Jember _ Jempolindo.id _ Upaya Paguyuban Petani Jember (Panijem) mengelola Gunung Sampah di TPA Pakusari Kabupaten Jember, tak berbuah pujian. Selasa (06/06/2023)
Menurut Ketua Panijem Totok S Mianta, Panijem pernah melakukan upaya mengelola sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Pakusari Kabupaten Jember, Jawa Timur, hingga rata dengan tanah.
“Anehnya, prestasi membanggakan dan luar biasa itu, tidak mendapatkan perhatian dari Dinas terkait yang membidangi pengelolaan TPA Pakusari. Sepertinya mereka tidak menyampaikan atau memberikan masukan dan laporan kepada Bupati Jember dan Wakil Bupati Jember,” keluh Totok.
Padahal, menurut Totok, upaya meratakan gunung sampah, sekira tahun 2106, merupakan prestasi luar biasa, karena kemampuan sumberdaya manusia Panijem.
“Sudah sewajarnya, dan selayaknya, jajaran di bawah TPA Pakusari dan Dinasnya mestinya menyampaikan kepada Bupati dan Wakil Bupati. Bahwa ada putra daerah yang mampu dan kearifan lokal muncul berprestasi,” kata Totok.
Ironi sekali, hingga sekarang ini cara mengatasi dan mencari solusi untuk mengurangi gunungan tumpukan sampah lagi gencar gencarnya digaungkan dan didengunakan.
Mestinya, kata Totok keberadaan Panikem di Kabupaten Jember ini, layak dapat perhatian.
Karena Panijem, menurut Wartawan Senior itu putra daerah yang muncul dengan prestasinya, apalagi sudah terbukti.
“Saya sedih kalau mendengar kehebatan Panijem yang mampu meratakan gunungan tumpukan sampah di TPA Pakusari, tak direspon oleh Pemkab Jember,” ungkap Totok.
Anang, salah satu teknisi di TPA Pakusari saat itu, berpendapat bahwa Panijem mampu mengelola sampah menjadi pupuk organik.
“Saya ini sebagai salah satu teknisi proses produksi pembuatan pupuk organik di TPA Pakusari. Waktu itu, gunungan tumpukan sampah di TPA Pakusari bisa rata dengan tanah,” kata Anang.
Bahkan, pelaksanaan meratakan gunungan tumpukan sampah itu membuat senang bagi para pekerja atau yang berprofesi sebagai pencari rosokan atau pemulung di TPA tersebut.
Karena dengan diratakannya gunungan tumpukan sampah itu, menurut Anang para pemulung tidak berjibaku lagi dengan tumpukan sampah.
Menurut Herman, yang saat itu sebagai marketing pemasaran pupuk organik,
Aktivitas para pemulung di TPA saat itu, kata Anang berubah total, Dari yang sebelumnya harus berjibaku dengan tumpukan sampah, dengan upaya Panijem, malah memberikan kemudahan kepada para pemulung memilah.
“Itu pengakuan pemulung saat itu. Kehadiran Panijem mengolah dan memproses organik, mereka senang,” ujar Herman. (#)