Jember_Jempol. Sejumlah Pengasuh Pondok Pesantren dan elemen masyarakat Kabupaten Jember melaksanakan deklarasi penolakan RUU HIP di Pondok Pesantren Madinatul Ulum Cangkring Jenggawah asuhan KH. Lutfi Ahmad. Jum’at , 12 Juni 2020.
Dalam sambutannya KH Lutfi Ahmad menjelaskan bahayanya bangkitnya komunisme, dapat menjadi penyebab munculnya konflik horizontal.
“RUU HIP akan menjadi rel pintu masuk bagi berkembangnya komunisme,” katanya
KH Lutfi juga menyoal pasal dalam RUU HIP “ke Tuhanan yang berkebudayaan”.
“Kenapa Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa masih diotak atik, padahal kan sudah final,” tegasnya.
KH Lutfi berkisah tentang terbunuhnya pamannya KH Ali Hasan, yang dibrondong peluru di Surabaya. Diduga pelakunya adalah gerombolan pengacau. Peristiwa itu sekitar 29 Oktober 1965.
KH Lutfi mendapat kisah itu dari ayahnya, KH Ahmad Said adik dari KH Ali Hasan. Ketika kakak beradik itu hendak pergi ke Jakarta, dihadang gerombolan.
Sambil menitikkan air mata, KH Lutfi berkisah betapa ayahnya telah diperlakukan tidak manusiawi, selama 15 hari disekap dalam ruang pengab.
“KH Ali Hasan setiap hari, disuguhi makanan selepek nasi, yang diberi kuah kencing dan sambal.kotoran,” kisahnya.
Lebih lanjut, KH Lutfi juga menyoal tidak tercantumnya TAP MPRS no 25 th 1966, tentang pembubaran dan pelarangan PKI ( Partai Komunis Indonesia.).
Dalam bab pokok pikiran , dicantumkan Agama, Rohani, dan Budaya dalam satu baris. Indikasi itu mencerminkan pandangan sekularisme yang berlawanan dengan sila pertama Ketuhanan YME.
“Karenanya ayo kita bersama sama menangkal bangkitnya Komunisme, seandainya RUU HIP disahkan ibaratnya kita sudah membangun rel,” ajaknya.
Pembacaan deklarsi di pimpin KH. Hamid Hasbullah. Sebelumnya di mulai dengan pembacaan Yasin dipimpin HM. Misbahus Salam. (Git)