Kocaknya Orang Madura Saat Kunjungan Jokowi

Loading


jempolindo.id. Mengenal orang Madura lebih jauh, seperti mencoba mengenal perempuan yang semakin dikenal semakin menggemaskan. Tampak garang, tapi sebenarnya berhati lembut.

Bagi orang Madura hanya ada dua hal yang tak bisa ditawar, yaitu Agama dan wanita.


Jika sudah ngomong urusan agama, orang Madura yang tidak sholat sekalipun bisa teriak jihad secara spontan hampir tanpa komando.


Orang Madura bisa bedakan dengan baik soal sorga dan neraka. Maling, perampok bahkan penjudi sekalipun bagi orang Madura sholat tetap wajib.

Meski sedang asyik berjudi, kalo dengar kumandang adzan, mereka berhenti berjudi untuk sholat.


Begitupun jika berhubungan dengan perempuan, lelaki Madura rata-rata pencemburu. Jika kekasihnya diganggu maka urusannya pasti nyawa jadi taruhannya.


“Tembeng pote matah bengok pote tolang” ( lebih baik mati daripada malu).
Itu semboyan orang Madura yang tidak mau malu atau dipermalukan.


Kedatangan Jokowi baru lalu, semua pihak dipusingkan dengan ucapan Mole dan Pole. Dua kata yang ahir katanya sama, tetapi punya makna berbeda. Mole berarti Pulang, Pole berarti Lagi.


Diucapkan saat menyambut Jokowi, tentu saja dalam jumlah yang cukup besar. Menjadi kabur di antara mole dan pole. Antara mengusir atau berharap jadi presiden lagi.

Kabarnya Ali Mochtar Ngabalin kebakaran jenggot dengan kenakalan orang Madura itu. Ngabalin menilai nyanyian itub memenghina Jokowi, karena Ngabalin memaknai ucapan itu dengan makna mengusir.


“Itu bukan watak orang Madura yang agamis, saya hapal watak orang Madura,” kata Ngabalin sok tahu soal orang Madura.


Ngabalin tak tahu cara beragama orang Madura yang unik. Memang orang Madura punya standar etik dan moral yang ekstrim, suatu saat bisa sangat tawaduk tetapi juga sangat brutal, tergantung pada banyak faktor.


Kesantunan kritik orang Madura juga bisa dilakukan dengan sangat lembut, seperti kebiasaan dengan plesetan kata yang seperti yang dilakukannya saat kunjungan Presiden Jokowi adalah hal lumrah, biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


Sindiran itu dilakukan bukan dalam rangka kurang ajar. Orang Madura Hampir tak punya karakter makar terhadap pemerintah.

Ulama bagi orang Madura adalah panutan yang ucapannya tak boleh disanggah. “Takok cangkolang” (redaksi: takut nglamak).


Ekspresi kritis orang Madura disampaikan dengan sikap diam. Jika sampai meluapkan perasaan dengan kata maka sudah tentu ada yang tak tertahankan.


Yeni Wahid, putri Gus Dur, mengartikan ucapan pole orang Madura sebagai harapan agar Jokowi menjadi presiden lagi.


“Orang Madura antusias menyambut Pak Jokowi, semua meminta salaman, meminta izin Pak Jokowi luka,” kata Yeni.


Yeni mungkin lupa soal sikap orang Madura tentang kepemimpinan. Bagi orang Madura Gubernur Jawa Timur tetap Moh Noer, yang lain hanya penggantinya saja. Presiden ya tetap Soekarno yang lain hanya penggantinya saja.


Mengusir atau meminta, yang paling tahu orang Madura sendiri yang mengucapkan kalimat mole atau pole.

“Reng Madureh lakar ge oge “(#)

Table of Contents