Waria dan Gay Datangi Puskesmas Umbulsari, ada apa ?

Waria dan gay
Keterangan Foto : Puluhan Waria dan gay datangi puskesmas Umbulsari Kecamatan Umbulsari Kebupaten Jember

Loading

Jember – Jempolindo.id –  Puluhan Waria dan Gay kunjungi Puskesmas Umbulsari untuk melakukan pemeriksaan diri, Mendadak, ruangan belakang puskesmas Umbulsari Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, yang biasanya hening, tiba-tiba ramai dengan kedatangan 20- an  waria dan gay  Jember Barat. pada Jum’at (13/08/2021) siang.

Waria dan Gay
Keterangan Foto : Yuli alias Yulianto, datang bersama 20 temannya, ke puskesmas Umbulsari untuk lakukan pemeriksaan kesehatan.

Pengakuan Yuli alias Yulianto, dia datang bersama sekitar 20 orang temannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Yuli yang pekerjaanya membuka salon kecantikan itu  mengatakan, sampai saat ini kondisinya masih sehat.

“Kami datang untuk melakkukan pemeriksaan kesehatan. Alhamdulillah, kami masih sehat,” katanya.

Waria dan Gay Lakukan Tes PCD

Menurut Petugas Tenaga Kesehatan atau Nakes Puskesmas Umbulsari, Habibi, mereka yang  tergabung dalam Komunitas Organisasi Ganti Warna atau Ogawa itu, datang untuk diperiksa kesehatannya,  awalnya mereka malu untuk diperiksa, tapi berkat pendekatan yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas Umbulsari, lama – kelamaan berkenan menampakkan diri, untuk diperiksa kesehatannya, setiap tiga bulan sekali.

Waria dan Gay
Keterangan Foto : Petugas Nakes Puskesmas Umbulsari, Habibi

Menurut Habibi, kegiatan yang sedang dilakukan di Puskesmas Umbulsari merupakan rangkaian dari kegiatan PCD (Passive Case Detection), yakni tes kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya. Setiap tiga sampai enam bulan sekali, sesuai dengan masa jendela, yakni masa inkubasi virus masuk ke tubuh.

“Jadi mereka datang secara sukarela untuk test HIV, karena merasa berisiko,” ujarnya.

Sedangkan di Lapangan, kata Habibi pihaknya dibantu oleh LSM Ogawa yang memberikan konseling dan layanan kepada anggotanya.

Dalam pemeriksaan sebelumnya, Habibi mengakui memang ditemukan adanya penyakit seperti HIV, infeksi menular seksual, yang pada stadium awal sudah ditemukan dan segera ditangani.

“Jadi lebih mudah untuk ditangani, untuk meningkatkan usia harapan hidup, dan produktivitas mereka,” jelasnya.

Menanggapi keberadaan komunitas LSM Ogawa, menurut Habibi merupakan komunitas aktif dalam menjalankan kegitannya, selain memiliki kegiatan produktif, juga melakukan kegiatan hubungan seksual yang sangat berisiko, seperti anal seks

“ Jadi kami anjurkan supaya lebih berhati-hati, supaya tidak terpapar virus HIV aids,” tegasnya.

Menurt Habibi, Komunitas Ogawa juga merupakan anggota masyarakat yang sama – sama punya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

“Harapan saya, seperti kepada masyarakat pada umumnya, mereka juga punya hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Kami berharap, semua warga umbulsari sehat, kami tidak memandang status,” tandasnya.

Tergabung dalam LSM Ogawa

Koordinator Lapangan LSM Ogawa, Mbak Ririn yang ditemui saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas Umbulsari, mengatakan jumlah Waria di wilayah Jember Barat mencapai 200 an orang, sedangkan jumlah Gay mencapai 700 hingga 800 an orang.

“Jadi tes rutin untuk teman-teman itu dilakukan setiap tiga bulan sekali di tiap wilayah,” ujarnya.

Waria dan Gay
Keteranagn Foto : Koordinator Lapangan LSM Ogawa Mbak Ririn

Kesempatan itu, Kata Ririn sekaligus dimanfaatkan untuk memberikan bantuan dari pendonor. “Bantun  pendonor kami dari Jakarta itu langsung kami berikan kepada teman-teman,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ririn menjelaskan perbedaan antara Waria dan Gay, yang menurutnya dapat dilihat dari postur tubuh dan cara mereka berdandan.

“Waria sudah bisa dilihat dari postur tubuh dan cara mereka berdandan, tapi kalau gay mereka masih kelihatan seperti laki-laki tulen,” jelasnya.

Kegiatan anggota komunitas Ogawa, menurut Ririn kebanyakan sebagai desaigner, salon kecantikan, perias dan kegiatan lainnya, yang sudah memberikan sumbangsih untuk kemajuan masyarakat. Diantaranya, kemajuan kegiatan JFC, Ririn mengklaim juga terdapat peran kaum waria.

“Karenanya kami berharap ada peran pemerintah untuk melakukan pembinaan, jadi jangan ada lagi anggapan kaum waria itu sampah masyarakat, yang hanya bikin kisruh,” pungkasnya. (Sofyan)