Jember – Jempol. Kirab pusaka asli Ponorogo yang digelar di Kecamatan Balung Jember, Sabtu (23/3/19) mendapat sorotan sejumlah media massa. Pasalnya, giat itu memang diakui sejumlah kalangan memiliki daya magnet tersendiri.
Pimpinan rombongan seniman reog Ponorogo, Langgeng Dwi yang menghadiri giat itu menyatakan kekagumannya.
“Alhamdulillah dari Ponorogo ada 17 orang yag hadir ke Balung, terdiri atas beberapa warok dan seniman pembarong khususnya maestro pembarong Kembar Mbah Suwandi-Suwondo serta seniman yang tergabung dalam yayasan reog Indonesia,” kata Langgeng

Kata Langgeng, jika bicara pembarong maka orang Ponorogo pasti terlintas sang Legendaris Pembarong Kembar Suwondo dan Suwandi. Kehadiran sang legenda itu memperkuat suasana kebatinan diantara para pelaku reog.


Tak salah jika Detik.com mengangkat tajuk Kirab yang dinilainya baru pertama kalinya digelar di Jember. Ke khasan acara itu justru ada pada Kirab Pusaka berupa Kepala Barong Dadak Merak yang berumur ratusan tahun. Pusaka peninggalan para warok itu diarak dengan melakukan long march sejauh kurang lebih 2 km menuju Lapangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kecamatan Balung.
Menurut Sekretaris Panitia Moh Ilham Wardana, barisan Kirab Pusaka diiringi para pendekar dan pesilat Cimande, seniman reog Ponorogo, beserta warok dan pembarong, serta grup jaranan. Sejumlah 25 kelompok Jaranan di wilayah selatan Kabupaten Jember tampak turut terlibat. Sambil membawa 20 tumpeng yang sedianya akan dimakan bersama sebagai penanda ritual reog, dalam tradisi “Kembul Bujono”, sekaligus simbol rasa kebersamaan.
“Tumpeng akan dinikmati bersama – sama sebagai pertanda rasa kebersamaan diantara pecinta kebudayaan Reog,” katanya.
Tak disangkal, seperti dilansir Jatim.Sindonews.com, menyitir pandangan Sejarawan Muda Setyo Hadi, menilai kegiatan itu merupakan rangkaian agenda seni warga Panoragan dan seniman reog asal Ponorogo khususnya gelar Kirab Pusaka Reog yang baru pertama kali terjadi di Jember.
“Saya sungguh sangat menyesal tidak bisa hadir karena ada acara di Malang,
padahal peristiwa ini [Kirab Pusaka Reog asli Ponorogo] merupakan peristiwa
langka, bahkan di Ponorogo saja belum pernah dilakukan. Sungguh peristiwa civil
over yang menajubkan dengan dibingkai silaturahim,” kata Setyo Hadi,
seperti dilansir Jatim.Sindonews.com
TribunJatim.com memotret kebudayaan Reog Ponorogo yang berkembang dan mengakar di Kabupaten Jember. Seperti dikatakan dosen Fakultas Ilmu Budaya dan Bahasa Universitas Jember Suharto, keberadaan 25 grup reog yang berkembang di Jember Selatan merupakan bukti bahwa memang terdapat sambungan sejarah yang dibangun dari eksisnya komunikasi kebudayaan.
“Dengan adanya kirab pusaka reog serta kehadiran para seniman reog beserta para warog asli Ponorogo ke Jember ini sangat menggembirakan sekali. Publik menanggapi positif, faktanya meski sempat hujan penonton sangat antusias hingga jalanan di Balung macet. Silaturahmi seniman ini mesti berlanjut terus,” kata Suharto, yang biasa dipanggil Mak Endon atau Mas Gendon.
www.malangpostonline.com mengangkat peranan mantan PJ Bupati Jember Zarkasi yang terlibat aktif mendukung suksesnya acara sakral itu.


Menurut Zarkasih dukungannya dilakukan karena menyadari adanya hubungan kultural antara masyarakat Jember dan Ponorogo yang sepertinya sudah terbangun sejak lama. Terdapat banyak bukti – bukti yang memperkuat dugaannya itu, diantaranya keberadaan trayek Ambulu – Ponorogo yang justru tidak masuk di Terminal Tawang Alun Jember.
“Hal itu saya rasakan ketika mempertahankan trayek angkutan Ambulu – Ponorogo yang harusnya ditutup, karena tidak masuk terminal Jember,” kenang Zarkasih, ulas www.malangpostonline.com . (*)