Pertahankan Jembatan Bambu Desa Mayangan, Rakyat Tak Bermaksud Melawan Bupati

pertahankan jembatan bambu
Keterangan Foto : Rakyat Desa Mayangan membentangkan spanduk diatas jembatan bambu, yang menghubungkan menuju arah pantai macema

Loading

Jember – Jempolindo.id – Rakyat Pertahankan Jembatan Bambu Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas, meski Bupati Jember H Hendy Siswanto sudah memerintahkannya untuk membongkar, rakyat tetap kekeh. Hal itu dilakukannya bukan  bermaksud melawan kebijakan Bupati Jember, melainkan hanyalah ingin diberi kesempatan  untuk tetap menyelamatkan kelestarian lingkungan. Dalam aksi pemasangan spanduk itu,  tampak puluhan warga Desa Mayangan memasang sepanduk membentang di Jembatan bambu itu. Sabtu (02/10/2021).

Spanduk itu bertuliskan:

“Ijinkan kami Mencari Makan” 

“Wisata Kearifan Lokal yang Kami Butuhkan”

Koordinator aksi M Sahid menegaskan, tujuan pemasangan sepanduk,  sebenarnya bukan bermaksud melawan  kebijakan Bupati Hendy, melainkan hanya sebagai wujud  keinginan Warga Mayangan untuk tetap mempertahankan jembatan yang sifatnya sementara, sampai rencana  bantuan pemkab Jember  sudah bisa direalisasikan.

“Ini sifatnya sementara, kalau memang kelak sudah ada jembatan permanen yang katanya akan dibangun Pemkab Jember, kami bersedia membongkar sendiri,” jelasnya.

Kesepakatan warga untuk meneruskan pembangunan  jembatan itu,  menurut Sugiono hanya sebatas mewujukan upaya  mengembangkan  wisata yang telah dirintisnya sejak lama. Mengingat, jembatan tersebut berfungsi sebagai akses jalan menuju  pantai MACEMA, bagi nelayan, warga, dan siapapun yang ingin menuju pantai.

“Tujuan hanya satu, untuk menyelamatkan lingkungan kawasan pantai, seperti yang sudah diprogramkan pemerintah dulu,” tegasnya.

Lebih lanjut Sugiono menegaskan, keinginan warga mempertahankan kawasan pantai Macema, bukan semata – mata untuk kepentingan ekonomi, melainkan juga upaya penyelamatan ekosistem, agar tidak sembarangan orang masuk, yang ujungnya hanya akan merusak kelestarian lingkungan.

“Kami kan hanya ingin ikut memberdayakan wisata kearifan lokal,” ujar Sugiono.

Sedangkan Fatturrohman, mengungkapkan adanya ketidak adilan perlakuan terhadap rakyat dan pengusaha tambak, urusan jembatan bambu menurut mereka sama sekali tidak akan mengganggu kebijakan pemerintah, bahkan masyarakat telah berinisiatif menyelamatkan lingkungan, dengan merawat Pantai Macema.

“Kenapa cuma kami yang di suruh patuh aturan, sedangkan para penambak yang nyata mengunakan sempadan pantai  sebagai tambak dan melanggar aturan di biarkan,” tukasnya.

Karenanya, Fatur meminta agar masyarakat diberi kesempatan  menyelesaikan pembangunan jembatan itu, terlebih Jembatan itu sudah menghabiskan anggaran Rp 21 juta, yang didapat dari hasil swadaya.

“Keberadaan jembatan tidak akan menggangu siapapun, dan tidak merugikan siapapun, malah bisa memberi ruang bagi  pemuda agar tidak menganggur,” tandasnya. (Sugito)

Table of Contents