Mengenang 25 Tahun Reformasi

jempolindo, jember, 25 tahun reformasi
Ketika Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI

Loading

Jember _ Jempolindo.id _ 25 Tahun reformasi, tepat pada Hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun (1967 – 1998), menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI ke-2.

Usai Soeharto menyatakan mengundurkan diri, segera mempersiapkan penggantinya, karena  tidak boleh ada kekosongan jabatan presiden, maka Profesor Bj Habibie, yang kala itu  menjabat Wakil Presiden, dilantik sebagai Presiden RI ke -3.

Jempolindo _ Sejarah Reformasi

Menurut berbagai sumber, lengsernya Soeharto sebagai Presiden, diawali dari terjadinya krisis ekonomi global, yang turut menimpa Indonesia. Sehingga harga BBM dari Rp 700 naik menjadi Rp 1200.

Gelombang aksi demonstrasi mahasiswa terjadi di beberapa kota besar, diantaranya Jakarta, Yogjakarta, Bandung, Ujung Pandang dan daerah lainnya. Hingga, pada tanggal 12 Mei 1998, terjadi tragedi Trisakti, 4 mahasiswa tertembak, diantaranya Elang Mulia Lesmana,Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Sedangkan, banyak mahasiswa lainnya mengalami luka-luka, sehingga harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Sumber Waras.

Suasana semakin memanas, sekira 15000 Mahasiswa bergerak menguasai gedung DPRRI.  Ketua DPR/MPR Harmoko memberikan pernyataan  menyetujui menggelas sidang paripurna, pada tanggal 19 mei 1998.

Tuntutan mahasiswa agar Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, semakin menguat. Hingga Soeharto mengumpulkan beberapa tokoh nasional untuk dimintai pendapatnya. Para tokoh itu diantaranya, Emha Ainun Najib, Megawati Soekarno Putri, Amin Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nuscholis Madjid, KH Abdurrahman Wahid dan beberapa tokoh lainnya.

Kala itu, Soeharto bertanya kepada para tokoh yang berkumpul di Istana Negara, Kamis (21 Mei 1998), “Apa yang dikehendaki rakyat ?”

Emha Ainun Najib, seorang tokoh budayawan sontak saja menjawab: “Mundur pak !!!”.

Mendapat jawaban para tokoh itu, Soeharto lantas memutuskan untuk mengundurkan diri, meski sebenarnya, bisa saja Soeharto yang masih memiliki kekuatan penuh, mempertahankan kekuasaannya.

“Saya memutusken untuk menyataken berhenti, dari jabatan saya sebagai presiden republik Indonesia, terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998,” ujar Soeharto membacakan pernyataan tertulisnya, dihadapan para tokoh, di Istana Negara.

Kabar pengunduran diri Soeharto, yang disiarkan melalui TVRI, merebak luas keseluruh lapisan masyarakat. Tentu saja, kabar itu ditanggapi beragam. Ada yang bergembira mendengarnya, ada pula yang bersedih.

Namun, terlepas dari suasana kebatinan saat itu, yang jelas mundurnya Soeharto telah mengukir sejarah baru bagi perjalanan Republik Indonesia, dalam menjalankan agenda reformasi.

Pastinya, selama 25 tahun telah berlalu, reformasi telah melahirkan kebebasan berpendapat. Namun, pada sisi lain, justru melahirkan budaya korup yang semakin terbuka luas. (*)

Table of Contents