15.6 C
East Java

Wedung Pace: Pusaka Misterius  Jantung Identitas Jember

Jember, Jempolindo.id – Seribu misteri tentang  Wedung Pace (atau Bedung Pace), sebagai sebuah warisan budaya, tersimpan di antara hamparan pegunungan dan keindahan alam Jember.

Lebih dari sekadar senjata tradisional, pusaka ini merupakan simbol ketangguhan, kearifan lokal, dan identitas kultural masyarakat Jember, yang terus dijaga dari generasi ke generasi.

Mengenal Wedung Pace: Anatomi Pusaka Khas Jember

Wedung Pace bukanlah golok biasa. Pusaka ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari senjata tradisional lainnya:

  • Gagang (Handel) yang Unik : Selalu diukir menyerupai kepala burung tatat (sejenis burung betet), menunjukkan kehalusan seni ukir para empu pembuatnya.
  • Dimensi Spesifik: Panjang bilah rata-rata melebihi 45 cm dengan lebar tidak lebih dari 2,5-3 cm dan ketebalan 5-6 mm. Pangkal bilah lebih kecil daripada ujungnya .
  • Bilah Khas: Ujungnya tumpul tajam (tidak runcing) dan bilahnya melengkung seperti “mapah gedeng” (pelepah pisang dalam bahasa Madura).
  • Material Langka: Mengandung besi meteorit,  yang menghasilkan pamor mirip keris ketika diwarangi (proses perawatan logam). Tekstur bilahnya terasa kasar (ngerasak) tetapi sangat kuat .

Asal-Usul yang Diselimuti Kabut Sejarah

Meskipun diakui sebagai ikon Jember, asal-usul Wedung Pace masih menjadi bahan perdebatan dan penelitian:

  • Keterkaitan dengan Desa Pace: Diyakini dibuat oleh para empu (pandai besi) yang berdomisili di Desa Pace, Kecamatan Silo, Jember. Namun, tidak ada catatan pasti sejak kapan tradisi pembuatan Wedung Pace dimulai .
  • Misteri Para Empu: Sejarawan lokal seperti Wuwul Soraeng Koko menyebut setidaknya ada tiga empu mashur di wilayah Pace, tetapi informasi tentang identitas dan karya mereka masih sangat terbatas.
  • Status Sosial Pandai Besi: Menurut kajian arkeologis, pandai besi (pandai wesi) di masa lalu termasuk kelompok candala (status sosial rendah), tetapi peran mereka sangat vital dalam masyarakat.

Fungsi Sosial dan Mitos yang Melekat

Wedung Pace tidak diciptakan sebagai alat pertanian, melainkan untuk
fungsi sosial dan pertahanan:

  • Simbol Status dan Identitas: Kepemilikan Wedung Pace menandakan kewibawaan dan kedudukan pemiliknya dalam masyarakat tradisional Jember.
  • Mitos Penyembelihan: Ada kepercayaan kuat bahwa Wedung Pace tidak boleh digunakan untuk menyembelih hewan. Mitos menyatakan daging akan membusuk jika dipotong dengan pusaka ini, diduga karena kandungan logam beracun pada bilahnya .
  • Peran Historis: Pusaka ini menjadi senjata andalan anggota Banser Hizbulwatton dan kelompok anti-PKI selama peristiwa G30S 1965, menunjukkan perannya dalam pergolakan sosial-politik .

Tantangan Pelestarian dan  Upaya Penyematan

Wedung Pace kini berada di ujung tanduk kepunahan:

  • Kelangkaan dan Harga Fantastis: Harga Wedung Pace asli bisa mencapai Rp 6–7 juta per bilah, bergantung pada keaslian dan kualitasnya. Harga ini mencerminkan kelangkaannya.
  • Upaya Pelestarian: Paguyuban Pecinta Tosan Aji (Pataji) Nuso Barong Jember secara aktif memperjuangkan Wedung Pace sebagai Ikon Resmi Kabupaten Jember. Mereka mendorong Pemkab Jember untuk:
  • Melakukan kajian akademis mendalam tentang sejarahnya.
  • Membuat replika miniatur sebagai cenderamata budaya.
  • Mendokumentasikan teknik pembuatan tradisional.
  • Ekspresi Seni Kontemporer: Pada 2018, Teater Kunbalangu (Jember) menciptakan pertunjukan tari berjudul “Wedhung Pace”, yang mengangkat filosofi pusaka ini sebagai simbol perjuangan dan identitas kultural masyarakat Tapal Kuda .

Masa Depan: Antara Pusaka dan Identitas

Agar Wedung Pace tidak hanya menjadi cerita masa lalu, diperlukan langkah terintegrasi:

  1. Digitalisasi dan  Dokumentasi: Membuat arsip digital 3D dan film dokumenter tentang empu terakhir yang memahami teknik pembuatannya.
  2. Edukasi Generasi Muda: Memasukkan Wedung Pace ke dalam muatan lokal sekolah sebagai bagian dari sejarah Jember.
  3. Festival Budaya Tahunan: Menyelenggarakan festival yang memadukan pameran pusaka, diskusi sejarah, dan pertunjukan seni bertema Wedung Pace.
  4. Kolaborasi dengan Perajin: Membangkitkan kembali tradisi pandai besi dengan pelatihan dan pendampingan berbasis desain kontemporer.

Pandangan Imam Zasuli, Juru pelihara situs Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember

Mantan Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember Dhebora Krisnawati, yang kini menjadi pengurus FPK Kabupaten Jember, menyampaikan upayanya melacak keberadaan Wedung Pace.

Melalui WA Grup FPK Kabupaten Jember, Dhebora mengirim tulisan dari Imam Zasuli, Juru pelihara situs Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember.

