Ngaji Karo Ngopi  Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi

Loading

Malang (Ngajum)— Jempolindo.id Lebih dari seribu jamaah Mbetik memadati pengajian di Halaman Ponpes Dan Yayim Piatu Baitul Jannah Al Maun Dusun Krajan, Desa Ngajum, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jum’at (26/7/2024) malam.

Pengajian yang merupakan rutinan dari komunitas Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi tersebut, dihadiri beberapa stakeholder Kecamatan Ngajum.

Terlihat dalam pengajian dengan Tema Ngaji Karo Ngopi tersebut Jajaran Muspika, Kepala Desa Ngajum, beberapa tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sejumlah tokoh pemuda setempat.

Juga, beberapa ustadz yang menjadi rujukan warga desa dalam menyelesaikan masalah kehidupan dan soal agama, turut hadir.

Diantaranya adalah Ustadz Khoirul Anam, Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Dusun Babakan; Ustadz Deny, Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Jannah Al Ma’un; Ustadz Asnan; dan Ustadz Hasan Pengasuh Ponpes Nurul Haromain 74.

Sebelum pengajian dimulai, disampaikan sambutan panitia yang diwakili oleh Gus Paijo Abdi, yang mengungkapkan ribuan terimakasih atas partisipasi semua lapisan masyarakat dan Pemerintah yang telah berpartisipasi mensukseskan kegiatan Ngaji Karo Ngopi Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi Ngajum.

Ustadz Khoirul, Ustad Hasan, Ustadz Asnan, Ustadz Deny, sebagai narasumber dalam pengajian tersebut, disampaikan secara langsung dihadapan ratusan pasang mata dengan judul Hidup adalah Ujian.

Dalam catatan penulis, terangkum beberapa hal yang menjadi poin penting dalam pengajian kali ini. Diantaranya adalah pertama, bahwa manusia itu lahir yang secara tidak langsung juga telah disertakan dengan jatah kehidupan selanjutnya.

”Senang, susah, rejeki, jodoh, kaya, miskin, dan mati, misalnya. Semua itu sudah ada catatannya masing-masing. Nah, kalau sudah demikian, hidup kita ini sebenarnya ujian apa adzab? Pertanyaanya kemudian, kenapa hidup senang kok malah menjadi ujian?,” terang Ustadz Deni.

Seseorang, lanjutnya, ketika hidup senang, kaya raya, akan menganggap bahwa dirinya sedang disayang oleh Allah. Dan ketika ada orang lain yang sedang mengalami kesusahan, kelaparan, miskin, sakit dan lain-lain mengaggap bahwa Allah sedang mengujinya.

”Cara berpikir semacam itu tidaklah benar. Akan ada anggapan bahwa Allah tidak sayang pada hambanya. Bahkan sampai berani suudzon kepada kepada Allah. Ini yang tidak baik dan tidak benar. Bahwa semua yang kita lalui ini adalah ujian dari Allah,” jelasnya.

”Mestinya kita harus ingat. Bahwa tujuan hidup di dunia itu adalah untuk kehidupan di akhirat yang kekal. Hidup itu adalah ‘nandur’ kebaikan-kebaikan, meskipun berat dan yang paling berat adalah mempertahankannya. Sekali lagi, itu yang paling berat. Benteng terbaik kita dalam mengarungi hidup ini adalah sabar dan iman,” lanjutnya.

Sementara itu, menurut Maulana, salah satu peserta dari Padang Sumatra Barat yang merupakan pengusaha rumah masakan Padang mengatakan bahwa kegiatan ini sangat baik sekali, khususnya bagi saya secara pribadi yang haus dan perlu siraman-siraman rohani.

“Lebih dalam lagi, pangajian semacam ini, dapat menguatkan dan meningkatkan iman taqwa saya. Mudah-mudahan acara ini tetap istiqomah dan berdakwah semata untuk kebesaran Allah ta’ala,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh peserta Jama’ah yang dikenal dengan panggilan Pak Obenk. Baginya, kegiatan seperti ini perlu kita tumbuh-kembangkan ditengah-tengah kehidupan Masyarakat.

“Dengan cara bermajelis, berkumpul untuk ngaji seperti ini setidaknya menjadi titik awal penyambung silaturrahim. Menjadi titik awal pencegah dan penangkal aliran-aliran dan faham radikal bahkan dengan bermajelis seperti ini menjadi titik awal tindakan-tindakan kriminal dapat dicegah,” terangnya. [*]

Table of Contents