Sukabumi _ Jempolindo id _ KSIC Sukabumi menyelenggarakan Forum Forum Group Discucussion (FGD), yang diikuti oleh puluhan Mahasiswa, bertempat di Area Ruang Riung Kenari Kota Sukabumi, pada Minggu (19/11/2023).
Baca juga: 24 Grup Sepak Bola U-11 Jawa Timur Ikuti KOPPATARA CUP 2023 di Singosari
FGD yang digelar Kelompok Studi Insan Cita (KSIC) Sukabumi itu, bertema “pemimpin ideal di tengah arus globalisasi yang distruptif”.
Focus Group Discussion itu, dipimpin langsung oleh koordinator KSIC Sukabumi, Ade Rohmat.
Kepemimpinan Lahir Dari Rahim Kultural
Paparan Muhamad Mulki, Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Sukabumi, menjadi pemantik.
Mulki menjelaskan, pemimpin pada mulanya terbentuk dari situasi kultural yang menjadi rahimnya.
Ia mencontohkan kepemimpinan propetik sebagai figur yang terlahir dari pergulatan, antara sosio-kultural dengan subjek yang memiliki kesadaran diri yang integratif sebagai manusia utuh.
“Sehingga menghasilkan konfigurasi subjek pemimpin yang mampu memegang kontrol atas dirinya, dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya,” katanya.
Bahkan, kata Mulki, melahirkan kesadaran baru bagi kehidupan sosial, guna menjawab gejala-gejala disrupsi dampak dari arus globalisasi dalam konteks lokal maupun nasional.
“Membayangkan pemimpin ideal saat ini tentu bukan utipia belaka dalam ruang diskusi. Pemimpin yang ideal akan selalu berupa potensi yang siap dilahirkan,” ujarnya.
“Tentu, kata Mulki, dengan syarat-syarat kondisi yang harus terpenuhi,” imbuhnya.
KSIC Sukabumi Soroti Kepemimpinan
Selain Mulki, hadir pula sebagai pemantik diskusi, Zaini Lutfi, dari Komunitas Epistetica.
Zaini memberikan perspektif perluasan yang telah disampaikan oleh Mulki tentang tema kepemimpinan.
Dia menyoroti tipe kepemimpinan yang tengah bergeser, dari kepemimpinan yang terpusat pada figur subjek ke kepemimpinan yang diatur penuh oleh sistem.
“Wacana kepemimpinan hari ini tidak bisa disederhanakan dengan pertanyaan siapa?. Kepemimpinan saat ini perlu dipertanyakan lebih dalam lagi, apa ?,” ujarnya.
Pergeseran nilai dan gagasan di era disrupsi akibat arus globalisasi, kata Lutfi, telah menyeret umat manusia untuk mendefinisikan ulang hakikat kepemimpinan.
“Sebagai konsep yang tak lagi tunggal. Dia menyoroti lebih jauh tentang kompleksitas dan intensitas perubahan paradigma global tentang kehidupan bersama yang deras mempengaruhi konsep kepmimpinan,” jelasnya.
Meski demikian, menurut Lutfi, kepemimpinan masih perlu mengadosi kemampuan-kemampuan dasar seperti seni mempengaruhi, pengelolaan sumber daya, kemampuan memprediksi masa depan
“Guna mengatasi kemandegan-kemandegan berpikir. Selain hal dasar itu seorang pemimpin atau sistem kepemimpinan perlu berdialog intens dengan zamannya untuk mengahasil konfigurasi idealnya,” tegasnya.
Dalam konteks perjalanan globalsasi saat ini, kata Lutfi, beserta peristiwa sejarah yang membentuknya dan realitas kontemporer ikutannya mengantarkan tema diskusi kepemimpinan ke ruang-ruang multi-dimesional.
“Seperti halnya fenomena peperang antar kepentingan elit, baik sekala nasional maupun global, konflik-konflik bersenjata antar negara, penemuan saintifik, resesi ekonomi,” ujarnya.
Geopolitik internasional, menurut Lutfi, telah menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi kemanusiaan, yang mendambakan kepemimpinan ideal.
“Membaca dan menganalisis dari hal tersebut juga menjadi kunci dan pintu masuk mendekati fenomena disrupsi kondisi global saat ini,” ujarnya.
Menurut Lutfi, KSIC Sukabumi sengaja mendalami serta memperluas pemahaman mengenai tema kepemimpinan ideal ini untuk menguak disrupsi-disrupsi kondisi global.
“Sebagai upaya merawat tradisi berpikir kritis lewat Focus Group Discussion,” katanya.
Sebagai sebuah tempat berdiskusi KSIC pun, menurut Lutfi, menyediakan ruang bagi argumentasi seluas-luasnya untuk menggali ide-ide baru.
“Untuk melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang mampu beradaptasi dengan kondisi dan memantik temuan-temuan inovatif untuk mengatasi tantangan global,” paparnya.
Menurut Lutfi, secara umum lewat forum diskusi tersebut, KSIC Sukabumi mengajak para mahasiswa untuk duduk bersama kembali dalam nuansa kajian ilmiah yang akhir-akhir ini tampak tergerus oleh sikap snob, dan ideologi artifisial yang condong pada gaya hidup.
“Sekaligus menyeret para mahasiswa kepada pemikiran-pemikiran esensial tentang kemanusiaanya sendiri,” ujarnya.
Juga secara khusus, kata Lutfi, kepada tema kepemimpinan ideal yang telah diterangkan di atas. KSIC Sukabumi, mendorong lewat tema di atas supaya mahasiswa menjadi generator yang melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan.
“Yang tak hanya berkualitas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan berwawasan global,” tegasnya.
KSIC Sukabumi Mendaulatkan Diri
Pada akhir sesi, Ade Rohmat selaku moderator juga sekaligus koordinator KSIC Sukabumi, mendaulatkan diri lewat forum diskusi yang digelar KSIC, sebagai wadah yang memotivasi dan memberikan dorongan reflektif kepada mahasiswa.
“Untuk aktif dalam mencari terobosan-terobosan dalam menjawab persoalan di era disrupsi dan globalisasi yang semakin kompleks,” tutupnya. (#)