SMA Negeri Jenggawah Siapkan Siswa Hadapi Tantangan Jaman

Loading

Jember _ Jempolindo.id _ SMA Negeri Jenggawah yang berdiri pada bulan Juli 1991, merupakan satu-satunya sekolah menengah atas di Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.

Terletak ditengah-tengah Kecamatan Jenggawah, tepatnya di Desa Wonojati, SMAN Jenggawah, merupakan sekolah negeri yang sudah berakreditasi A.

Mengutip laman resmi SMA Negeri Jenggawah, Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Merdeka, dengan menerapkan pendidikan karakter pada setiap unsur pembelajaran siswa dan menggunakan penilaian acuan norma, sehingga mampu mencetak siswa berprestasi dan berakhlak mulia.

Selama 31 tahun terakhir, SMAN Jenggawah berkembang cukup pesat. Pada awalnya hanya terdiri dari 3 rombel, kini SMAN Jenggawah mengawal 24 rombel dengan jumlah 834 peserta didik dan akan terus bertambah.

Kepada media ini, Kepala Sekolah SMA Negeri Jenggawah Siswo Suryono Spd Mpd, menjelaskan bahwa SMA Negeri Jenggawah memiliki beberapa program unggulan.

“Kami memiliki beberapa unggulan untuk membekali siswa dalam menghadapi tantangan jaman,” ujar Siswo, saat dijumpai diruang kerjanya pada Rabu (15/05/2024) siang.

Program unggulan itu diantaranya Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah, sebagaimana yang termaktub dalam

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.52/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2019.

“Dimana gerakan ini bersifat kolektif, berjejaring dan berkesinambungan,” paparnya.

Tujuan gerakan itu, kata Siswo, untuk menumbuhkan kesadaran siswa, agar ramah kepada lingkungan.

“Artinya, agar siswa ikut menjaga dan melestarikan lingkungan. Karena memang pemahaman siswa dan warga sekolah, terhadap isu isu lingkungan masih kurang,” ujarnya.

Melalui gerakan itu, kata Siswo, maka khususnya siswa dan warga di sekolah, memahami permasalahan lingkungan, diantaranya masalah sampah, dan masalah energi.

“Masalah energi, bagaimanapun menjadi perhatian kita, karena masih tergantung pada minyak, atau fosil, yang makin lama akan habis,” ujarnya.

Begitupun dengan masalah Global Farming, kata Siswo, yang juga menjadi perhatian bersama.

“Bagaimana menghadapi masalah lingkungan itu, maka kita lakukan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah,” ujarnya.

“Harapannya, melalui gerakan itu, maka akan berdampak positif, baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Siswo, SMA Negeri Jenggawah juga memiliki Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

“Bagaimana siswa memahami informasi, mengolah dan juga mempresentasikan,” ujarnya.

GLS, kata Siswo dilakukan dengan mendorong siswa gemar membaca buku, festival literasi, dan pojok baca di sekolah, agar dapat digunakan untuk memahami permasalahan yang ada.

“Seperti di ruang tamu ini kan, kami sediakan buku, sehingga kalau ada tamu bisa membaca buku buku yang tersedia,” jelasnya.

Ada juga, kata Siswo program Literasi Keuangan atau literasi Akunting, sehingga siswa memahami permasalahan keuangan.

“Itu sejalan dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang, anak anak bisa memahami dengan baik,” ujarnya.

Termasuk diantaranya, kata Siswo, penggunaan uang digital, diantaranya dengan menerapkan Kartu Siswa yang sudah terkoneksi dengan e-money.

“Meskipun masih terbatas, kita juga menggunakan QRIS (Quick Respond Code Indonesia Standard), yang dapat digunakan untuk alat pembayaran melalui platform digital lainnya,” paparnya.

Melalui program itu, kata Siswo, maka siswa sudah mulai mengenal digitalisasi.

“Itulah progam yang kami terapkan, agar siswa lebih adaptif dalam menghadapi permasalahan dan perkembangan jaman,” pungkasnya. (Slmt)

Table of Contents