Surabaya, Jempolindo.id – Sygma Research and Consulting menggelar Focus Group Discussion (FGD) jajaki kemungkinan Raden Margono Djojohadikusumo, Kakek Presiden RI Prabowo Subianto mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional.
FGD yang dimoderatori oleh Owner JatimUPDate.id Yuristiarso Hidayat itu digelar di Gedung PWI Jawa Timur dengan menghadirkan narasumber Pj Bupati Banyumas Iwannudin Iskandar, SH M Hum
Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim , Prof Dr Purnawan Basundoro,Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Unair dan Prof Drs Ec Abdul Mongid, Ahli perbankan, pada Jum’at (25/10/2024)
Dalam sambutannya Komisaris Sygma Research and Consulting Ana Lutfi, menjelaskan bahwa Sygma mencoba mengawali diskusi dengan memberikan apresiasi atas ketokohan Raden Margono Djojohadikusumo.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” ujarnya mengawali sambutannya.
Menurut Ana Lutfi, sejarah dunia membuktikan bahwa perubahan terjadi atas pemahaman tentang sejarah bangsanya.
“Tidak ada perubahan tanpa pengetahuan kita tentang sejarah. Sejarah menjadi penting atas agenda perubahan,” ujarnya.
Untuk kepentingan membangun Indonesia kedepan itulah, maka menjadi semangat yang mendorong Sygma untuk menggelar FGD.
“Untuk selanjutnya, Sygma akan akan Roadshow di 15 Kota di Indonesia, terutama daerah yang menjadi jejak Margono,” katanya.
Meski Pj Bupati Banyumas Iwannudin Iskandar tidak hadir dalam acara itu, karena berhalangan, namun menurut Ana Lutfi, giat FGD itu juga mendapatkan dukungannya.
“Beliau harus standby di Banyumas karena kepentingan kedinasan, namun saat Sygma berkunjung ke Banyumas, beliau telah memberikan dukungannya,” ujarnya.
Sekretaris PWI Jawa Timur Eko Pamuji, menyambut baik gagasan Sygma Research and Consulting yang menginisiasi usulan agar Margono mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
“Ini awal sinergitas dengan PWI yang baik, tentu penting untuk wartawan, agar tidak hanya menulis saja, tetapi ada upaya untuk memperkaya gagasan dan pemikiran,” katanya.
Sebagai moderator, Yuristiarso Hidayat, memberikan pengantar bahwa Sygma Research and Consulting mencoba mengkaji bagaimana Margono menjadi layak, diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.
“Melalui FGD ini kita akan kaji untuk mendalami peran Margono dalam meletakkan pondasi Perekonomian Indonesia, khususnya di bidang perbankan,” ujar Yuris.
Dalam paparannya Prof Purnawan, menjelaskan sejarah perjalanan kejuangan Raden Margono Djojohadikusumo, mulai dari masa sekolah, hingga menggagas berdirinya BNI, selain berfungsi sebagai bank sentral juga berfungsi sebagai Bank Sirkulasi.
“Disaat kondisi krusial, terdapat peran beliau untuk menyelamatkan rakyat, juga menyelamatkan perekonomian negara,” paparnya.
Selain menggagas berdirinya Bank Negara Indonesia, Margono juga berinisiatif mengumpulkan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat.
“Saya kira itu kelebihan beliau, peran peran yang pernah beliau lakukan, untuk menyelamatkan Indonesia,” ujarnya.
Disamping upayanya menyelamatkan rakyat, melalui pendirian perbankan, Margono juga mendukung peningkatan sumberdaya manusia dengan mendirikan Yayasan Hatta, yang didirikan di Yogyakarta dengan menyediakan buku bacaan yang dibutuhkan mahasiswa.
“Karena, Yogjakarta waktu itu menjadi pusat pergerakan mahasiswa,” katanya.
Karena perkembangan jaman, kini, perpustakaan Yayasan Hatta telah beralih fungsi menjadi pertokoan dan gedung gedung lainnya.
“Terdapat kira kira 10 ribu buku yang sudah berada di UGM,” katanya.
Prof Mongid juga menyatakan kekagumannya kepada pendirian Raden Margono Djojohadikusumo, meski sudah menjadi pejabat tinggi pemerintahan Belanda, namun memiliki semangat nasionalisme sangat tinggi.
“Dengan jabatan dan kekayaannya, beliau justru lebih memilih berjuang untuk Indonesia,” katanya.
Pada masa kemerdekaan, Margono juga manjadi bagian dari BPUPKI, yang meletakkan dasar pemikirannya untuk kedaulatan ekonomi Indonesia.
“Dengan mendirikan BNI, sebagai bank sirkulasi yang memiliki hak mencetak uang,” ujarnya.
Semula, BNI didirikan dengan modal 450 ribu, 100 ribu diantaranya adalah uang pribadi Raden Margono.
“Semangat itulah yang menunjukkan tekad beliau untuk membangun kedaulatan ekonomi, karena suatu negara itu kalau tidak punya Bank sentral berarti tidak berdaulat,” jelasnya.
Bahkan, ketika BNI sudah tidak lagi menjadi bank sentral, namun Margono berhasil menjadikan BNI sebagai bank komersil yang cukup sukses.
“Itulah, menurut saya mengapa beliau cukup layak diperjuangkan untuk mendapatkan status sebagai pahlawan nasional dibidang ekonomi,” tandasnya.
Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim, mengingatkan agar jangan sampai gagasan untuk mengusulkan Margono mendapatkan gelar Pahlawan Nasional malah menjadi kontroversi.
“Jadi harus dilakukan penelitian yang mendalam, sehingga bagaimana membuat beliau pantas mendapatkan gelar,” katanya.
“Kita harus menguatkan dengan data yang valid, tetapi dibagian mana Pak Margono layak diusulkan jadi Pahlawan Nasional,” imbuhnya.
Lutfil bersepakat bahwa usulan agar Margono mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, dapat dilihat dari keinginan besarnya agar Indonesia punya Bank Sentral.
“Upayanya itu tentu tidak sederhana, perlu pengorbanan,” ujarnya. (MMT)