Ekspedisi Jember Ideas Ke Jakarta (1)

Loading

Jakarta – Bersukur perhelatan  Tim Jember Ideas menuju Jakarta berkesempatan bisa bertemu dengan Anggota DPRRI Arif Wibowo dalam perjumpaan yang mengesankan. Lebih sekedar urusan politik, melainkan keakraban sambil belajar kesungguhan menjalani proses. Selasa (11/02/2020).

Usai seharian berkeliling kota Jakarta. Malam harinya kami terlelap di pinggir jalan. Sebelum pagi harinya harus kekawasan Kalibata.

“Duh, ada WA dari Mas Arif gak terbaca, semalam.jam 1,” kata Agus Kecap yang baru terjaga dari tidurnya.

Pagi itu, jakarta terasa sejuk, kami berlima, Dima Akhyar, Agung, Agus Kecap, Budi Santoso, Aku, dan Edi bergegas menuju  kompleks   rumah dinas Anggota DPRRI.

Tak sulit  kami mencari rumah dinas anggota DPRRI dari  PDIP itu. Sebuah deretan rumah tampak asri.  Pintu rumah sudah terbuka lebar.

“Iku mas Bagong wis tangi,” kata Agus Kecap, sambil bergegas turun dari mobil, menyapa lelaki yang disebutnya mas Bagong.

“Mulai mambengi wis dienteni, Mas Arif takon awakmu wis teko opo durung. Tiwas ayame papat tak beleh awakmu gak teko,” kata Mas Bagong.

Rupanya, kami sudah diharap kedatangannya sejak semalam. Bukan sekedar bercanda, mas Bagong sungguhan  menyembelih ayam.

Halaman belakang rumah dinas itu memang masih luas, dimanfaatkan buat piara ayam.

“Ben wis marine ayame  tak goreng, sarapan sego pecel yo ?,” mas Bagong sudah sigap menyiapkan sarapan pagi.

Sembari menunggu mas Bagong menyiapkan sarapan pagi dan menunggu Mas Arif bangun, kami mandi pagi bergantian.

Kawasan perumahan kompleks Perumdin DPRRI itu serasa  nyaman, Burung kutilang ramah bersiul diranting dahan.

“Wis agih sarapane wis siap,” kata mas Bagong.

Usai menikmati sarapan pagi nasi pecel khas madiun dan secangkir kopi, terdengar dari dalam ruang  suara serak menyapa.

“Tak kiro gak sido rene ,” pria itu mengenakan kaos oblong, celana pendek menyapa kami yang sedang bercanda.

Lalu saling bercerita  mengenang  kisah masa lalu. Diantara kami memang hanya  Agus Kecap yang punya banyak kenangan bersama mas Arif.

Perbincangan pagi hari yang mengesankan, terbebas dari formalitas yang biasanya membangun sekat pembatas.

Semua lompatan suasana hati lepas begitu saja dalam canda tawa. Hingga kami harus mengahiri perbincangan pagi itu.

“Ayo awak dewe budal disik, nyusul arek arek sing numpak bis saaken,” kaya Dima Akhyar.

“Yo wis, engkuk aku jam 11 nang kantor DPR,” kata Arif. Lalu kami berpamitan

Hari itu memang ada rombongan dari Jember atas nama Gerakan Rakyat Reformasi, kami dari Jember Ideas sebagian numpang bus mereka. Hanya menumpang, tidak terlalu banyak tahu tujuan para aktivis itu.

Kabarnya, mau menyampaikan aspirasi tentang situasi di Kabupaten Jember. Gak tau juga situasi apa yang mau disampaikan, terlalu berat untuk kami mengerti. (Bersambung)

Table of Contents