18 C
East Java

Tradisi Jamasan Pusaka, Rahasia Kekuatan Magis Orang Jawa

Jember – Jempolindo.id  Tradisi Jamasan pusaka, yang biasanya dilakukan orang Jawa pada saat memasuki Tahun Baru Islam, tepat pada bulan Muharram atau masyarakat Jawa menamakannya sebagai bulan Suro, merupakan  tradisi  Memandikan Pusaka seperti Keris, Tombak dari peninggalan para leluhur. Seperti yang dilakukan Ridho Jambul,   Warga Dusun Krajan Desa Tembokrejo Rt 01/ Rw 03 Kecamatan Gumukmas-Jember, yang di tiap bulan Suro selalu Menjamas atau memandikan Pusaka peninggalan leluhurnya.

Lihat Juga Vidionya:

Saar ditemui dirumahnya, Rabu (18/08/2021), Ridho Jambul, tampak sedang memandikan pusaka. Sebelumnya Ridho  membakar dupa, ruangan tempat memandikan pusaka itu merebak bau wangi harum asap dupa. Sebuah panci berisi air bertaburan bunga tujuh warna, juga terdapat  bahan warangan terdiri dari  Asam Sulfat dan Kimia termasuk dengan Arsenik.

Sambil memandikan pusaka, Ridho bertutur bahwa pusaka bagi orang Jawa, merupakan simbol laki-laki. Karenanya, karakter dan watak pria dapat dilihat dari pusaka agemannya, jika bersih dan terawat, maka sudah tentu pria itu kepribadiannya baik, dan sebaliknya,

“Disamping, maksud dan tujuannya melakukan jamasan, akan berpengaruh terhadap  dikehidupan di tahun yang akan datang bisa menjadi lebih baik lagi,  itu bisa jadi pengaruh dari pusaka yang ia miliki tampak kelihatan lebih bersih,” ujarnya.

Disamping itu, menurut Ridho, memandikan pusaka pada bulan suro juga merupakan sarana laku bathin untuk mengingat-ngingat bahwa Keluarga Nabi Muhammad  berduka pada bulan suro, yang diharapkan pada bulan itu orang Islam turut prihatin atas petaka yang menimpa keluarga Nabi.

“Jadi ya pada bulan suro dimanfaatkan untuk mencuci pusaka, agar menjalani masa prihatin selama satu bulan. Seperti kita ketahui, pusaka itu bagi orang jawa identik dengan klenik, dan kekuatan gaib yang terkandung didalamnya. Jadi saat memandikannya juga harus menjalani ritual, laku bathin, dan yang terpenting dalam keadaan suci,” ujarnya.

Menurut Ridho, memandikan pusaka memang tidak harus pada bulan suro, boleh juga dilakukan pada bulan apapun.

“Tidak ada larangan untuk memandikan pusaka pada bulan apapun, hanya saja lebih afdol dilakukan pada bulan suro,” jelasnya.

Ridho Jambul mengenal pusaka,  sejak kecil sudah mendapat pelajaran dari kakeknya. Kebiasaannya memandikan pusaka itu,  mengaku sejak tahun 2010, dirinya sering dimintai tolong oleh warga.

“Mereka yang minta tolong ada  yang dari dalam kota dan  luar kota, seperti Madiun dan Kediri, untuk minta tolong memandikan Pusaka,” ujarnya.

Pusaka yang dimilikinya, bukan hanya buatan Jaman Sekarang, ada juga pusaka peninggalan dari jaman dahulu,  masih terlihat buatan Empu,  termasuk peningalan di Era Kerajaan Mataram dana Majapahit, seperti keris Carang Soka di Era Mataram Sultan Agung, sedangkan Keris Dapur Sabuk Inten peninggalan di Era Majapahit.

“Nah, karena karis itu terbuat dari sejenis besi yang memungkinkan mengalami karatan, sehingga perlu dirawat agar tampak bersih dari kotoran karat. Sehingga kelak anak cucu masih bisa menyaksikan karya para leluhur,” jelasnya. (sofyan)

Table of Contents
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img