Untuk memperkaya khasanah pengetahuan tentang pusaka Jember ini, redaksi menggunggah tulisan tersebut, dengan sedikit editing.

Bědhung Pacé
Gagangnya yang khas dengan motif burung Jaruman Atat. Jaruman Atat juga terpahat pada panil relief Candi Deres yang kini tersimpan di gudang koleksi purbakala Jember.

Dalam cerita Panji, Jaruman Atat adalah pembawa pesan, surat cinta Panji kepada Sri Tanjung/Sekartaji. Jaruman Atat perlambang dari sebuah dedikasi yang Amanah dan Tanggung Jawab.

Relief sejenis senjata tebas ini juga terpahat pada sebuah Prasasti di dusun Lumbung Silo, yg beraksara Brahmi, secara paleografi aksara tersebut masa Brahmi pertengahan abad 2 m – 3 m (Era Kshatrapa).

Dimana dari hasil kajian mandiri, prasasti tersebut berisi tentang sebuah Aliran Buddhisme Tantra Vajrayana (Vajradhara) tentang pemimpin mahagraha panji Vanjradhara (boddhisatta) yang memiliki sebuah prinsip, amanah dan tanggung jawab (tvaga) yg disimbolkan  dalam arca manjusri memegang sebilah pedang/senjata kebijaksaan.

Dalam konteks Buddhisme tantra, vajrayana, manjusri, Senjata Badhama — Kharga – Khora mirip Wedhung — ini dipakai oleh para penganut Tantra Bhairawa, sebagai salah satu aksesorisnya.

Dan yang menarik, Gagang Wedhung Pace yang Khas dengan Motif Jaruman Atat ini pun alur, gaya dan  motifnya kental sekali dengan  Jenggala & Singhasari.

Coba tengok model model  relief dan pahatan pada karya  zaman Jenggala dan  Tumapel/Singhasari

Bisa dimungkinkan awal keberadaan Wedung Pace ini sezaman dengan Jenggala – Kadiri (lahirnya kisah Panji – kakawin smaradhana – mpu dharmaja) abad 10 M.

Mengingat Candi Deres pun diduga masa dari Pra Majapahit (Antara Tumapel-Jenggala-Mdang Jawa Timur) jika dilihat dari Corak, pahatan dan uloran beberapa artefaknya, terkesan detail dan sedikit garang. Dan ada sedikit sentuhan sederhana dari motif tumpal dan kawung

Senjata seperti  Badhama — Kharga – Khora mirip Wedhung — ini dipakai oleh para penganut Tantra Bhairawa.

Ingat juga dalam naskah Tantu Panggelaran abad 15 M, juga ada beberapa kelompok empu pande besi yang juga bekerja menempah persenjataan di gunung, termasuk juga mungkin di sekitar gunung,  di Jember seperti Mpu Pace ini

Dalam kaidah Bausastra, Kata Pace bahasa sansekerta – jawa kunonya adalah Khadirī-Khadrī.

Dimana ada salah satu literasi menyebut asal usul Kata Kadiri berasal dari Khadiri (Pace). Ini sangat menggelitik, dan menjadikan imajinasi liar, jangan jangan  Mpu Pace ini dari Kadiri/Jenggala.

Sebagai catatan, salah satu pasukan elit di Nusantara yang bersenjatakan Wedung adalah Legiun Mangkunegaran yg disebut Pasukan Ladrang Mangungkung.

Tujuh Jenis

Bedung Pace sendiri mempunyai beberapa jenis dan menyandang beberapa nama, seperti nama-nama di dunia keris. diantaranya adalah:

  1. si Komantan, (Kemanten)
  2. si Benjir. (Banjir)
  3. si Kojuk Srantang
  4. si Kojik nDang-nDang Lak,(Dandang Ngelak atau Kukusan Nasi Haus)
  5. si rante
  6. si rondo (janda)
  7. si pelor

Umumnya memiliki bilah (berbentuk pelepah daun pisang) ujung tidak lancip, meniliki panjang antara 40cm -45cm, lebar bilah 2,5cm-3cm dan tebal 5mm-6mm, dan bahan baku utamabta dari besi aji (meteorit)

Salah satu informasi dari Mas Bro Hakim, Menurut salah satu narasumber dari Pace Silo, Lik Mat.

Dahulu Beddhung Pace, aslinya berfungsi sebagai sikep dan harus diletakkan di 4 paddu (pojok/penjuru) dan 1 di tengah. Artinya ada 5 Beddhung pace yang dianggap keramat.

Sayangnya, Awal Sejarah Senjata khas Jember tersebut selama ini hanya berhenti pada dekade 1965. Tidak ada yg berusaha mengulik secara intens tentang sejarahnya.

Epilog: Pusaka yang Menjadi Cermin Jember

  • Wedung Pace adalah cermin dari Jember sendiri: kuat namun rendah hati, penuh misteri tetapi menyimpan ketangguhan, dan selalu setia pada akar budaya meski zaman terus bergulir.
  • Pusaka ini bukan hanya bilah besi berharga; ia adalah penjaga memori kolektif masyarakat Jember.
  • Di setiap lengkungan bilahnya, tersimpan kisah tentang para empu yang menghidupkan logam menjadi senjata, tentang keberanian warga mempertahankan nilai-nilai lokal, dan tentang tekad generasi kini untuk melestarikan warisan yang nyaris punah.
  • Wedung Pace mengingatkan kita bahwa identitas sebuah tempat tak hanya ditentukan oleh sumber daya alamnya, tapi juga oleh kearifan tangan-tangan terampil yang membentuk sejarahnya. (*)
- Advertisement -spot_img

Berita Populer

- Advertisement -spot_img