Potret Sosial Jember, Sakdumi Perempuan Renta dan Buta

Potret Sosial
Sakdumi, perempuan buta warga desa klungkung kecamatan sukorambi jember, ahirnya bisa mendapatkan bantuan makanan siap saji dan selimut. Mata siapakah sebenarnya yang buta, mata Sakdumikah ? atau mata kita ?

Loading

JEMBER _ JEMPOL_- Sakdumi, Perempuan Renta dan Buta Itu, adalah Potret Sosial  Memprihatinkan. Terasa aneh, mendengar kabar, masih ada warga Negara miskin, yang tak tersentuh bantuan, apalagi hanya karena alasan rekaman  KK dan KTP. Seperti, yang dialami perempuan buta, bernama Ibu Sakdumi, warga Dusun Gendir Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi. Lalu mata siapakah yang buta, mata Sakdumikah ?

Sakdumi, tinggal dirumah sederhana bersama seorang putranya, yang tergolong Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), tentu perempuan tua renta itu, sudah tinggal di desa itu selama hidupnya, bukankah pasti punya tetangga, punya RT, RW, kepala dusun, dan bahkan tentu saja punya Kepala Desa. Dengan alasan apakah, sehingga hidupnya, yang bernasib semalang perempuan itu, hingga terabaikan.

Potret Sosial Kebutaan Mata Para Pemangku

Jika harus Dinas Sosial Kabupaten Jember yang turun tangan, sudah tentu menjadi kewajibannya. Hanya saja, alangkah sangat disayangkan, ketika untuk menolong sekedar mendapatkan hak-haknya saja, sepertinya harus mengalami kesulitan administrasi, yang terasa begitu rumit.

Perempuan Buta, sudah tentu tidak akan pandai baca tulis, ruang geraknya terbatas, sangat bisa dipastikan, ibu renta itu, tak akan pernah tahu, ada banyak jenis bantuan dari pemerintah, yang katanya untuk warga miskin dan tak mampu, seperti PKH, BLT, dan entah apalagi jenis bantuan yang ada, yang ironisnya, tak jarang malah yang mendapatkan justru bukan orang yang berhak.

Mendapatkan kabar tentang kehidupnan perempuan buta itu, Dinas Sosial Pemkab Jember, sepertinya yang malah mengambil inisiatif,  untuk turun langsung, menindaklanjuti pengaduan warga,  yang diketahui tidak pernah menerima Bantuan Sosial, berupa apapun.

potret sosial
Sakdumi, perempuan buta warga desa klungkung kecamatan sukorambi jember, ahirnya bisa mendapatkan perekaman kk dan ktp

Sakdumi Mendapatkan KTP

Hari Jumat, tanggal 7 Mei 2021 kemarin,  mungkin menjadi hari keberuntungan bagi perempuan malang itu. Atas bantuan dan fasilitasi dari pemkab Jember, Sakdumi diusahakan mendapatkan perekaman e-ktp, yang akan dipergunakan untuk mengurus guna mendapatkan jaminan sosial lainnya.

Plt Kepala Dinas Sosial Jember Widi Prasetyo, menuturkan pihaknya telah megambil langkah, agar Sakdumi mendapatkan hak nya sebagai warga Negara, yang wajib diayomi.

“kami dari dinas sosial telah mengambil langkah untuk memfasilitasi yang bersangkutan dalam pengurusan KK dan KTP elektronik ke Kantor Dispendukcapil Kabupaten Jember,” jelas Widi.

Hari itu Sakdumi mendapat KK dan KTP, lalu  janda tua buta itu langsung diantar pulang kerumahnya. Sepertinya tidak terlalu sulit, jika memang berniat membantunya, buktinya hanya dalam waktu sehari, identitas  sudah didapatkannya.

Bantuan Sosial lainnya 

Demikan juga, dengan anaknya yang katanya ODGJ, Widi mengatakan bahwa putra Sakdumi juga sudah didaftarkan untuk mendapatkan jaminan kesehatan.

“Bantuan yang dapat kami berikan, yaitu mendaftarkan Jaminan Kesehatan beliau dan anaknya yang ODGJ (orang dengan gangguan jiwa),” ungkapnya.

Disamping itu, Sakdumi dan anaknya juga mendapatkan bantuan lain,  lanjut Widi, yakni berupa kasur lipat, selimut, makanan cepat saji dan biskuit yang diambil dari stok bahan makanan pada Gudang Pusdalop Tagana.

potret sosial
Sakdumi, perempuan buta warga desa klungkung kecamatan sukorambi jember, ahirnya bisa mendapatkan bantuan makanan siap saji dan selimut

Sakdumi dan anaknya adalah potret kehidupan di desa, yang tampaknya sudah kehilangan rasa kepekaan sosial, ditengah jargon gotong royong. Hingga begitu lama, tak tersentuh pihak kecamatan dan pemerintahan desa.

Karenanya Widi berharap,  Sakdumi yang hanya tinggal berdua bersama anaknya, dipandang perlu adanya perhatian khusus, utamanya dari pemerintah desa atau kecamatan.

“Selama ini yang bersangkutan mengurus anaknya sendiri (memasak makanan dalam kondisi keterbatasan penglihatan alias buta),” ujar Widi. (*)