Lakon Ludruk “Selor Lancoran Mergosono” Berhasil Memukau Penonton

Loading

Jember _ Jempolindo.id _ Selor Lancoran Mergosono, sebuah lakon pertunjukan Seni Ludruk “Bulan Purnama” yang ditampilkan saat Sosialiasi Budaya Pengawasan Pemilu di Halaman Kantor Bawaslu Jember itu cukup memukau penonton. Rabu malam (13/11/91).

Lipyanto
Lipyanto pemeran Bapaknya Selor bersama Misnaya yang memerankan Ibunya Selor

Melalui Sutradaranya Lipyanto yang juga memerankan Bapaknya Selor dikisahkan perebutan gadis cantik bernama Rahayu (diperankan oleh Novita), gadis cantik yang tinggal di sebuah Desa Kota Batu Malang.

“Pesan moralnya, persahabatan tak bisa ditukar dengan apapun, bahkan dengan sesuatu yang dicintainya,” tutur Lipyanto.

Alkisah, Rahayu gadis cantik jelita itu kemolekannya tersiar hingga ke pelosok Kota Malang. Tak sedikit pemuda yang berusaha memikat hatinya, namun belum ada satupun yang membuat Rahayu jatuh cinta.

Manika
Manika pemeran Ibunya Rahayu

Sampai suatu ketika Rahayu berkenalan dengan pemuda bernama Sarip (diperankan oleh Solihin) asal Desa Songgoriti Batu Malang.

Sejak perkenalannya dengan Sarip, perlahan membuat Rahayu mulai jatuh hati. Kedua sejoli menjalin asmara yang tak diketahui kedua orang tuanya.

Suatu ketika, Sarip bermaksud melamar Rahayu untuk dijadikannya istri.

Siang itu, Sarip bersama ibunya (diperankan oleh Febri) mendatangi rumah Rahayu dengan maksud meminang Rahayu. Bapaknya (diperankan oleh Ahmadi) sedang bepergian, hanya ada Ibunya (diperankan oleh Manika).

Melihat tingkah laku Sarip, Ibu Rahayu terpaut hatinya, dan menerima lamaran itu.

Sementara, Bapaknya Rahayu yang sedang bepergian, ditengah jalan bertemu dengan sahabatnya. Bapaknya Selor (diperankan oleh Lipyanto), bersama Ibunya Selor (diperankan oleh Misnaya), yang bermaksud bertandang ke rumah sahabatnya itu, untuk melamar putrinya untuk anak laki – lakinya Selor (diperankan oleh Widaryono).

Tanpa berpikir panjang, Bapaknya Rahayu menerima sahabatnya yang berasal dari Madura.

Sesampai  dirumah, bapaknya Rahayu menyampaikan pertemuannya dengan sahabatnya kepada istrinya.

“Bu, Rahayu sudah dilamar orang Madura,” kata Bapaknya Rahayu sambil memberikan tanda pinangan  selor berupa sejumlah uang dan tas yang berisi peningset.

Tentu saja Ibunya Rahayu kaget, karena juga telah menerima lamaran Sarip.

“Bukan Madura pak, tapi pemuda Jawa,” kata Ibunya Rahayu.

Kedua orang tua itu sempat berebut kata, soal pemuda yang melamar putrinya. Sampai diputuskan, biar Putrinya yang memilih pemuda yang diterima sebagai calon suaminya.

Ketika disampaikan kepada Rahayu, tentu saja Rahayu lebih memlih Sarip yang sudah menjalin asmara dengannya, meski hanya memberinya tanda lamaran berupa foto dirinya.

“Bapak, Ibu biarlah aku milih mas Sarip saja,” jawab Rahayu.

Lalu ditentukanlah waktu pernikahan antara kedua sejoli itu. Kabar rencana  pernikahan itu terdengar hingga ke telinga Selor.

Selor naik pitam, lalu mengacaukan perayaan pernikahan antara Rahayu dan Sarip.

Saat sedang duduk dipelaminan, tiba – tiba datang Selor menarik Sarip keluar. Keduanya lantas terlibat perkelahian. Sarip menyerah kalah, lalu lari.

Sedangkan Selor juga pergi menuju  Bangkalan Madura, untuk menemui gurunya Kek Musawir (diperankan oleh Anang).

Dihadapan sang guru Selor menyampaikan sakit hatinya, karena sudah ditolak cintanya oleh gadis bernama Rahayu.

“Ya, biar kubuat sakit gadis itu,” kata Kek Musawir.

Selang beberapa lama, Rahayu benar menderita sakit yang sulit disembuhkan.

Tak tega mendengar kekasihnya sakit, Sarip dengan rela hati mendatangi Rahayu yang sedang sakit. Berbekal kemampuannya yang didapatnya saat berguru, Rahayu berangsur sembuh. Lalu keduanya kembali memadu kasih.

Mendengar berita kesembuhan Rahayu, Selor kembali berang dan menuturkan kepada Kek Musawir.

“Kek, Rahayu sembuh dari sakitnya dan kabarnya Sarip yang berhasil menyembuhkannya,” kata Selor geram.

Kek Musawir dalam hati bertanya – tanya, siapa Sarip sebenarnya. Orang yang bisa menangkal ilmunya dan menyembuhkan sakitnya Rahayu sudah pasti satu perguruan.

Untuk membuktikan keraguannya itu, Kek Musawir mengajak Selor menjumpai Sarip.

Saat Selor bertemu Sarip, hampir terjadi pertumpahan darah. Selor masih menyimpan dendam. Untungnya Kek Musawir berhasil meredam kemarahan Selor.

“Sarip, siapa gurumu ?,” Tanya Kek Musawir.

Sarip yang ditanya masih terdiam seolah mengenang masa – masa berguru di Madura.

“Saya berguru di Batu Ampar,” jawab Sarip.

Mendengar jawaban Sarip, Kek Musawir dan Selor saling berpandangan seolah sedang  mengingat seorang murid dan sahabatnya yang sudah sekian lama tak bertemu.

Kek Musawir
Saat Sarip dan Selor menyadarinya bahwa keduanya saudara seperguruan

“Selor, sesungguhnya Sarip ini adalah saudara seperguruanmu,” Kek Musawir menyakinkan keraguan Selor.

Tiba – tiba, seolah diingatkan ketika saat masih sama – sama berguru,  keduanya saling berpelukan.

“Lho lho Sarip, kamu saudaraku,” kata Selor.

“Selor, kamu saudaraku,” Sarippun tak ragu merangkul Selor.

Kedua saudara seperguruan itupun lantas saling memaafkan. Selor mengalah menyerahkan Rahayu untuk dinikahi Sarip.

Pertunjukan lakon itu berahir dengan riuh tepuk tangan penonton. (*)

Table of Contents