Trend Demam Berdarah di Jember Capai 43 Kasus

Loading

JEMBER – Trend demam berdarah Jember cendrung meningkat. Berdasarkan Data kasus demam berdarah dengue (DBD) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dalam waktu satu bulan terakhir (Desember 2021) menunjukkan jumlah 43 kasus. 

Kasi P2PM (Pengendalian Penanggulangan Penyakit Menular) Dinkes Jember dr. Rita Wahyuningsih mengatakan, untuk data DBD di tahun 2021 terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2020 lalu. 

“Kalau kita melihat trend kasus DBD di tahun 2021 terjadi penurunan angka, yakni ada 411 kasus. Sebelumnya, di tahun 2020 lalu, mencapai 945 kasus,” ucap dr. Rita saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di Kantor Dinkes Jember, Kamis (6/1/2022). 

Untuk satu bulan terakhir, lanjut dr. Rita, ini kasus DBD di bulan Desember lalu, sekitar 43 kasus. 

“Sedangkan angka kematian akibat demam berdarah, tidak ada kasus,” ujarnya. 

Diketahui, untuk angka kasus DBD di tahun 2021 terdapat di 2 Kecamatan. 

“Paling tinggi berada di Kecamatan Mayang dan Kecamatan Sumbersari. Yakni Ada 31 kasus,” kata dr. Rita.

Ia juga menambahkan, terkait penanganan dan pecegahan DBD. Masyarakat harus rajin melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). 

“Dan juga melaksanakan kegiatan rutin 3M (menutup, menguras, dan mengubur) yang dilakukan oleh masyarakat itu. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, jika sudah ada konfirmasi kasus, dan dinyatakan DBD. Maka dari pihak Puskesmas akan melakukann PE (Penyelidikan Epidemiologi). Yang nantinya dari hasil PE itu akan menjadi dasar kita untuk mengambil tindakan selanjutnya. Apakah akan dilakukan fogging, atau abatisasi,” tandasnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, Dirut RSD dr. Soebandi Jember, dr. Hendro Soelistidjono menyampaikan, saat musim hujan, biasanya terjadi lonjakan kasus demam berdarah. 

“Tapi, hingga saat ini mulai sebulan terakhir ini ada 8 pasien (yang dirawat di RSD dr. Soebandi). Untuk bulan Januari ini sama sekali tidak ada,” kata dr. Hendro. 

Dari 8 pasien itu, lanjut dr. Hendro, kondisinya sudah mulai berangsur membaik.

“Alhamdulillah bisa sembuh, dan tidak ada yang meninggal dunia,” ungkapnya.

Lebih lanjut dr. Hendro menerangkan, terkait pencegahan penyakit DBD yang bisa dilakukan masyarakat dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). 

“Seperti yang sudah sering terjadi, bahwa penularan nyamuk aedes aegypti ini karena hidup di tempat-tempat yang menggenang. Khususnya pada air yang jernih, bukan pada tempat yang kotor seperti got,” ungkapnya.

“Segera saja melakukan langkah-langkah antisipasi, dengan mengubur kaleng-kaleng dan menutup penyimpanan air. Sehingga tidak terjadi jentik-jentik nyamuk tersebut,” sambungnya. 

Dr. Hendro juga menambahkan, untuk gejala yang biasa ditemukan pada umumnya biasanya timbul bintik-bintik merah dan demam. 

“Kalau sudah timbul gejala seperti itu, segera saja memeriksakan. Karena pertolongan sedini mungkin akan menurunkan adanya penyakit tersebut dan mencegah kematian,” pungkasnya. (Fit)

Table of Contents