Asuh Gunung Suku Sasak Lombok Utara   Ritual Menjaga Kelestarian Gunung dan Hutan

Loading

Lombok – NTBJempolindo.id – Siang itu Warga Suku Sasak yang tinggal di Kampung Adat Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara NTB, sedang sibuk mempersiapkan ritual Asuh Gunung Rinjani. Senin (22/02/2021)

Tembang Suku Sasak

Desa Senaru merupakan salah pintu pandakian menuju puncak Gunung Rinjani. Bagi para pendaki yang bermaksud mendaki Gunung sudah tentu melalui Kampung adat ini.

Tokoh Adat Sasak Miq Gomes

Mamiq Gomes, salah satu tokoh adat yang dijumpai Jempol menjelaskan, Asuh Gunung merupakan ritual yang dilaksanakan Suku Sasak, khususnya di kaki Gunung Rinjani. Bertujuan agar hutan gunung tetap terpelihara.

“Gunung itu ibarat anak kita yang harus diasuh, dirawat, dijaga kelestariannya,  sehingga tidak marah,” tutur Miq Gomes.

Sementara, Pembina Laskar Sasak yang juga Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) Daerah NTB Ir Wahyudi Adisiswanto MSi menegaskan, mencintai nilai – nilai adat merupakan upaya mengejawantahkan hubungan harmonis antara manusia, alam dan Tuhan.

Pembina Laskar Sasak Ir Wahyudi Adisiswanto Msi

“Lombok merupakan titik tengah dari busur Nusantara, pulau Lombok semoga akan menjadi mercusuar petunjuk arah penerang bagi kehidupan bangsa Indonesia,” harapnya.

Ritual Asuh Gunung dilaksanakan pada waktu tertentu jika dianggap perlu. Tata cara pun menyesuaikan seperti yang diajarkan para Tetua adat.

Menyembelih seekor kerbau dan ayam yang sebagian darahnya ditempatkan dalam sebuah mangkuk kecil.

“Darah hewan yang telah dicampur itu lalu didoakan dan ditanam di puncak Gunung Rinjani,” kata salah seorang pemangku adat setempat.

Warga Adat tampak melakukan pekerjaannya masing – masing saling bergotong – royong.

Para inak (ibu) membasuh beras disumber mata air yang sebelumnya didoakan. Mereka berjalan berderet menuju tempat mencuci beras, sebelum dimasak diatas tungku batu berbahan bakar kayu.

Perempuan Suku Sasak yang akan membasuh beras

Tugas menanak nasi dilakukan oleh kaum inak, sedang kaum Amak (bapak) bertugas memasak  daging kerbau,  ayam  dan sayur ares ( batang pohon pisang) yang telah dibersihkan.

Kaum lelaki suku Sasak yang sedang memasak daging kerbau

Sambil menunggu sajian ritual selesai disuguhkan, para gadis tampak menyuguhkan minum dan kue – kue kepada para tamu undangan.

Dilingkungan Kampung Adat itu tampak berkumpul para perwakilan tetua adat Sasak yang turut mengikuti prosesi ritual adat.

Seperti biasa, doa ritual adat dilangsungkan para tetua adat yang duduk bersila di berugaq, sebuah tempat seperti gazebo.

Usai didoakan, seluruh sesajian akan dibawa untuk ditanam diatas Gunung Rinjani. Mereka harus menempuh perjalanan sekira 5 jam perjalanan menuju puncak.

Tetua Adat Sasak, Datuk Artadi menyebut Asuh Gunung merupakan pelaksanaan ajaran cinta kepada alam, seperti diajarkan para leluhur.

“Seperti diketahui, ajaran adat mengacu pada tatanan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan Alam,” tuturnya.

Gunung dan hutan sepatutnya dijaga keharmonisannya dengan manusia, agar alam tidak marah lantas menimbulkan kerusakan.

Datuk Artadi menjelaskan Bayan merupakan desa tertua di Lombok Utara yang masih mempertahankan nilai – nilai adat.

“Dari Bayan kita belajar keindahan nilai – nilai adat,” ucapnya.

Secara khusus Datuk Artadi menilai Ritual Asuh Gunung merupakan sarana edukasi nilai adat dalam menjaga keseimbangan alam.

“Dengan demikian kita dapat tetap menjaga kerusakan alam yang disebabkan tangan – tangan manusia,” jelasnya.

Tetua Suku Sasak Kecamatan Bayan Amak Bajang Nikrana juga menegaskan ritual itu digelar untuk menyucikan kembali Gunung Rinjani, terjaga dari kemungkinan terjadinya kerusakan akibat ulah tangan manusia.

Ritual Adat Asuh Gunung terselenggara atas prakarsa Laskar Sasak bersama Tokoh Adat setempat. Menurut Tetua Laskar Sasak Lalu Sofyan Touri Laska Sasak yang telah memotori ritual Asuh Gunung bermaksud mewujudkan  upaya pelestarian nilai – nilai adat.

“Dengan memahami nilai adat kami menyakini insyaallah mampu mengkounter Nilai budaya dari luar,” tegasnya.

Pada ritual adat, kata Lalu Sofyan sengaja melibatkan generasi muda untuk mengajarkan kepada kaula muda mencintai nilai – nilai adat.

Kepada Dirjen KSDA Wiratno yang turut hadir pada ritual adat,  Lalu Sofyan berharap  agar  masyarakat adat lebih diperhatikan dan tatanan nilai adat  dapat dilaksanakan kembali.

“Sehingga kita bisa menyumbang untuk keseimbangan alam,” harapnya (*)

Table of Contents