14.6 C
East Java

Bakesbangpol, FPK Bareng RRI Jember Gelar Dialog : Media Pemersatu Bangsa 

Berita Populer

Loading

Jember _ Jempolindo.id _ Bakesbangpol Kabupaten Jember, dan Forum Pembauran Kebangsaan Jember, gelar dialog bersama RRI Kabupaten Jember, bertajuk “RRI Sebagai Media Pemersatu Bangsa”, di Aula Sumitro, pada Selasa (15/08/2023) siang.

Dialog yang dipandu Presenter RRI Jember Gea Debora itu, menghadirkan Nara Sumber Kepala Bakesbangpol Jember Sigit Akbari, Kepala RRI Jember Yuliana Marta Doky, dan Wakil Ketua Forum Pimpinan Kebangsaan Ignatius Sumarwiadi.

Sebelum dialog berlangsung, disuguhkan juga seni budaya dari berbagai suku, yang ada di Kabupaten Jember.

Jember, jempolindo, Bakesbangpol Jember, FPK Jember, RRI Jember
Tarian saat Dialog di RRI Jember

RRI Media Publik 

Kepala RRI Jember Yuliana Marta Doky menjelaskan bahwa RRI merupakan lembaga penyiaran Pemerintah, milik siapa saja.

“RRI mengutamakan kepentingan publik, yang bekerja diatas semua golongan. Itu yang menjadi landasan setiap angkasawan RRI,” ujar Yuliana.

Namun demikian, dalam program siarannya RRI senantiasa mengacu pada rencana pembangunan nasional.

“Karenanya, dalam menjalankan tugasnya senantiasa selaras dengan program nasional,” ujarnya

Meski senantiasa selaras dengan program Pemerintah, kata Yuliana, RRI tetap menampung aspirasi masyarakat.

“Mungkin dulu ada anggapan bahwa RRI semata corong pemerintah, tetapi kini sudah menjadi milik publik. Karena, setiap ada masyarakat yang protes (terhadap kebijakan) kami juga melayani,” ujarnya.

Yuliana menegaskan, sejak RRI berdiri pada tanggal 11 September 1945, sudah 78 tahun RRI berperan aktif dalam mengawal upaya mempersatukan bangsa

Terdapat 7 agenda pembangunan nasional, kata Yuliana, dari ke tujuan agenda itu, dia menggaris bawahi agenda pembangunan kebudayaan dan Karakter bangsa.

“Kenapa menjadi skala prioritas, karena sebagai negara yang majemuk, maka pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa memegang peranan penting, yang menjadi identitas Ke Indonesia an yang majemuk,” tegasnya.

Sebagai media publik, kata Yuliana semua masyarakat bisa memanfaatkan RRI untuk menyampaikan informasi.

“Monggo, karena RRI bukan saja sebagai media publik, melainkan sebagai Rumah Rakyat Indonesia,” tandasnya.

Jempolindo _ Pendapat Kepala Bakesbangpol Jember 

Pada giliran kedua, dalam dialog itu, Kepala Bakesbangpol Jember Sigit Akbari menyampaikan bahwa dunia Informasi sudah berkembang begitu cepat, sehingga siapapun bisa menyampaikan informasi, dengan hanya menggunakan Handphone saja.

“Pengalaman saya, waktu menjadi Kepala BPBD Jember, banyak informasi yang didapat dari media sosial, yang hanya menampilkan vidio, namun kadang kadang kurang bisa dipertanggung jawabkan,” katanya.

Informasi yang beredar melalui konten media sosial, menurut Sigit, dimungkinkan merupakan berita hoaks, yang masih perlu ditelisik kebenarannya.

“Karenanya, kami sangat terbantu dengan pemberitaan RRI, yang sudah bisa dijamin kebenarannya,” ucapnya.

Sigit juga turut mendorong program dialog yang dirancang RRI bersama FPK Kabupaten Jember, untuk memberikan ruang dialog kepada 17 etnis di Kabupaten Jember.

“Ya, kami sangat setuju sekali, jika RRI memberikan ruang dialog kepada semua etnis. Apalagi, jika kemasannya dibuat semenarik mungkin, sehingga dapat disukai oleh kalangan Milenial,” ujarnya.

Paparan FPK Jember 

Wakil Ketua FPK Jember Ignatius Sumarwiadi, mengawali paparannya dengan berpantun.

“Membeli petaka untuk Pramuka, membeli bendara untuk upacara, sekali merdeka tetap merdeka, sekali diudara tetap diudara,” pantun itu dijawab para peserta dengan jawaban mantab.

Ignatius Sumarwiadi mencoba mengulas pernanan RRI dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

“Usia RRI sebenarnya lebih tua dari hari kelahirannya, karena pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10, seorang penyiar muda Yusuf Promodipuro, berani menyiarkan naskah kemerdekaan,” ujarnya.

Padahal RRI, baru dinyatakan berdiri pada tanggal 11 September 1945. Kata Sumarwiadi, itulah alasannya dia menyebut RRI sudah ada justru sebelum diresmikan kelahirannya

“Saat itu, tentu gedung RRI, dijaga ketat oleh tentara Jepang. Namun, Yusuf berani dengan lantang menyiarkan proklamasi kemerdekaan ke seantero dunia,” tegasnya.

Jelas, kata Sumarwiadi terdapat hubungan erat antara RRI dan Republik Indonesia. NKRI ada karena RRI, sebaliknya RRI ada karena NKRI

Koyo dene godong suruh, ora Podo wolak walike, nanging yen digeget Podo rasane. (Seperti daun sirih, yang kalau dibolak balik tidak sama, Namun kalau digigit rasanya sama),” kata Ignatius Sumarwiadi.

Dalam konteks ke Bhinnekaan, kata Ignatius Sumarwiadi, merupakan sebuah keniscayaan yang yang tak bisa dihindarkan.

“Ibarat mata uang, maka antara Ke Bhinnekaan dan NKRI, adalah keniscayaan dan kekuatan,” tandanya.

Pada ujung dialog, Ignatius Sumarwiadi menyampaikan terima kasih nya, karena telah memberikan ruang kepada FPK Jember, untuk menyampaikan seruan tentang ke Bhinnekaan.

“Saya, atas nama Pengurus FPK Kabupaten Jember menyampaikan terimakasih sebesar besarnya kepada RRI, yang telah memberikan kesempatan, kepada kami,” pungkasnya. (Gilang)

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru