Unik, Bazar Ramadhan di Kampung Kreatif Arjasa Ada Musik Glondhang 

Loading

Jember _ Jempolindo.id_ Agak berbeda dan unik, Bazar Ramadhan yang di gelar di Kampung Kreatif JFC, Kecamatan Arjasa, ada penampilan Musik Tradisional Glondhang, pada Jum’at (22/03/2024) sore.

Kegiatan itu digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jember melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Arjasa menggelar Bazar Ramadhan.

Penampilan Kesenian Glondhang itu, cukup memberikan suasana yang cukup menarik perhatian dan terkesan berbeda.

Pada saat Bazar Ramadhan itu, juga menampilkan kesenian Ta’ Bhuta an, Musik Live, serta melibatkan beberapa UMKM yang menjual barang dagangannya.

Sedianya, kegiatan itu dihadiri oleh Bupati Jember Ir H Hendy Siswanto ST IPU, namun karena berhalangan, Bupati Jember diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember Bambang Rudianto.

Pada kesempatan itu turut hadir Muspika Arjasa, dan Perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Berikan SK Bupati hingga Gelar Bazar Ramadhan

Tak hanya menggelar Bazar Ramadhan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember juga membagikan SK Bupati terkait dengan Pokdarwis ke sejumlah Pokdarwis Jember.

Glondhang
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember Bambang Rudianto saat menyerahkan SK Bupati 

Kadisparbud Jember Bambang Rudianto mengungkapkan, kemajuan desa wisata merupakan amanah dari undang-undang.

“Desa wisata di Jember diharapkan bisa naik kelas. Hari ini, sudah ada tiga desa yang baru dapat sertifikasi nasional,” lanjutnya.

Menurut Bambang Rudianto, tiga desa baru itu, diantaranya Desa Adat Arjasa, Desa Wisata Budaya Klungkung, dan desa sidomulyo. Rencananya, nanti ada tambahan 26 desa lagi.

“Seperti kita tahu, area wisata Jember cukup komplet. Pesisir, pantai, dan laut ada. Lereng pegunungan juga ada serta wisata alam di perkotaan juga ada,” terangnya.

Bahkan, Jember Fashion Carnaval (JFC) hari ini telah masuk the best top Ten di Nusantara secara nasional.

“InsyaAllah JFC juga menjadi 3 tatanan karnaval terbesar di dunia,” tandasnya.

Untuk itu, beberapa potensi wisata di Jember perlu dilestarikan dan terus dikembangkan.

“Dengan begitu, dapat menjadi magnet bagi wisatawan Indonesia bahkan dunia,” tegasnya.

Apa Itu Kesenian Tradisional Glondhang ?

Secara khusus, melalui jaringan seluler nya, pembina kesenian Tradisional Glondhang Abdul Rasid, atau akrab disapa Cak Sid, menjelaskan bahwa Bazar Ramadhan itu menjadi ajang memperkenalkan Kesenian Glondhang, sebagai salah satu kesenian asli Jember.

“Sebenarnya kesenian ini merupakan asimilasi dari kesenian Madura dan Osing,” paparnya.

Sekira tahun 1800 an, kata Cak Sid, Masyarakat Madura datang ke Desa Biting, Kecamatan Arjasa. Kehadirannya membawa kesenian Madura bernama Glundhang.

“Namun karena sudah mengalami percampuran dengan bahasa Osing, maka kesenian ini, berikutnya bernama Glondang,” ujar Cak Sid.

Kesenian ini, kata Cak Sid, sejenis gamelan terbuat dari papan kayu , di iringi kenthongan .

“Dulu di Desa Biting, alat musik ini di pakai untuk acara setelah panen dan untuk merayakan dapatnya merpati yang tersesat di pagupon , merpati tersebut menjadi hak milik si pemilik pagupon,” katanya.

Untuk menunjukkan kegembiraan, kata Cak Sidz maka pada malam harinya si pemilik pagupon mengundang grup glondhang untuk nabuh musik Glondhang, agar keberhasilannya mendapatkan merpati di saksikan tetangg.

“Khususnya para pemilik pagupon pagupon lainnya,” katanya.

Selanjutnya, Cak Sid menjelaskan, bahwa menabuh dalam acara ini di sebut “nyathah” hampir mirip dengan istilah kothe’an atau aggutta.

“Bedanya kalo nyathah itu ada pakem sendiri tidak asal nabuh kayak kothe’an,” katanya.

Sedangkan perangkat alat musik Glondhang, terdiri dari:

1. Demung ,

2. Saron Lanang

3. Saron wadhon

4. Anakan /Peking

“Empat alat tersebut, terbuat dari kayu khusus yang bisa menghasilkan bunyi merdu seperti kayu nangka, waru dan jenis kayu lainnya,” ujar Cak Sid.

Selain itu, kata Cak Sid, juga ada alat musik lainnya, yakni

1. Kenthongan wadhon

2. Kenthongan Lanang

3. Keccer ,terbuat dari potongan bilah bambu yang di susun di tabuh menghasilkan bunyi cek keccer.

Menariknya, alat musik Tradisional Glondhang, menurut Cak Sid, memiliki filosofi tersendiri.

Cak Sid menjelaskan, makna dari nama alat musik tersebut,

1. Demung sebagai guru yg sifatnya membimbing dan mengarahkan alat musik lainnya

2. Saron Lanang sebagai ryhtem yang harus aktif , ibarat seorang suami harus aktif bekerja mencari nafkah untuk keluarga

3. Saron wadhon, di tabuh mengiringi saron Lanang atau kalo dalam istilah nabuh di sebut penerus , ibarat istri harus menjadi penyemangat suami

4. Kenthongan wadhon berfungsi sebagai style seperti drum dlm musik modern yang harus aktif dan penanggung jawab menjaga tempo. ibarat seorang ibu yg aktif menjaga gerak lahir batin anaknya.

5. Kenthongan Lanang, berfungsi sebagai penyeimbang kenthongan wadhon dengan tabuh yang tidak banyak variasi. Ibarat suami harus mengerti bahwa istrinya adalah ibu bagi anak-anaknya yang punya sifat welas asih aktif.

6. Anakan /Peking , alat ini bunyinya paling nyaring dan harus sesuai alat-alat lainnya, ini ibarat anak yang bersuara bebas, tapi dalam penjagaan dan pantauan orang tua dan guru

7. Keccer berfungsi sebagai pemanis , ini ibarat dunia pergaulan bagi si anak. (#)