KISAH PARA “JAWARA” DI JEMBER AWAL ABAD KE-19

InShot 20200604 004701077

Loading

Oleh : Y. Setiyo Hadi *)

Screenshot 2020 06 04 00 49 43 89JAWARA, dalam judul tulisan ini, tidaklah mengacu pada pengertian Jawara sebagai pendekar atau orang yang mempunyai kanugrahan lebih dibanding lainnya, namun merupakan akronim (singkatan) dari JAWA & MADURA.

Warga dari etnik Jawa dan Madura merupakan etnik yang dominan di wilayah Kabupaten Jember. Para Jawara (Jawa dan Madura) ini berdiam, beraktifitas, serta hidup di wilayah Kabupaten Jember memiliki kisah yang panjang dan berabad-abad lamanya ada di wilayah Kabupaten Jember.

Thomas Horsfield, peneliti berkebangsawanan Amerika, pada tahun 1806 Masehi melakukan perjalanan penlitian di wilayah Pojok Timur Pulau Jawa serta beberapa waktu berada di wilayah Kabupaten Jember. Perjalanan Thomas Horsfiel selanjutnya dipublikasikan pada tahun 1807 Masehi dengan judul Reis Naar de Ooster-Streken van Java (Perjalanan menuju Wilayah Timur Pulau) Jawa.

Catatan dari Thomas Horsfield ini menggambarkan bahwa penduduk dari wilayah selatan Jember (District / Kawedanan Poeger yang meliputi Tanggul, Kencong, Gumukmas, Balung, Ambulu, dan Puger) lebih banyak terlihat Orang Jawa. Sedang ketika sampai perjalanan di Jember menuju Bondowoso, Thomas Horsfield secara eksplisit menyatakan bahwa penduduk antara Jember ke arah Bondowoso banyak dihuni oleh para pendatang dari Madura.

Para Jawara, penduduk Jawa dan Madura, telah menghuni di bagian-bagian wilayah Jember sebelum tahun 1807 Masehi. Para Jawara ini di kemudian hari menjadi warga penduduk yang dominan di wilayah Kabupaten Jember beranak pinak serta bercampur memunculkan keturunan gabungan Jawa dan Madura (yang kemudian akronimnya sebagai Jawara).

*) Penulis adalah penggagas Boemi Poeger Persada dan Bakoel Koffie (Pedagang Kopi Keliling)

Jember, 03 Juni 2020

Table of Contents