Tradisi Kupatan Menurut Orang Jawa dan Madura 

Loading

Jempolindo.id – Kupatan, sebuah tradisi yang hanya didapatkan di Indonesia, khususnya dikalangan orang Jawa dan Madura, yang biasanya dilaksanakan setelah tujuh hari Idul Fitri.

Sebagaimana anjuran ajaran Islam, setelah hari raya Idul Fitri, disunnahkan menjalankan puasa selama 6 hari.

Sebagai penanda, maka orang Jawa atau orang Madura, merayakannya dengan Lebaran Kupatan, atau dalam bahasa Madura nya Telasan Ketopak.

Tradisi ini konon merupakan peninggalan dari para Wali Songo, lebih tepatnya peninggalan dari Sunan Kalijaga.

Tata cara melaksanakan Kupatan (Jawa) atau Ketopak (Madura), hampir serupa, kaum perempuan biasanya membuat masakan yang bernama Kupat.

Bahannya dari janur atau daun kelapa, yang dianyam, sehingga membentuk sebuah wadah, untuk membungkus beras yang sudah dicuci.

Beras yang dimasukkan kedalam kupat itu lalu dimasak, untuk kemudian dihidangkan bersama dengan kuah santan, lauk ayam, dan berbagai sayuran lainnya.

Sedangkan Kupatan itu sendiri, dari cerita lesan turun temurun, memiliki makna yang cukup mendalam.

Kupatan, mengaku sedoyo kalepatan. Artinya, mengakui semua kesalahan, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia.

Kesalahan dan dosa kepada Allah, bagi yang menjalankan ibadah puasa, sudah ada jaminan diampuni. Namun, kesalahan dan dosa kepada manusia, maka dapat dihapuskan dengan cara meminta maaf.

Sedangkan versi Madura, Ketopak, Kenengih Ketoju’enah Patepak. Artinya, beribadahlah kepada Allah dengan Istiqomah dan bersungguh-sungguh.

Demikian pula, jika memiliki permasalahan dengan sesama manusia, hadapilah dengan cara yang baik. Sehingga mendapatkan solusi yang baik.

Beras yang dicuci, merupakan simbol dari niat yang sungguh-sungguh dan suci.

Beribadah kepada Allah, tentu dengan hati yang bersih dan niat yang suci.

Begitupun berhubungan dengan sesama, juga harus dilakukan dengan hati yang bersih dan niat yang tulus.

Janur, sebagai pembungkus kupat, mengandung makna, Jalan untuk mendapatkan Nur, atau Cahaya.

Niat yang bersih, hati yang suci, Istiqomah, dan sungguh sungguh adalah jalan untuk mendapatkan ridho Allah, menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Empat Sudut, Kupat (Jawa) atau Ketopak (Madura) memiliki 4 sudut, yang bermakna 4 hawa nafsu, yakni Nafsu Amarah, Aluamah, Sufiah dan Mutmainah.

Artinya, untuk mencapai kesempurnaan, maka manusia harus mampu menempatkan 4 nafsu itu pada tempatnya. Tidak mengumbar nafsu seenaknya, sehingga dapat mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Ater – ater (Jawa), Ter Ater (Madura), dalam bahasa Indonesia mengantarkan masakan yang sudah siap dihidangkan, kepada sanak famili dan tetangga.

Mengandung maksud, agar dalam berhubungan sesama, senantiasa memberikan yang baik, menghindari fitnah, bergunjing dan saling menyakiti.

Baik kepada Allah maupun kepada Manusia, senantiasa memberikan dan menyuguhkan yang terbaik.

Dengan demikian, maka amal ibadah selama bulan Ramadhan, akan terus diperbaiki kualitas nya pada bulan – bulan berikutnya. Sehingga, akan tercapai tujuan menjadi Insanul Kamil, manusia yang sempurna. (MMT)

Table of Contents