Mengenang Ummul Mukminin Syaidah Khadijah binti Khuwailid Ra

Loading

Oleh : Jufriadi Muhammad *)

Khadijah Ra adalah istri pertama Rasulullah SAW yang memiliki dua pertiga (2/3) wilayah Makkah. Ia wanita bangsawan dan berasal dari golongan pembesar Mekkah. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan
Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal

Khadijah lahir dari keluarga revolusioner yang sangat dihormati di kalangan Quraisy. Ayahnya, Khuwaylid, tidak melakukan kebiasaan suku tersebut yang dinilai merugikan misal mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Sebagai salah satu pemimpin suku, ayah Khadijah memilih membesarkan dan memberi pendidikan yang baik pada putrinya. Khadijah menjadi seseorang yang pintar, sukses meneruskan usaha perdagangan ayahnya, beretika, dan punya keyakinan kuat

Dikutip dari Encyclopedia Britannica, Siti Khadijah dikatakan memiliki karakter mulia dan tegas. Karakter tersebut melukiskan besarnya penghormatan kaum Quraisy pada sosok Khadijah seperti ditulis dalam buku Sirah dari Abd al-Malik ibn Hishām.

Keunggulan karakter menjadikan kaum Quraisy memberi julukan At-Taahirah, atau yang suci (the pure) pada sosok Khadijah. Tak heran jika Khadijah diinginkan banyak pemuka Quraisy menjadi istri dari putranya.

Pernikahannya Dengan Nabi Muhammad SAW dan Wafatnya Beliau
Pada suatu hari Khatijah pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal.

Ia berkata : “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat ke mana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun.”.

Waraqah mengatakan: “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat”.

Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad SAW.

Sebelum menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam membantu Khadijah membawa barang perniagaan Khadijah ke negeri Syam. Rosul sebagai pemuda yg sangat jujur, dan dijuluki Al Amien, mencuri perhatian Khatijah. Beliau begitu kagum pada nabi Muhammad.

Nafisah binti Munyah adalah sahabat Sayyidah Khadijah. Dia memiliki peran penting dalam terwujudnya pernikahan Nabi Muhammad dengan sahabatnya itu. Semula Sayyidah Khadijah curhat kepada Nafisah perihal perasaannya terhadap Nabi Muhammad. Mulanya, Sayyidah Khadijah minder dan ragu apakah Nabi Muhammad mau menerimanya, mengingat perbedaan status dan umurnya yang sangat mencolok. Atas peran Nafisah binti Munyah inilah dua Insan Suci ini akhirnya menikah.

“Dia beriman kepadaku saat orang-orang mengingkariku, dia membenarkan aku selagi orang-orang mendustakan aku, dia mendukung aku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberikan sesuatu kepadaku, dan Allah menganugerahiku anak darinya, berbeda dengan istri-istriku yang lain.” Kata Nabi Muhammad tentang sosok Sayyidah Khadijah, sebagaimana diriwiyatkan Ahmad dalam Musnad-nya.

Nabi Muhammad mengarungi bahtera rumah tangga bersama Sayyidah Khadijah binti Khuwailid secara monogami. Tidak pernah menikah dengan wanita lainnya. Bersama Sayyidah Khatijah Binti Khuwailid Ra, beliau di karunia anak : Qasim, Abdullah, Zaenab, Ummu Kulsum dan Fatimah Az Zahra

Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 24 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Dia meninggal di gunung Hujun, dan dimakamkan di pemakaman dekat Mekkah. Beliau sakit-sakitan dan melemah setelah menahan rasa lapar pada masa blokade orang Quraisy selama 3 tahun. Tahun meninggalnya dikenal sebagai Amul Huzni (Tahun Dukacita).

Sayyidah Khadijah binti Khuwailid adalah orang sangat kaya di Mekkah, namun ketika beliau wafat, tak selembar kafanpun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Sayyidinah Khadijah Ra kepada Fatimah sesaat menjelang ajal.“Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri,”

Mendengar itu Rasulullah berkata : “Wahai istriku Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”

Sayyidinah Khadijah Ra, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah.
Didekapnya, sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya: “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”

“Kafan ini untuk Siti Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya: “Kenapa, ya Jibril?”

“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Siti Khadijah : “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan dirimu sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”
(semoga kisah ini menambah ibadah kita di bulan ramadhan… aamiin)

*) disalin dari  status facebook akun Jufriadi Muhammad

Table of Contents