Menunggu Jumat Legi Warga Pengungsi Korban Semeru Baru Akan Pulang

Menunnggu Jumat Legi
Capion : Tomina (70) mengungsi bersama 33 anak cucunya di tempat pengungsian SMPN 2 Pasirian Lumajang

Loading

Lumajang –  Menunggu Jumat Legi, warga pengungsi akan merasa tenang, jika pada Hari Jumat Legi yang jatuh pada tanggal 31 Desember 2021 mendatang, Gunung Semeru tidak menampakkan aktivitasnya lagi.

Jumat Legi, sepertinya imerupakan hari sakral bagi masyarakat Jawa. Dipercaya mengandung banyak mitos yang berkembang seputar hari suci itu.

Tak salah jika kabar tentang selesainya erupsi Gunung Semeru juga dikaitkan dengan Hari Jumat Legi.

Informasi itu didapat saat Jempolindo.id bertandang ke pengungsi Korban Erupsi Gunung Semeru, pada hari Minggu (26/21/2021) siang.

Menunggu Jumat Legi
Caption : Khotijah dan Lusi, keduan adalah relawan Pelopor Perdamaian Kabupaten Lumajang

Lusi, seorang relawan Pelopor Perdamaian Kabupaten Lumajang, menuturikan kisah yang berkembang di kalangan masyarakat, tentang bencana Gunung Semeru.

Kabarnya, kata Lusi, ada seorang tokoh masyarakat, sebutlah Tetua Desa, yang saat Gunung Semeru mengalami bencana, sempat memberi isarah, pertanda bahwa Gunung Semeru akan mengalami bencana.

“Ini cerita masyarakat, saya sendiri tidak tahu kebenaran nya,” tutur Lusi.

Lusi mendengar cerita dari masyarakat yang terdampak bencana, bahwa Sesepuh itu mengatakan bahwa Gunung Semeru akan manggulan.

Manggulan, merujuk pada budaya masyarakat Madura yang maknanya sehari menjelang perayaan perta di kalangan masyarakat Jawa Madura.

“Jelasnya masyarakat yang di camp pengungsian yang lebih tahu, saya juga tahu orang tua yang dimaksud siapa,” katanya.

Hanya saja, lanjut Lusi, masyarakat meyakininya, bahwa kalau pada hari Jumat Legi yang jatuh pada tanggal 31 Desember 2021, menjelang malam tahun baru, Gunung Semeru tidak terjadi sesuatu, maka diyakini situasi akan segera pulih.

“Keyakinan masyarakat menunggu hari Jumat legi depan, kalau Jumat Legi tidak ada apa – apa, maka mereka akan pulang ke desanya masing – masing,” tuturnya.

Menurut Tomina alias Bu Siti, perempuan usia 70 tahunan itu mengaku mengungsi bersama 33 anak cucunya di penampungan SMPN 2 Pasirian. Beruntung  rumah nya masih selamat dari muntahan lahar Gunung Semeru.

“Mengungsi hanya karena takut,  sama bapak bapak pemerintah juga disuruh mengungsi, ya kalau sudah tidak terjadi apa apa, akan pulang,” ujar Tomini dengan bahasa Madura.

Menunggu Jumat Legi
Caption : Ngadinem, warga Dusun Curah Kobokan Desa Supit Urang Kecamatan Candipuro, yang sedang menggendong putrinya

Lain halnya dengan  Ngadinem (40), warga Dusun Curah Kobokan Desa Supit Urang Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang itu, rumahnya berada di wilayah terparah.

Sehingga, kini Ngadinem bersama suami dan kedua anaknya tidak tahu harus pulang kemana, karena rumah tinggalnya sudah hancur lebur.

“Mau pulang kemana pak, rumah sudah tidak punya,’” keluhnya sambil menggendong putrinya.

Menurut Hitungan pasaran Jawa, Hari Jumat memiliki angka pasaran 6 sedangan Lagi 5, jika dijumlah maka menjadi 11.

Angka kembar 11 memang sepertinya penuh misteri, sehingga seringkali dilekatkan dengan keyakinan tertentu.

Jumat juga menggambarkan arah timur, yang juga merupakan penyanggah kehidupan, disimbulkan dengan Air.

Sedangkan Legi, bermakna udara, yang juga merupakan faktor menentukan dalam kehidupan.

Karenanya, Jumat Legi diyakini masyarakat Jawa sebagai awal mula diciptakan nya kehidupan.

Sehingga, budaya masyarakat Jawa, pada hari itu dibuat sandingan untuk menyambut datangnya Hari Sakral itu.

Selain itu, diyakini juga bahwa pada hari itu, arwah leluhur juga pulang ke rumah anak cucunya, karenanya kedatangan para arwah itu disambut dengan sandingan, berwujud sesajian.

Terlepas, benar dan tidak, yang pasti masyarakat sekitar Gunung Semeru meyakininya, bahwa jika pada hari Jumat legi ini Gunung Semeru sudah tidak beraktivitas lagi, maka semua akan pulih kembali, dan masyarakat terdampak erupsi akan kembali ke rumah masing – masing. (#)