Budaya K3 Menjamin Keberlangsungan Usaha

Loading

Surabaya – Jempolindo.id _  Budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)  merupakan pilar penting dalam keberlangsungan dunia kerja.

Baca juga: Polres Malang Ungkap Kasus Penipuan Umrah 

Seiring dengan gerakan dalam bulan K3 Nasional tahun 2024 ini, Dewan K3 Provinsi Jawa Timur menjadikan momentum untuk mengedukasi masyarakat, tentang pentingnya implementasi K3 sebagai pondasi dalam keberlangsungan usaha melalui program-program promotif dan edukatif.

Budaya K3 Lindungi Tenaga Kerja

Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Timur, Sigit Priyanto mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan bulan K3 Nasional tahun 2024 ini, memiliki tujuan untuk mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, bagi pekerja di dunia industri, agar tidak ada kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

“K3 dijalankan sesuai dengan ketentuan dalam rangka mempertahankan derajat keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga perlu terus dikampanyekan,” ujar ujarnya dalam dialog K3 di salah satu studio televisi swasta pada Selasa (9/1/2024) petang.

Pekerja yang sehat, kata Sigit, merupakan  salah satu investasi yang luar biasa untuk perusahaannya.

“Sehingga dapat mempermudah kelancaran untuk berproses dan produktif,” ujarnya.

K3, menurut Sigit, bukan hanya sekedar kewajiban perusahaan untuk mematuhi regulasi, tetapi juga merupakan investasi utama yang membentuk pondasi keberlangsungan perusahaan.

“Dalam era di mana lingkungan kerja yang aman dan sehat diakui sebagai kunci keberhasilan jangka panjang, memprioritaskan keselamatan karyawan adalah kebijakan yang cerdas dan strategis” jelas Sigit.

Pentingnya membentuk budaya K3 di tempat kerja, kata Sigit  tidak terbatas pada mematuhi aturan, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja di mana karyawan merasa aman dan dilindungi.

Regulasi K3

Ketua KSPSI Jawa Timur, Achmad Fauzi menyatakan bahwa undang-undang regulasi terkait K3 di Indonesia sudah berlangsung selama 54 tahun.

“Oleh sebab itu, implementasi K3 begitu penting dalam dinamika kehidupan industri di tanah air ini.,” ujarnya.

Atas nama ketua KSPSI Jawa Timur, Fauzi  menghimbau mengedepankan berdialog, karena mentaati aturan main yang ada di perusahaan, jauh lebih penting ketimbang merasa cukup dengan ini saja.

“Hal-hal kecil mari kita pikirkan, namun hal yang besar tetap menjadi program pemerintah, pemerintah harus hadir, memberikan sosialisasi dimana-mana bahwa K3 memiliki peranan yang penting dalam dunia kerja,” ungkap Fauzi.

Menjaga Pertumbuhan

Melalui kesadaran, investasi, dan implementasi praktik K3 yang efektif, kata Kepala Kanwil BPJS Jawa Timur, Hadi Purnomo. perusahaan tidak hanya melindungi karyawan tetapi juga membentuk pondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang.

“Peran kami dalam K3 ini, adalah agar para pekerja merasa aman, nyaman dalam bekerja. Tentu hal itu akan berdampak pada produktivitas pekerjaan sehingga keberlangsungan usaha dari perusahaan bisa terus berlanjut,” tambah Hadi Purnomo.

Budaya K3 Keterlibatan Semua Pihak

Edi Priyanto yang merupakan Wakil Ketua DK3P Jawa Timur, dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan bahwa penerapan K3 tidak cukup hanya satu pihak saja, namun perlu melibatkan semua pihak yang berkepentingan.

“Perlunya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki pada setiap elemen usaha juga menjadi hal yang penting,” ujarnya.

Hal ini, kata Edi, bisa dicapai dengan pengusaha menyediakan informasi keselamatan yang cukup dan memadai.

“Pihak pekerja juga harus mau memahami dan mematuhi. Setelah pekerja bisa memahami akan memuncukan bentuk kepedulian. Jika sudah ada kepedulian, maka budaya berperilaku selamat akan dapat dicapai” kata Edi.

Edi mengakui bahwa menciptakan budaya keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah mudah. Membutuhkan usaha dan energy yang tidak sedikit serta memerlukan waktu yang juga tidak singkat.

“Terlebih generasi saat ini jauh lebih kritis dibanding era sebelum-sebelumnya,” ujarnya

Tantangan menciptakan budaya K3 di lingkungan kerja, menurut Edi  bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.

“Setidaknya membutuhkan strategi dan cara komunikasi yang efektif kepada pekerja yang saat ini rata-rata didominasi merupakan generasi milenial dan z” ujarnya.

Harus ada komunikasi yang kekinian, lanjut Edi,  agar pekerja milenial dan z yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mau menjadi mau sehingga muncul pemahaman dan kepedulian.

“Kalau ada kepedulian, ini akan menjadi perilaku dan perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan itulah budaya (culture) yang terbentuk”, ungkapnya.

Membangun budaya keselamatan, kata Edi,  bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi menciptakan identitas bisnis yang kuat.

“Budaya ini melibatkan seluruh organisasi, memotivasi karyawan untuk menjadi agen perubahan positif, dan menjadi pilar keberlanjutan yang mendukung pertumbuhan perusahaan,” pungkasnya. (Rilis)