PWI Jember dan Rektorat Unej Sikapi Dugaan Oknum Mahasiswa Ancam Wartawan 

Maba, Fakultas Teknik Unej, Stres
Warek I Unej Profesor Slamin

Loading

Jember – Jempolindo.id – PWI Jember dan Rektorat Unej sikapi dugaan oknum mahasiswa ancam wartawan, terkait Pemberitaan Ospek Fakultas Teknik Unej (Universitas Jember). Selasa(20/09/2022).

Intimidasi itu, dikirim oknum mahasiswa tersebut, melalui pesan singkat lewat aplikasi percakapan whatsapp, kepada salah seorang wartawan media online di Jember.

Pesan singkat itu bernada ancaman. Oknum Mahasiswa itu menyatakan akan melaporkan ke polisi, terkait berita dugaan perpeloncoan saat ospek di Fakultas Teknik Unej.

Menanggapi adanya dugaan intimidasi yang dilakukan oknum mahasiswa itu,, pihak rektorat Unej berjanji akan menyelidikinya melalui Tim Investigasi bentukan Rektorat Unej.

“Kalau memang ada ancaman itu, nantinya akan jadi bagian (penyelidikan) dari tim investigasi untuk melihat dan menggali informasi dari mahasiswa tersebut,” kata Wakil Rektor (Warek) 1 Profesor Slamin saat dikonfirmasi usai konferensi pers di Gedung Rektorat Unej.

“Saya pikir tidak susah mencari informasi tersebut. Nanti akan kami menanyakan dan jadi bagian dari object investigasi tim tersebut,” sambungnya.

Menurut Profesor Slamin, terkait bentuk pengancaman ataupun intimidasi. Dinilai sebagai bentuk kekhawatiran mahasiswa, dalam menyikapi sebuah persoalan.

“Kami akan melihat apakah betul ancaman tersebut, atau bagian kegalauan mereka. Namanya juga anak muda kan tempramental dan sumbu pendek. Hasilnya dari investigasi itu, nantinya akan kami laporkan,” ujarnya.

PWI Jember Menilai Gegabah

Sementara itu, menurut Ketua Bidang Hukum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember Purcahyono Juliatmoko. Dengan adanya tindakan intimidasi yang dilakukan oknum mahasiswa, dinilai sebagai tindakan yang gegabah.

“Jadi kalau kita lihat kronologinya, berita itu muncul kemudian sudah beredar di masyarakat dan tinggal meminta tanggapan dari pihak Universitas Jember. Hanya saja Universitas Jember biasanya terkait kasus seperti ini (dugaan perpeloncoan saat ospek), agak lambat menyikapi,” ujar pria yang juga akrab dipanggil Moko saat dikonfirmasi sejumlah wartawan.

Dengan tindakan intimidasi yang dilakukan, katanya, sangat disayangkan. Karena adanya berita yang beredar di masyarakat, diyakini olehnya sudah melewati tahapan kode etik jurnalistik dan sesuai dengan prosedur.

“Tapi ini jadi catatan penting, bagi sebuah peliputan yang terjadi di Universitas Jember. Itu sebenarnya tidak sesuai dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Seharusnya, jika berita itu muncul. Ketika ada keberatan, ya datang aja ke PWI untuk minta hak jawab,” ucapnya.

“Tidak perlu mengancam atau intimidasi, atau menimbulkan kontraproduktif terkait persoalan di internal Fakultas Teknik Unej. Jangan bersikap kekanak-kanakan, tapi berhadap-hadapan. Bisa wawancara lanjutan. Unej juga bisa menyelesaikan persoalannya,” kata Moko menambahkan.

 

Terkait tindakan intimidasi terhadap wartawan, lanjutnya, hingga adanya ancaman akan dilaporkan ke polisi.

 

“Kita tidak bisa mencegah, silahkan saja. Kalaupun ingin dilaporkan ke Polisi sebagai ancaman.Toh nantinya di Peraturan Kapolri jelas. Bahwa persoalan Pers (atau) soal media, ketika ada. Maka penyelesaiannya di mediasi (Dewan Pers). Tapi saya yakin, teman-teman (wartawan) yang liputan di Persoalan Ospek Fakultas Teknik Unej telah melakukan prosedur yang benar. Tidak ada, berita yang sifatnya sepihak ataupun hoax. Prosedur SOP liputan saya yakin sudah sesuai dan tidak ada yang salah,” ulasnya.

Lebih lanjut Moko menambahkan, dengan adanya tindakan intimidasi. Dinilai juga sebagai bentuk ketidak dewasaan dari mahasiswa.

Sehingga dirasa perlu, katanya, untuk dilakukan sosialisasi soal kode etik jurnalistik di tingkat mahasiswa.

“Untuk edukasi saya pikir perlu, baik dari pihak dekanat ataupun rektorat. Karena di fakultas masing-masing juga ada pers kampus. Jadi tahu tentang UU Pers itu. Itu mungkin lebih dewasa, tidak hanya main yang sifatnya premanisme. Yang jelas Universitas Jember harusnya bisa memberikan edukasi (kepada mahasiswa). Karena pendidikan sudah tinggi, saya menyayangkan malah mainnya (melakukan) intimidatif,” tandasnya. (Fit)

Table of Contents