : kok bisa begitu, bukankah mereka dipilih rakyat ?

W : Faktanya, 500 anggota DPR itu hanya diwakili oleh para ketua Fraksi, artinya suara 500 orang cukup diwakili segelintir orang saja. Sementara fraksi merupakan cerminan partai.

J :  harusnya bagaimana ?

W : seharusnya tidak perlu ada fraksi, biar setiap anggota DPR punya suara yang sama untuk menyuarakan aspirasi  rakyat yang memilihnya.

J : bukankah anggota dewan juga terikat dengan sistem kepartaian ?

W : ya saya kira mesti di evaluasi dalam model pemilihan. Plus minus memang. Ini dampak dari model proporaional terbuka, rakyat memilih wakilnya secara langsung, akibatnya ongkos politik menjadi mahal. Mahalnya ongkos politik menyebabkan terjadinya upaya tak sehat untuk membayar ongkos politik itu. Kabarnya satu partai politik harus menghabiskan 4 trilyun dalam satu Pemilu.
Memang banyak model yang bisa ditawarkan. Semisal, model  proporsional tertutup, sepertinya lebih simpel.

J : lalu apa korelasinya dengan Trias Politica ?

W : Pola ini berkembang menjadi saling mempengaruhi. Politisasi dalam penyelenggaraan negara menjadi sangat kuat. Contohnya, bagi bagi kekuasaan. Partai politik masih minta jatah kursi menteri, mungkin juga terjadi partai politik juga minta jatah jabatan Yudikatif. Ini yang saya maksud tak ada lagi pemisahan secara tegas antara legislatif, yudikatif dan eksekutif. Ketiganya menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan partai politik.

J  : apa dampak dari sistem yang semakin absurd ini ?

W : salah satu yang jelas terlihat hari ini, kenapa kita mahasiswa protes keras, karena  ada indikasi upaya keberpihakan kepada oligarki.  Rencana Undang Undang  terindikasi sekedar melegakan pihak pemilik kapital yang memiliki kepentingan ekonomi, akibat dari transaksi politik ekonomi.
Oligarki (Bahasa Yunani:  Oligarkhía) adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.

J : jadi karena alasan itu mahasiswa bergerak ?

W : selama terjadi upaya yang akan merugikan rakyat sudah pasti kami melawan. Apalagi aparat mulai represive.  Maaf cak, saya harus persiapan untuk besok menemani teman teman.

J : baiklah, trima kasih. Semangat berjuang.

Ngobrol bersama Wildan berahir. Sepertinya mahasiswa akan terus bergerak. Panjang umur perjuangan. (*)

Table of Contents
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img