SUMBAWA_Jempolindo.id_ Pria usia 84 tahun itu berjalan tertatih ditopang tongkat di tangannya. Matanya sendu menatap Kantor Kejaksaan Negeri Sumbawa di Jalan Manggis 7 Sumbawa Besar NTB. Selasa (22/10/19).
“Disini bapak mengawali karier,” ucapnya lirih.
Agung Basoegiat SH, memang bukan mantan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Sumbawa pertama, tetapi nama pria sepuh itu adalah Kajari paling berkesan di mata masyarakat Sumbawa.
Dalam memorinya masih tercatat kuat, sekitar tahun 1980-an, di sebuah Kantor Kejaksaan sederhana Agung berupaya melayani penegakan hukum buat masyarakat Sumbawa.
Kehangatan Kajari Sumbawa Iwan Setiawan SH M.Hum yang menyambutnya ramah, makin memudahkan Agung menguak memori lamanya.
Meski kantor tempatnya meniti karier itu kini sudah berubah lebih megah, pria asal Sidoarjo Jawa Timur, masih ingat betul setiap ruangan tempatnya bekerja.
Sesekali seorang Purnaja Kejari Sumbawa M Amin LM SH yang juga mantan anggota DPRD Sumbawa yang mendampinginya sesekali mengingatkan.
Agung yang didampingi putranya Yuristiarso Hidayat, wartawan senior Surabaya Jawa Timur yang telaten mendampingi ayahandanya, Usai bersilaturrahmi dengan Kajari Iwan Setiawan dan jajaran Adhyaksa Sumbawa, menyempatkan berbincang dengan wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Kejari Sumbawa.
Penuh keakraban Agung bertutur perihal lawatannya ke tanah Sumbawa yang dicintainya itu.
“Kami berkunjung melakukan Napak tilas dan silaturrahmi, mumpung masih sehat dan bisa berjalan. Sebelum ke Sumbawa saya juga berkunjung ke Larantuka Provinsi Nusa Tenggara Timur,” tuturnya.
Kembali Agung menuturkan kisahnya saat bertugas sebagai Kajari Sumbawa selama tiga tahun sejak 1980 sampai dengan 1983. Jumlah Jaksa dan Staf ketika itu hanya sekitar 25 orang.
“Kondisi gedung kantor sempit dan sungguh sangat jauh berbeda dengan kondisi gedung yang ada saat ini, dan secara umum perkembangan pembangunan didaerah ini sungguh sangat jauh dan dinilai maju dengan pesat,”ungkapnya.
Diluar rutinitas kedinasan, kala itu Agung menyempatkan diri hidup bersama warga Sumbawa yang ramah. Singang dan Sepat juga makanan khas Sumbawa yang tak terlupakan.
Namun sebagai abdi negara, betapapun kecintaannya pada Tanah Sumbawa, Agung harus tunduk pada perintah atasan. Pria itu tak dapat ketika harus dimutasi ke Bangkalan, lalu ke Palangkaraya, Sumatera dan terakhir Bengkulu.
Kini, Agung telah memasuki Purnabhakti (pensiun) sejak 25 tahun silam, tepatnya pensiun dari Kejaksaan tahun 1994 lalu dan kini bermukim menikmati hari tua bersama tiga orang anak laki-laki, menantu dan sejumlah cucunya di Sidoarjo Jawa Timur.
”Oleh karena itu saya berpesan kepada adik-adik yang masih aktif untuk dapat bekerja lebih profesional dan proporsional, karena tantangan hukum kedepan semakin besar,”tutup Agung.(*)