Jempolindo.id – Mengapa sudah banyak orang sholat, tetapi masih banyak kemungkaran?. Pertanyaan ini disampaikan terkait dengan manfaat sholat untuk kehidupan manusia.
Dalam Al-Qur’an, surat Al Ankabut ayat 45, disebut “Innash Sholata tanha anil fahsyai wal munkar”, yang artinya, sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Mencermati makna ayat Alqur’an tersebut, maka jelas bahwa salah satu manfaat sholat, adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Seharusnya, dengan sholat maka akan berkurang adanya perbuatan korupsi, merampok, mencuri, dan perbuatan terlarang lainnya.
Tetapi, mengapa tindak pidana, yang keji dan mungkar, justru angkanya semakin parah.
Bahkan, tindak pidana korupsi dilakukan oleh orang yang Sholat, seolah sholat yang dilakukan tidak berdampak untuk mengurangi niatnya untuk melakukan korupsi.
Harusnya, tanpa ada peraturan dan perundangan yang melarang perbuatan keji itu, jika sholat sudah dijalankan, maka dengan sendirinya akan mencegah perbuatan yang dilarang agama.
Apakah mereka yang sholat, tetapi masih melakukan perbuatan Munkar itu sebenarnya tidak sholat, atau pura pura sholat ?
Padahal jelas disebut bahwa Shalat adalah tiang agama, maka jika Tegal sholat nya, tegak agamanya, begitupun sebaliknya, jika roboh sholat nya, runtuh pula agamanya.
Mengutip laman KPK RI, yang memuat tulisan Dr. Rumadi Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama, menjelaskan bahwa kesalehan selama ini dianggap masih sebagai hanya sekedar kesalehan individual.
“Saya melihat ada kesalahan dari kebanyakan masyakarat kita dalam melihat atau memahami tentang kesalehan. Kesalehan masih dipahami sebagai kesalehan individual. Kalau orang taat beribadah, penampilannya religius atau sering mengajari orang sekitarnya mengaji misalnya, masyarakat langsung mempersepsikannya sebagai orang baik. Orang saleh,” paparnya.
Menurut Rumadi, kesalehan individual itu, belum bisa diejawantahkan kedalam kesalehan sosial. Sehingga, banyak orang Sholat, namun masih menyakiti orang lain, atau melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, seperti korupsi.
Selain itu, orang sholat, belum tentu menjamin sholatnya sudah dipahami dengan benar, sehingga hanya sekedar menggugurkan kewajiban ritual saja.
Artinya, sesungguhnya masih banyak orang sholat namun lalai dalam sholatnya.
Lalai dalam sholat, ada dua, yang pertama, lalai tidak mengerjakan sholat dan lalai setelah mengerjakan sholat.
Keduanya dikatagorikan sebagai orang fasik, yakni orang yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya.
Fasik (Arab: فاسق, translit: fhaasiq) secara etimologi berarti “keluar dari sesuatu”. Sedangkan secara terminologi berarti seseorang yang menyaksikan, tetapi tidak meyakini dan melaksanakannya.
Dalam agama Islam, pengertian dari fasik adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Ummat Islam yang tidak mengerjakan sholat, jelas mengingkari ke Islamannya, begitupun Ummat Islam yang mengerjakan sholat, tetapi masih mengerjakan kemungkaran.
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَا دِعُهُمْ ۚ وَاِ ذَا قَا مُوْۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَا مُوْا كُسَا لٰى ۙ يُرَآءُوْنَ النَّا سَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا
“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 142).
Didalam ibadah Sholat, terdapat perjanjian antara pelaku Sholat dengan Allah, yang diucapkan, sebagai komitmen kepada Tuhan, sang Pencipta Alam.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa orang yang sholat tetapi masih mengerjakan kemungkaran, berarti orang tersebut sebenarnya adalah orang yang hendak menipu Allah saja, tidak bersungguh-sungguh melakukan sholat.
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَمَا هُمۡ بِمُؤۡمِنِيۡنَۘ
Wa minan naasi mai yaquulu aamannaa billaahi wa bil yawmil aakhiri wa maa hum bimu’miniin
Artinya: Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Semoga, tulisan ini bisa mencerahkan kita semua. (MMT)