Antara Tajem dan 1 Muharram

0
573

Loading

Jempolindo.id – Jember. Mengambil judul tulisan “Antara Tajem dan 1 Muharram” sebenarnya sensitif. Warga Jember yang sejak era mantan Bupati Abdul Hadi sudah menganggap Gerak Jalan Tradisional Tanggul Jember yang digelar setiap tahun itu sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Jember, bisa tersinggung bahkan marah.

Status Facebook akun Raden Arjuna yang ditulis berbentuk kalimat tanya, menggelitik untuk dicermati. Entah Penguasa Kabupaten Jember menyadari atau tidak bahwa pada tanggal 31 Agustus 2019 bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1440 Hijriyah.

Raden Arjuna
Status Facebook Akun Raden Arjuna

Mungkin saja orang Jember lupa atau bahkan cuek saja bahwa penyelenggaraan Gerak Jalan Tajem bersamaan dengan Tanggal 1 Muharram.

Biasanya, tanggal 1 Muharram  warga Jember yang muslim, meski tak se sakral di wilayah Yogjakarta dan Solo, tetapi hari itu diperingati sebagai Tahun Baru Islam.

Sementara, sudah bukan lagi rahasia, peserta gerak jalan Tajem biasanya sangat beragam. Mulai dari yang serius mengikuti aturan Tajem, sampai anak – anak muda yang mengikuti dengan gayanya yang semaunya.

Memang, mungkin dalam Islam tidak ada perintah secara khusus terkait dengan peringatan 1 Muharram, sama hal nya peringatan tahun baru masehi juga tidak ada kewajiban, hanya saja tahun baru Islam juga sudah menjadi tradisi bagi ummat muslim untuk diperingati sebagai hari besar Islam.

Terbersit pernyataan Wakil Bupati Jember KH Abdul Muqiet Arif didepan Asosiasi Santri Jember (ASJ) yang memprotes atas kontroversi Cinta Laura saat digelarnya JFC.

Aksi Cinta Laura yang mendatangkan gelombang protes membuat para tokoh Jember juga mengingatkan pelaksanaan Tajem juga serupa dengan kasus Cinta Laura. Termasuk Wabup Jember yang menyatakan akan melakukan koreksi atas pelaksanaan Tajem.

Jika Pemkab Jember menyadari bahwa penyelenggaraan Tajem berbarengan dengan malam tahun baru islam, koreksi seperti apa yang sudah dilakukan ?

Bahkan mungkin memang mulai tidak menganggap penting hadirnya tahun baru islam bagi warga Jember, yang bisa jadi sudah terjadi pergeseran nilai ?

Atau sudah ada upaya koreksi atas pelaksanaan Tajem yang bersamaan dengan Tahun Baru Islam, misalnya dengan mengambil tema “Tajem dalam Rangka HUT RI dan Tahun Baru Islam” ?

Semua pertanyaan diatas  tentu belum terjawab, seperti apa koreksi atas pelaksanaan Tajem  yang dikatakan Wabup Jember,  belum jelas wujudnya.

Semoga pelaksanaan Tajem semakin baik dan sukses, tanpa ada bagian dari warga Jember yang tersinggung. (*)

Table of Contents