Sinau Wayang Bersama Dr Slamet

Loading

Jempolindo.id – Jember. Sore itu, Sabtu (20/7/19) kami berkesempatan sinau wayang  bersama Hakim Tinggi PT TUN Jakarta  Dr Slamet Suparjoto SH MHum di kediamannya, desa Jubung Kecamatan Sukorambi Jember.

Tak dinyana, hakim tinggi yang kenyang dengan persolan hukum itu menggemari dunia wayang sebagai sumber inspirasi dalam menjalani hidup. Ditemui dikediamannya sang Hakim sedang asyik memainkan salah satu wayang, bersama ki Dalang Ferry Wibisono dan putranya H Arif Suhatmanto. Bhisma Perdana

“Wayang itu gambaran bayang – bayang manusia yang didalamnya terkandung nilai filosofi sangat tinggi,” suaranya lembut seiring suara gamelan yang dimainkan Ki Ferry W.

Wayang menurut Slamet merupakan media pembelajaran ala orang Jawa untuk menanamkan nilai budaya. Hampir seluruh kisahnya tak lepas dari problematika Harta, Tahta dan wanita.

“Soal pengembangan critanya tergantung pada penjabaran sang dalang,” katanya.

Dalang merupakan tokoh sentral dalam pertunjukan wayang, yang memegang peranan penting dalam mememainkan cerita perwayangan sehingga menjadi hidup.

“Dalang itu singkatan dari ngudal ngudal piwulang, menjabarkan pendidikan kepada masyarakat penggemarnya,” tuturnya.

Tetapi Dalang tidak berarti apa- apa tanpa peranan dari para wiyogo (pemain gamelan) dan perangkat kerawitannya.

“Ini pembelajaran manajemen kehidupan,” tegasnya.

Seluruh sistem bergerak serempak berdasarkan laras nada yang terpadu harmoni dengan ketukan kerawitan berikut alur ceritanya.

“Simpulnya ada pada suara kendang, yang menggerakkan bunyi gamelan lainnya. Jika ada yang salah tidak perlu saling menyalahkan, cukup menyelaraskan kembali,” katanya.

Menurut Slamet, wayang sudah ada sejak sebelum Agama Islam datang. Dia membenarkan bahwa pengembangnya adalah Sunan Kali Jogo yang berhasil memadukan ajaran kisah Mahabarata dan nilai nilai Islam dalam sebuah pertunjukan wayang.

“Ya kalau nilai nilai wayang kita jadikan sumber ilmu dan isnpirasi tentu bangsa ini tidak seperti sekarang,” katanya.

Ki Dalang Ferry Wibisono menegaskan, dulu Wayang merupakan tuntunan bagi masyarakat. Seiring perkembangan jaman, lalu sepertinya wayang hanya sekedar jadi tontonan.

Ferry Wibisono
Dalang Muda asal Semboro Jember, Ki Ferry Wibisono

“Ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk mengembalikan dunia perwayangan tidak sekedar tontonan melainkan tuntunan atas tatanan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

Tampaknya mereka sedang mempersiapkan agenda besar untuk Jember. (*)

 

 

Table of Contents