“Bengkel Ateh” Digagas Mantan Bromocorah Yang Ingin Berbagi

BengkelAteh
Muzakki (tengah) bersama komunitas Bengkel ateh

Loading

Jember_jempol_ Bengkel Ateh digagas  mantan bromocorah yang kemudian sadar dan kembali ke jalan  yang benar. Muzakki,  Warga Desa Sukowono Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember  menggagas Bengke Ateh sebagai sarana untuk saling berbagi satu sama lain.

Dihubungi Jempol melalui phonsel nya, Kamis (15/04/2021) Muzakki menjelaskan Bengkel Ateh hanya ingin saling berbagi, terutama kalangan anak muda, agar tidak terjebak dengan pola hidup yang kurang baik.

“Tidak seperti pesantren atau yayasan, yang anak-anaknya dititipkan orang tuanya. Kalau di Bengkel Ateh ya kesadaran dari anaknya, untuk kemudian berkumpul untuk saling belajar mengaji,” kata Muzakki.

Bengkel Ateh, sudah berdiri sejak tahun 2019, memperhatikan namanya merupakan tempat memperbaiki kerusakan hati dan mental yang menurut Muzakki sering terjadi dikalangan anak muda. Semacam tempat rehabilitasi yang dilakukan dengan pola pendekatan.

Karenanya, Bengkel Ateh menjadi rumah yang nyaman untuk saling berbagi rasa dan pikiran, sehingga dapat saling topang satu sama lain dalam menanggulangi kesulitan hidup yang dialaminya.

“Kegiatan yang biasa kami lakukan,ya mengaji bersama sebisanya,” kata Muzakki.

"Bengkel Ateh" sukowono
kegiatan “bengkel ateh” bersama IKSAS Rayon Sukowono

Seperti yang dilakukannnya, bertepatan dengan kegiatan di bulan ramadhan dalam giat Dakwah on The Spot, Rabu (14/04/2021) Bengkel Ateh Sukowono bersama sub rayon IKSASS Sukowono melakukan pendampingan terhadap para pemuda yang diketahui aktif sebagai pelaku dunia hitam, tetapi setelah melalui pendekatan, mereka mulai ingin belajar untuk memperbaiki diri.

“Ya memang tidak lantas 100 persen sembuh, masih ada saja yang tidak bisa lepas dari jejaring lamanya,” tutur Muzakki.

Pemuda itu menjelaskan, keberadaan Bengkel Ateh juga didorong dari praktek pendekatan hukum yang bukannya menyelesaikan masalah, malah seringkali menambah masalah.

“Karenanya kami lebih suka menggunakan pendekatan dari hati ke hati, saling berbagi lalu sama – sama mencari solusinya,” kata Muzakki.

Kalaupun dalam perjalanan bersama ada anggota Bengkel Ateh yang belum sembuh total, menurut Muzakki tidak pernah ada sanksi harus dikeluarkan atau bentuk sanksi lainnya.

Seperti kejadian waktu ziarah ke Madura, tutur Muzakki ada anggota yang menggunakan obat terlarang, tanpa harus dikelurkan ,anggota yang menggunakan obat terlarang itu keluar dengan sendirinya.

“Mungkin dia malu sendiri, kalau saya gak pernah mengeluarkan anggota,” tegasnya. (uun)

Table of Contents