Cak Linggar : “Panjang Umur Perjuangan”

Cak Linggar
Cak Linggar

Loading

JEMBER-MULYOREJO-SILO- JEMPOLINDO.ID – Pria separo baya itu akrab dipanggil Cak Linggar, meski nama aslinya Asyiruddin. Bersama keluarga kecilnya, dia tinggal di Desa Mulyorejo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Sebuah desa, terletak di Tenggara Kabupaten Jember, berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi. Jika ingin menuju kesana, jarak tempuhnya sekira 47 km, perlu waktu perjalanan 1 jam 30 menit.

Hari Minggu siang (20 Juni 2021), Jempol meluangkan waktu beranjang sana, karena mendengar kabar tokoh yang satu ini  hendak mencalonkan lagi sebagi Kepala Desa Mulyorejo.  Dulu, pada tahun 2012, Cak Linggar pernah menjabat sebagai kepala desa Mulyorejo, selama satu periode. Lalu, pada periode berikutnya, dalam kontestasi pilkades dia kalah dari mitra politiknya.

Perjalanan menuju desa terpencil itu, lumayan juga, harus melewati jalan berliku, cukup terjal, untungnya kini jalan protokolnya sudah beraspal. Sedikit mengurangi kelelahan.

Mulyorejo, biasa orang mengenalnya Baban Silosnen, memiliki hamparan luas kurang lebih 6000 Hektar, dari luasan wilayah itu, lebih dari 1000 hektar sudah bersertifikat, sementara sisanya masih berstatus hutan lindung, meski sebenarnya sebagian besar, sudah beralih fungsi menjadi kebun kopi, yang digarap masyarakat.

Saat ditemui, Cak Linggar tampaknya sedang mengumpulkan para pendukungnya, daam rangka temu kangen bersama kawan – kawan seperjuangan.

“Ya, ini pas, kawan-kawan seperjuangan sedang berkumpul bersama, sekedar membahas arah perjuangan ke depan, ya biasa sajalah,” ujaranya renyah.

Ada sekitar 40 orang lebih, tengah duduk bersila diruangan rumah, yang dijadikan posko perjuangan. Terpampang di teras rumah, banner berukuran 4 x 1 meter, bertuliskan “WIS WAYAHE MEMBANGUN DESA MULYOREJO”. Sebuah jargon yang lagi ngetrend di kabupaten Jember.

Kenapa disebut perjuangan ?, tentu punya maksud mengingatkan kisah lama, ketika Warga Baban Mulyorejo memperjuangkan hak-haknya untuk dapat hidup layak, dengan berbudi daya tanaman kebun kopi.

“Perjuangan ini belum selesai mas,” katanya. Kamipun berbincang akrab, sekedar mengenang kisah lama, saat bersama-sama berupaya mendapatkan kenyamanan dalam bercocok tanam.

Terkuaklah kenangan, ketika tahun 2006, lebih dari 6000 orang turun ke jalan, memenuhi alun-alun kota Jember, di bawah restu guru kami, KH Syaiful Rijal atau akrab dipanggil Gus Syef. Karena, warga hidup dalam tekanan kekuasan.

“atas alasan itulah teman-teman, tetap ingin saya maju kembali mencalonkan diri sebagai kepala desa Mulyorejo, ya untuk melanjutkan perjuangan itu,” ujarnya.

Sebenarnya, Cak Linggar menyadari, kemampuan finansialnya rendah, selama menjabat kepala desa pada periode sebelumnya, dirinya tidak sempat mengurus ekonominya, bahkan rumah pribadipun tak punya. Namun, dorongan warga menguatkan tekadnya, untuk maju kembali.

“Saya apa kata teman-teman, ya karena keinginan sebagian besar teman, masih harus melanjutkan perjuangan yang sempat tertunda, mau gimana lagi,” katanya, sambil bersenda gurau.

Cak Linggar, kini harus mengikuti kontestasi pilkades 2021, bersama 3 kandidat lainnya. Tekadnya hanyalah, ingin mengembalikan hak-hak dari 11 ribu warga Baban Mulyorejo.

“Kami hanya ingin mengembalikan hak-hak warga Desa Mulyorejo, yang berkeadilan sosial, bermartabat, berhalalakul karimah, berbudaya, dan mandiri dalam ekonominya,” pungkasnya. (*)

Table of Contents