Jember – Ricuh Piala Bupati Jember, kejadian pemukulan kepada Pelatih Club Sepak Bola Plasma Wuluhan Rike Manopo, memicu protes dari mantan pemain senior Persid Jaya Hartono, yang menilai keterlibatan Sekretaris ASKAB PSSI Jember Andik Selamet dalam tragedi itu, sudah kelewatan.
Dikonfirmasi media ini, Selasa (21/12/2021), Jaya Hartono menegaskan peristiwa memalukan yang dilakukan Andik Selamet telah dianggapnya mencoreng nama baik dunia persepak bolaan Jember.
“Tindakannya sama sekali tidak pantas dilakukan seorang sekretaris ASKAB, harusnya dia melerai agar tidak malah menimbulkan kekisruhan, bukannya malah ikut mengeroyok,” tukasnya.
Atas kejadian itu, Jaya Hartono mendesak agar Andik Selamet yang juga Bendahara KONI Jember itu mundur dari jabatannya sebagai Sekretaris ASKAB PSSI Jember.
“Kami sebagai pemerhati bola, menganggap ini merupakan tindakan yang tidak bisa ditolerir, karenanya saya berharap Saudara Andik mundur dari jabatannya,” tagasnya.
Peristiwa memalukan itu sempat beredar melalui vidio pendek berdurasi 1.01 menit, yang tersebar di media sosial. Saat pertandingan Piala Bupati Jember, antara Club Plasma Wuluhan dan Arsenal Sumberkalong, di stadion Notohadinegoro Jember. Senin (20/12/2021) sekira pukul 14.30, saat babak ke dua berlangsung.
Berdasarkan pengakuan Korban Rike Manopo, kejadian itu bermula dari aksi protes yang dilakukannya, gegara memperhatikan perilaku wasit yang dianggapnya tidak netral.
“Awalnya saya tidak suka dengan wasit tengah yang bertindak tidak adil, saya protes, saat saya protes hakim garisnya malah mencaci dengan mengeluarkan kata – kata kotor, bilang opo cangkeme cangkeme,” tuturnya sambil menirukan perkataan hakim garis.
Kata Rike wasit harusnya netral, saat pelanggaran keras padahal kena kaki dan kepala yang dilakukan pemain Arsenal, oleh wasit malah dianggap pelanggaran biasa.
“Jika pelanggaran dilakukan oleh pemain Plasma langsung diberi kartu peringatan,” tuturnya.
Begitupun, ketika Kapten Plasmas Mahrus Junaedi melakukan protes, pada babak ke dua langsung diberi kartu kuning.
“Penjaga gawang protes juga langsung diberi kartu kuning,” katanya.
Memperhatikan sikap wasit semakin menjadi jadi, dengan memberlakukan sanksi kepada pemain Plasma Wuluhan berbeda dengan perlakuannya terhadap pemain Arsenal Sumberkalong, kata Rike, asisten pelatih plasma menghampiri hakim garis.
“Saat asisten saya nyamperin hakim garis, terjadi cekcok, lalu saya coba melerai, lalau saya balik kanan,” tuturnya.
Setelah Rike balik kanan, bermaksud kembali ketempatnya semula, tiba – tiba Hakim Garis memukul dari belakang.
“Karena saya dipukul dari belakang sama hakim garis, otomatis saya balik memukul,” ujarnya.
Situasi semakin runyam, tiba-tiba ada masa yang berdatangan, ada beberapa orang yag diingat Rike ikut memukul, diantaranya hakim tengah.
“Saya berusaha lari, masa malah mengejar, saya kena mata, Andi yang mukul, itu dividio kan ada yang berbaju biru itu, saya tersungkur,” tuturnya.
Saat Rike jatuh tersungkur, Manajer Plasma Wuluhan Afin Wahyu Satria lari menghampiri, mencoba melindungi. Sejurus kemudian, pengroyokan berahir. Lantas Rike keluar dari Stadion.
“Baru saya tahu setelah diluar, ada vidio pengeroyokan saya,” ujarnya.
Atas kejadian yang menimpanya, Rike Manopo melapor ke Polek Patrang, pada hari itu juga (Senin, 20/12/2021) pukul 16.30 WIB, dengan terlapor Wasit Tengah Musa dan Sekretaris ASKAB PSSI Jember Andik Selamet.
“Saat melapor, pihak polsek Patrang menyarankan saya melakukan visum di Rumah sakit Patrang,” ujarnya.
Akibat pemukulan itu, Rike mengalami luka-luka dibagian mata bawah sebelah kiri, kepala benjol, ada luka di kepala, dan punggung memar.
“Ya saya akan terus menuntut keadilan hukum atas peristiwa yang menimpa saya,” tandasnya.
Sementara, atas kejadian itu, Ketua ASKAB PSSI Jember Try Sandi Apriana, dihubungi Jempol belum bersedia memberikan konfirmasinya. (*)