Jempolindo.id – Jember. Jember Idea merupakan sekumpulan masyarakat Jember yang berkesadaran untuk turut berbuat memberikan sumbangsih gagasan bagi kepentingan jember lebih baik. Hal itu terungkap dalam diskusi Silaturahmi ke IV yang digelar Jember Idea di Rumah Budi Santoso, Sabtu Malam (28/9/19).

Ketua ICC Jember Nurdiansyah Rahman berpendapat bahwa Jember Idea harusnya hadir memberikan solusi, bukan sekedar bisa mengkritik pemerintahan saja tanpa memberikan jalan keluar.
“Jika dicari salahnya sudah barang tentu tak ada yang sempurna. Pada dasarnya ada dua masalah mendasar yang terjadi di Kabupaten Jember, pendidikan dan kemiskinan,” Kata Nurdiansyah Rahman.
Sebagian besar masyarakat Jember masih berpendidikan Sekolah Dasar. Hal itu berpengaruh pada cara pandang dan lambannya transformasi ilmu pengetahuan dalam berbagai aspeknnya.
Kebijakan strategis dibidang pendidikan sudah barang tentu harus diperbaiki, tak cukup hanya dengan alokasi anggaran 34 persen dari postur APBD.
“Memang dari sisi anggaran, Jember justru posturnya justru lebih dari ketentuan 20 persen, tetapi tampaknya masih perlu ada kajian mendalam terkait kebijakan dibidang pendidikan,” katanya.
Krirtik atas dunia pendidikan itu dibenarkan Muhammad Hidayat yang mencontohkan kebijakan soal penanganan Guru Tidak Tetap ( GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT).


Dayat yang mengaku mantan Kepala Sekolah SMP Swasta berpendapat disamping honor yang jauh dari kebutuhan hidup layak, GTT masih dibebani dengan penempatan tugas yang jauh dari kediamannya.
“Ini mesti disadari bagi para pengambil kebijakan, agar kehidupan GTT dan PTT juga mendapat perhatian sebagaimana mestinya,” kata Dayat.
Dayat menyoroti Surat Penugasan yang diterbitkan untuk GTT sepertinya hanya kebijakan pengalihan tanggung jawab agar Pemkab terlepas dari tanggung jawab harus menyalurkan BOS Daerah.
“Itulah mengapa Bupati tidak menerbitkan Surat Keputusan kepada GTT,” Kata Dayat.
Hal itu dibenarkan Eko Budianto, yang juga sependapat perlunya ada perbaikan kebijakan dalam penerbitan SP.


“Sebenarnya sudah banyak korban atas penerbitan SP. Ada GTT yang rumahnya Kencong ditugaskan di Wilayah Ledokombo, misalnya. Jarak tempuh yang sangat jauh itu membuat GTT lelah, makin memprihatinkan,” katanya.
Upaya Pengentasan Kemiskinan
Kondisi kemiskinan masyarakat Jember secara umum juga menjadi sorotan dalam diskusi Jember Idea. Aktifis Buruh Budi Santoso memberikan gambaran bahwa kemiskinan sangat lekat dengan terbukanya lapangan kerja.


” Kehadiran pemerintah masih bersifat pencitraan belum menyentuh pada pokok permasalahan,” kata Budi.
Padahal sumber daya untuk kepentingan pemberdayaan itu tersedia melimpah. Budi menyanyangkan sumber daya yang ada tidak terkelola secara benar.
” Itulah mengapa kita masih menjadi pengekspor tenaga kerja terbesar di asia,” katanya.
Terhadap kehidupan masyarakat Jember, pemerintah masih belum serius menangani. Budi mencontohkan penanganan penetapan UMK, Jember menetapkan sekitar Rp 2.171.000 per bulan.
“Padahal jika survey kebutuhan hidup layak (KHL) dilakukan dengan benar seharusnya UMK bisa diatas 3 juta,” tegas Budi.


Terkait pengentasan kemiskinan, Rasi Wibowo memandang perlu ada upaya terbukanya lapangan kerja dengan meningkatkan pengelolaan sumber daya yang dimiliki kabupaten Jember.
“Semisal pengembangan pariwisata. Jika digarap serius maka akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Rasi.
Prinsip, Rasi menegaskan perlu kepemimpinan yang tidak sekedar mengamankan kekuasaannya dengan pola pencitraan.
“Semoga Jember Idea bisa menjembatani,” harap Rasi. (*)