Pesilat Cimande Jember Gelar Ajang Silaturahmi

Loading

Bangsalsari – Jember – Jempol. Silat Tradisional Cimande Kabupaten Jember gelar ajang silaturahmi di Lapangan Desa Tisnogambar Kecamatan Bangsalsari. Minggu (23/3/19). Meski diterpa hujan deras,  setidaknya puluhan Perguruan Cimande yang turut memeriahkan acara itu berkesempatan menampilkan kemampuan terbaiknya.

Pesilat Mustika jaya Muhammad

Tampak hadir pada gelaran itu diantaranya Perguruan Mustika Jaya, Perguruan Panji Nusantara, Perguruan Pemuda Petung, Perguruan  Macan Tutul, Perguruan Kencong dan Perguruan Anak Soleh.

Penyelenggara Forum Silaturahmi Cimande Kabupaten Jember Nurdiansyah R   menuturkan, kegiatan yang digelarnya merupakan upaya mempererat jalinan silaturahmi antara perguruan silat cimande di Kabupaten Jember.

“Silat Cimande merupakan warisan leluhur yang sepantasnya kita lestarikan,” katanya.  

 Seperti diketahui, silat cimande merupakan aliran tertua yang berasal dari Jawa Barat,  yang  perkembangannya di Jember salah satunya bermula dari desa Petung Kecamatan Bangsalsari. Seiring perubahan jaman, cimande masih bertahan dengan gayanya yang khas.

“Memang di Jember corak jurusnya sudah banyak mengalami inovasi, tetapi  tehnik dasarnya masih tetap dipertahankan,” Kata pria yang akrab dengan sapaan Cak Noeng itu.

Lebi jauh Cak Noeng memaparkan,  melalui ajang silaturahmi itu, diharapkan akan tumbuh kecintaan masyarakat, terutama generasi penerus, terhadap kesenian pencak silat yang tumbuh dari akar budaya bangsa. Silat cimande diyakini merupakan  salah satu tameng yang dapat menangkis gempuran arus budaya global.

“Ajaran cimande didasari oleh  landasan moralitas, ahlak dan budi pekerti luhur, sebagaimana dapat dicermati dari talekan atau biasa dikenal keceran,” katanya.


Talekan atau Sumpah Cimande :

1. Patuh pada Agama
2. Patuh pada orang tua dan Guru
3. Patuh pada negara
4. Tidak Boleh sombong
5. Tidak Boleh Berzina atau merusak pagar  ayu
6. Menjaga kerukunan
7. Jika belum pupuh (talek) dilarang mempelajari jurus

Riwayat Singkat :

Sejarah Silat cimande menurut Cak Noeng terdapat banyak versi, tetapi semua bersepakat bahwa penciptanya adalah perempuan bernama mbah  Julaeha isti dari Mbah Khaer. Tokoh kunci cimande ini sampai detik ini tak ada yang berani menggantikan kebesarannya, sehingga di perguruan cimande tidak dikenal istilah guru besar.

Kisah ini berkembang sejak sekitar tahun 1786, di sebuah Kampung Babakan  desa Cimande Kabupaten Bogor. Cak Noeng enggan menceritakan lebih detail soal sejarah cimande. Dirinya memegang  prinsip “Hulu lebih jernih daripada hilir”

“ Sebenarnya bercerita soal silat Cimande sama dengan mengungkap kedalaman lautan yang semua orang punya tafsir berbeda,” tuturnya.


Versi Asal Silat Cimande :

Versi Pertama :
Kisah Nyai Julaeha yang diserang suaminya Mbah Khaer saat marah, karena sepulang dari berniaga dia  tidak medapatkan Nyai Julaeha dirumah, sehingga marah. Saat diserang, Nyai Julaeha mengindar dengan tangkas, sehingga menyebabkan mbah Khaer kecapekan, lalu bertanya : “Dari mana kamu belajar gerakan maen poho (gerakan menipu) ?” . Belakang hari silat yang dimainkan Nyai Julaeha dikenal dengan “Maenpo”

Versi Kedua :

Gerakan Silat Cimande diperoleh dari Ilham yang didapatkan Nyai Julaeha, karena saat itu beliau cemas banyaknya perampokan di jalanan, sementara mbah Khaer pekerjaannya berdagang yang  harus menempuh perjalanan berbahaya.

Versi Ketiga :
Gerakan silat Cimande sebenarnya merupakan warisan dari Syaidina Ali RA yang diwariskan secara turun temurun kepada anak cucunya.
Soal kebenaran dari ketiga versi itu belum ada penelitian yang valid.

Namun Cak Noeng menjelaskan bahwa kata Cimande menurut cerita turun-tenurun berasal dari istilah ‘Cai Iman anu Hade’ (Air iman yang baik) dan sebutan lainnya, ‘Ciri Manusa anu Hade’ (ciri manusia yang baik).

Ia menjelaskan bahwa manusia yang baik mempunyai ciri dua sifat yakni  “raga tak pernah bertengkar”  dan “rasa tak pernah bertengkar).

“Ajaran itulah yang kami tanamkan kepada generasi penerus cimande. kita hindari  menganiaya orang lain, gak pernah sirik, dengki, dendam pada orang lain, itu kalau kita mengaku sebagai manusia yang baik,” katanya.

Filosofi gerakan cimande, hampir seluruhnya adalah ajaran tentang menjalani hidup dan kehidupan.

“Maksudnya menunjukan  pada generasi cimande asal-usul kehidupan. Tarian Kembang yang dimainkan para pesilat sesungguhnya adalah  tarian yang memberi tahu dari mana kita berasal,” katanya.

Peranan Zarkasi :

Menurut Pesilat Panji Nusantara Khoiri, tokoh yang selama ini tidak tampak dipermukaan, tetapi cukup punya perhatian lebih terhadap berkembangnya kesenian Tradisional Pencak Silat Cimande adalah Zarkasi. Sejak lima tahun silam tokoh ini terlihat getol menggerakkan dunia kesenian tradisional.

Sosok Zarkasi yang kini mencalonkan diri sebagai Calon Legislatif  Propinsi Jawa Timur Dapil VI Lumajang – Jember  dari Partai Demokrat, terkesan mengindari resistensi politik yang hanya akan mengundang konflik.

“Tetapi peranannya tak diragukan lagi cukup konsisten, dengan caranya sendiri Zarkasi terus mendorong tumbuh kembangnya  kebudayaan  bangsa,” kata Khoiri. (*).

Table of Contents