Oleh : Satrio Budi Darmawan *)
Saya menulis diruang kerja saya, selama 30 menit dan tidak meng”korupsi” jam kerja, dibarengi secangkir kopi dan diiringi alunan musik Koes Plus yang berjudul Kolam Susu.
Menanggapi Debat Capres & Cawapres sesi 1 semalam yang sudah kita saksikan bersama. Sejak magrib saya sudah menunggu didepan layar televisi. Selama proses menunggu, perasaan deg deg an layaknya menunggu pertandingan Juve jika sudah tampil di laga final Piala Champions.
Ada harapan pertandingan akan tersaji sportif, enak ditonton, dan terlihat jelas kualitas permainannya. Tak peduli siapa yang akan mengaangkat trophynya jelas telah melewati suatu pertandingan yang memang layaknya dua tim yang berada di level final.
Paparan Visi dan Misi dimulai. Disini saya melihat masih okelah bisa dimaklumi walaupun saya lihat Petahana terlalu beretorika tidak seperti Oposisi yang selalu cadas.
Masuk pada Sesi Debat kekhawatiran atas masalah kisi kisi yang diberikan terlebih dahulu oleh KPU terjadi.
Tak ada paparan yang tampak murni keluar dari otak para pasangan Capres dan Cawapres baik dari Petahana maupun Oposisi.
Hal – hal yang krusial mengenai masalah HAM, Korupsi, dan Terorisme tidak substantif. Misal, Kasus penculikan 98 dan yang paling anget masalah Novel Baswedan.
Suguhan itu berlangsung sampai akhir acara. Petahana terlihat teksbook dan sudah sangat siap dengan materi kisi – kisi, sedangkan oposisi mengkritik belum memberi solusi yang nyata tetapi masih terlihat otentik.
Kita disuguhi tontonan dagelan ala ludruk, yang hanya mencari kesalahan – kesalahan kecil dari para pasangan, yang nantinya bakal menjadi bahan olok – olok saling serang antar kedua pendukung.
Kira – kira begini jika saya memberi nilai untuk masing – masing peserta debat:
Presiden Jokowi : Pak Jokowi bermain aman, normatif, sangat siap dengan apa yang akan diucapkan untuk membahas masalah ataupun menyerang pasangan oposisi. Mungkin teks didepannya sangat membantu, belum lagi tablet yg mungkin bisa membantu dia. Apalagi sehari sebelumnya sudah menggelar simulasi debat dengan tim kampanya nasional. Menyerang pribadi pak Prabowo pun beliau lakukan. Memakai bahasa buzzer pun beliau lakukan.
Kyai Ma’ruf Amin : Saya tidak banyak komentar mengenai beliau. Di banyak Lini Masa banyak membully beliau hanya sebagai pelengkap. Saya kira saya setuju dengan beberapa pendapat kawan saya, bukan tempat beliau ada disamping Pak Jokowi.
Pak Prabowo : Pak Prabowo selalu dengan bahasa yang meledak – ledak dan grusa – grusunya pada beberapa point masih nampak. Mungkin sudah geram melihat ketidak beresan selama ini. Tetapi yang saya akui, beliau tidak teksbook. Dan yang lebih saya akui “kesabaran” beliau pada saat diserang secara pribadi dan partainya oleh Pak Jokowi. Masih bisa menahan tidak menyerang balik. Padahal dia sangat bisa untuk itu. Kita tahu lah, bahwa Pak Jokowi pun mengatakan semalam kalo Pak Prabowolah yang mengantar beliau dan Pak Ahok menjadi Gubernur DKI. Saya paham apa yang dirasakan Pak Prabowo.
Sandiaga Uno: Saya hanya mengatakan DIA BINTANG SEMALAM alias MAN OF THE MATCH… Sangat santun, pintar, gaya bicaranya konstruktif, dan yang jelas melengkapi apa yang menjadi kekurangan Prabowo. Berbeda dengan Pak Jokowi yang selalu berujar “saya”, Sandiaga selalu bilang “kita/kami” Prabowo Sandi, disini sudah jelas menegaskan unggah ungguhnya. Calon pemimpin masa depan yang bisa memberikan penawaran baru.
Kedepan dirasa KPU merubah konsep debat selanjutnya. Eman masih ada 4 kali lagi. Rakyat ingin mengetahui isi otak para calon pemimpinnya. Dana yang katanya 5T untuk mengadakan acara Debat semacam ini biar ga mubadzir. Akal sehat masyarakat Indonesia harus diluruskan.
Hapus kisi – kisi. Biarlah terlihat siapa yang “KO”… Agar terlihat jelas siapa yang berhak mengangkat trophy jawara. Dan yang kalah bisa melihat dengan jelas apa yang menjadi masalah kekalahan yang didukungnya.
Semoga tulisan ini bermanfaat dihari Jumat berkah ini.
*) Penulis adalah Pegiat dan Pemerhati Sosial Politik