jempolindo.id – Jember – Mengamati Situs Beteng Boto Mulyo yang terletak di Desa Sidomekar Kecamatan Semboro, seperti menguak kisah kejayaan Kerajaan Kuta Dawung masa lampau. Sebuah kisah kelahiran Dinasti Tawang Alun yang hampir terlupakan. Situs itu nasinbnya serupa dengan situs lain yang bertebaran di Kabupaten Jember, tinggal puing puing yang hampir rata dengan tanah.
Spekulasi sejarah memang masih menarik jadi bahan perdebatan. Pengamat sejarah, Indra G Martowijoyo, menyoal jika situs itu dianggap sebagai peninggalan Majapahit.
“Saya pernah kesana, dan juru kunci mengklaim bahwa situs itu peninggalan Brawijaya Raja Majapahit. Saya kira lebih dekat sebagai peninggalan Kerajaan Kuta Dawung,” kata Indra.
Indra bergumen, logika sejarahnya, ditimur situs itu berdiri pusat kerajaan bernama Kuta Dawung ( sekarang Desa Paleran). Sebagaimana lazimnya, sebuah benteng pertahanan kerajaan pasti berada di dekat pusat kerajaan.
Apapun spekulasi sejarahnya, Masyarakat tak ingin terjebak hanya dalam perdebatan panjang, mereka mulai sadar sejarah dan mengenangnya agar tak sekedar menjadi dongeng, lantas terbersit gagasan berswadaya menggelar Festival Sidomekar. Sabtu, (8/12/18).
Kepala Desa Sidomekar Sugeng Priyadi menuturkan bahwa Festival itu bertujuan sebagai launching bagi kegiatan wisata Desa Sidomekar berbasis masyarakat, yang tengah dikembangkan oleh Pemerintah Desa Sidomekar dan disupport oleh Pergerakan HIDORA.
Sidomekar Festival, yang dihadiri Bupati Jember Faida menampilkan aneka musik dan tari tradisional, musik dan tari kontemporer, kolaborasi seniman antar bangsa, pameran pertanian, bazaar kuliner dan UMKM produk Desa Sidomekar dan desa sekitarnya.
Ditampilkan pula field trip wisata Desa Sidomekar keliling Pabrik Gula Semboro dan lahan tebu serta kebun jeruk milik warga desa, menggunakan transportasi lokomotif dan lori kuno milik Pabrik Gula Semboro.
Sementara terkait tema pelestarian cagar budaya, dalam rangkaian acara Sidomekar Festival juga akan dilaksanakan seminar dan bedah buku “Sejarah keberadaan Beteng Boto Mulyo”.
“Seminar ini akan dihadiri sejarawan, arkeolog, dan komunitas pemerhati sejarah dari Jember dan dari luar Jember,” pungkas Sugeng. (*).