Jempolindo.id – Jember. Sadar atas carut marutnya kondisi Jember, Ratusan Elemen masyarakat Jember menggelar Ruwatan Bumi Jember (RBJ), di Alun Alun Kabupaten Jember, Jum’at (23/8/19).
Partisipasi Ruwatan Bumi Jember
- Rasi Wibowo, 30 orang
- Agus Mashudi, Sullam, Didik Muzani 3 tumpeng
- Panji Nusantara 50 orang
- Iksan Al Tafsir 1 pembaca mocopat
- Agus Kecap 5 dos Air
- Miftahul Rahman 3 tumpeng
- Marta dkk 5 orang
- Gus Syef 1 gunungan dan sound sistem milik pribadi
- Kustiono Musri 3 tumpeng
- Komunitas Perempuan
- Dan banyak partisipasi lainnya yang tak sempat tercatat
Ruwatan diawali dengan membaca mocopatan. Sebagai simbol tradisi masyarakat Jember yang mulai ditinggalkan.
Usai Mur Salam membacakan mocopatan tentang kisah Nabi Muhammad SAW sejak didalam kandungan, Peserta ruwatan berkeliling mengitari alun – alun, sambil melantunkan Sholawat.
Ketua LSM LAPPAP Sullam tampak memimpin pembacaan sholawat. Sedangkan Tokoh LSM Gerpas Jumadi menaburkan bunga – bunga, hingga dipintu Pendopo Pemkab Jember.
Menurut Koordinator RBJ Kustiono Musri, acara itu digelar sebagai upaya spiritual untuk memohon kepada sang pencipta agar Jember menjadi lebih baik ke depan.


Jika disimak, menurut Kustiono, perjalanan pemerintahan kabupaten Jember selalu berujung dengan permasalahan hukum. Bupati Jember (almarhum) Drs H Samsul Hadi siswoyo Msi mengahiri masa jabatannya di penjara karena terjerat kasus korupsi, Bupati Jember Ir MZA Djalal juga mengahiri kekuasaannya dengan berbagai masalah korupsi, hingga menyebabkan Putranya Diponegoro meringkuk dipenjara, dan Mantan Sekda Sugiarto terjerat kasus korupsi.
Sedang, Bupati Jember dr Faida MMR sejak awal memerintah sudah membuat lubang bagi kuburnya sendiri, dengan berbagai permasalahan indikasi pemyimpangan kebijakan.
“Semua upaya sudah dilakukan teman – teman pergerakan untuk menyikapi permasalahan di kabupaten Jember. Kini tinggal jalan memohon kepada Allah SWT, agar rakyat Jember tidak terus terpuruk,” kata Kustiono.
Performa Pemerintahan Kabupaten Jember dibawah kendali Bupati Jember, menurut Kustiono sudah semakin berantakan.
Puncaknya, dapat disimak pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK tahun 2018. Jember mendapat predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
“Jika disimak penjelasan dari ketiga buku LHP BPK tahun 2018 harusnya predikat Jember disclaimer alias ditolak,” tegas Kustiono.
Sebegitu rupa perjuangan aktivis Kabupaten Jember menempuh berbagai jalur. Agus Mashudi dan Sullam, memilih jalur hukum dengan melayangkan berbagai gugatan tentang penyimpangan penggunaan anggaran dan kebijakan Bupati Jember yang dinilainya menyalahi aturan.
Sejak memerintah Kabupaten Jember dr Faida MMR, segudang persoalan yang disikapi dengan aksi turun kejalan. Kebijakan penanganan Guru Tidak Tetap (GTT), penanganan perburuhan, ketidak pedulian terhadap dunia pertanian, proyek rehab pasar dan masih setumpuk masalah lainnya
Anehnya, Faida tetap saja melakukan kesalahan dengan nyamannya bahkan hampir tanpa sangsi yang jelas dari pemerintah pusat. Bahkan, berbagai piagam penghargaan diraihnya. Tampaknya Faida adalah kenyataan begitu kuatnya konspirasi kekuasaan.
Karenanya, ketua ICC Nurdiansyah R meminta agar pemerintah pusat turun melihat kondisi yang sebenarnya terjadi.
“Mohon sampaikan kepada presiden Jokowi kalau perlu, barangkali ada kepanjangan tangan beliau di Jember,” kata Nurdiansyah.
Sementara, perwakilan Agama Nasrani Nugroho menyampaikan harapannya melalui ruwatan kondisi Jember akan semakin membaik kedepan.


“Sebagai bagian dari warga Jember kami berharap dengan acara ruwataj sebagai tradisi bangsa ini, Jember ke depan akan semakin baik, aman dan damai,” harapnya.
Ruwatan diahiri dengan berebut gunungan yang berisi buah – buahan, sayur mayur yang berasal dari bumi Jember.
Usai Moh Imron Rosyidi membacakan doa penutup, berikut peserta menikmati tumpeng dan beragam makanan yang mereka bawa sendiri. (*)