Jember _ Jempolindo.id _ Madrasah Tsanawiyah Satu Atap, merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Miftahul Ulum. Terletak di Dusun Bedahan Toko Desa Curahkalong, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember.
Baca juga : Sosialisasi Raperda di Desa Mangaran, Warga Bertanya Agusta Menjawab
Lembaga pendidikan ini, berdiri sejak tahun 2009, berada di ujung Utara Kecamatan Bangsalsari, jarak tempuhnya dari pusat Kota Jember, sekira 35 Km. Untuk menuju lokasi sekolah ini butuh waktu 1 jam 30 menit.
Menurut Kepala Sekolah MTs Miftahul Ulum Ahmad Anwar, S.Pd.i, bahwa berdirinya sekolah swasta ini dilatarbelakangi kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang belum ada di kawan lereng pegunungan Argopuro itu.
“Kami terketuk melihat anak anak usia sekolah yang kesulitan mendapatkan pendidikan yang layak,” ujarnya kepada Jempolindo, pada Rabu (23/08/2023)
Kata Ahmad, Kebanyakan anak -anak menempuh pendidikan hanya sampai tamatan SD/MI . Sebagian besar, lulusan SD/MI yang tidak mampu secara ekonomi, terpaksa putus sekolah.
“Mereka yang lulus SD/MI itu lantas modok diluar kota, ada yang bekerja di kebun ikut orang tuanya, atau bahkan yang perempuan berparas cantik ada yang menikah dibawah usia anjuran pemerintah (19 th),” ujarnya.
Gagasan Ahmad bersama tokoh masyarakat setempat, untuk mendirikan lembaga pendidikan, direspon oleh Negara Australia.
“Gedungnya didanai oleh Australia, melalui kerjasama pendidikan yang dikemas dalam AIP (Australia Indonesia Partnership),” katanya.
Meskipun mendapat bantuan gedung, namun menurut Ahmad, lembaga pendidikan ini masih belum punya sarana ibadah, seperti musholla.
“Karena tidak ada anggaran untuk gedung musholla,” ujarnya.
Kini, Lembaga pendidikan ini sudah memiliki siswa siswi sebanyak 115 orang. Sedangkan guru pengajar nya ada 12 orang , yang sudah berpendidikan strata satu (S1).
Jempolindo _ Pengalaman Guru
Dwi Kurnia, mengaku sudah 19 tahun mengabdi, sebagai guru pengajar di lembaga pendidikan itu. Setiap hari dia harus menempuh sekira 25 Km perjalanan dari rumahnya.
“Saya mengabdi di MTS Miftahul Ulum, karena terpanggil, untuk turut memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada anak – anak di desa ini,” ujar Dwi.
Meski harus menempuh jalanan yang cukup sulit, karena harus melewati kawasan perkebunan dan hutan, namun Dwi tak pernah mengeluh.
“Jika tidak ada yang peduli, maka nasib anak anak itu akan semakin terbelakang pendidikannya,” ujarnya.
Pria itu berharap, ada sentuhan pemerintah, sehingga Lembaga pendidikan itu, bisa terus berkembang, untuk turut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
“Selama ini, kami memang harus bertahan dengan kemampuan sendiri. Semoga saja nanti ada perhatian yang cukup dari pemerintah,” pungkasnya. (Dwi).
Reporter : Dwi Kurnia
Editor ; Gilang GA