Jember, Jempolindo.id – Merespon banyaknya keluhan terhadap anjlognya harga gabah petani, terutama saat panen raya, Komisi B DPRD Kabupaten Jember menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di ruang Banmus DPRD Kabupaten Jember, pada Senin (14/03/2025).
Hadir dalam RDP itu diantaranya, perwakilan KTNA, APTI, Bulog Jember, Dinas ketahanan Pangan Kabupaten Jember dan OPD terkait.
Melalui Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Jember Candra Ary Fianto, menjelaskan RDP itu bersamaan dengan Pansus Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Bupati Jember, yang hanya diberi waktu selama 10 hari.
“Dalam RDP ini, kami menggali informasi terkait serapan Bulog terhadap gabah yang ada di masyarakat,” kata legislator PDI Perjuangan itu.
Baca juga: Peran Bulog Lemah, Harga Gabah Anjlok, Komisi B DPRD Jember: Perlu Resi Gudang
Menurut Candra, seperti yang telah disampaikannya pada RDP sebelumnya, bahwa banyak kendala terkait dengan serapan gabah petani.
“Sebenarnya yang bisa masuk Bulog itu Poktan atau Gapoktan, yang mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pertanian,” ujarnya.
“Bagi Poktan atau Gapoktan yang telah mendapatkan rekomendasi, selanjutnya akan mengisi aplikasi, untuk kemudian diterbitkan surat jalan oleh Bulog,” imbuhnya.
Namun, karena bertepatan dengan panen raya, maka terjadi penumpukan dan antrian dalam proses pengiriman gabah (di Gudang Bulog) tersebut.
“Kendalanya ada dua faktor, pertama Bulog Jember belum siap sarana dan prasarana dalam penyerapan gabah ini,” katanya.
Lanjut Candra, yang dimaksud tidak siap, Bulog Jember hanya punya 6 dryer (mesin pengering).
“Bulog Jember juga ada pengeringan lantai, namun karena kondisi cuaca, pengeringan itu tidak bisa menyerap secara optimal,” katanya.
Faktor lain, kata Candra, tingginya kadar air gabah petani, yang mencapai 28 persen, sehingga memperlambat proses di Bulog.
“Saya pikir Bulog adalah lembaga (BUMN) yang punya kualifikasi, jangan sampai terjadi lagi antrian, apalagi gabah itu tidak terserap,” tegasnya.
“Kami meminta agar Bulog Jember, jangan pernah menolak gabah yang akan di setorkan ke Bulog,” imbuhnya.
Serap Gabah Petani Bulog Jember Kerjasama dengan TNI

Menurut Wakil Pimpinan Cabang Perum Bulog Jember Febri Al Farhan, Bulog Jember bekerjasama dengan TNI Angkatan Darat, yang dikoordinir oleh Kodim 0824 Jember.
“Kita bekerjasama dalam hal pendaftaran dan jemput gabahnya,” ujarnya.
Sedangkan jadwal untuk bisa masuk ke gudang Bulog Jember, maksimal hingga pukul 15.00 WIB, untuk menghindari adanya antrian.
“Menghindari terjadinya nginap lagi truk, jadi pembongkar bisa selesai pada hari itu,” tegasnya.
Febri mengakui fasilitas Bulog Jember masih kurang, sehingga perlu melakukan kerjasama dengan mitra kerja, untuk mencukupi kapasitas dryer.
“Dengan kerjasama itu, maka sekarang kita bisa menyerap 2000 ton perhari,” ujarnya.
Menjawab anjlognya harga gabah di level petani, yang anjlog hingga Rp 4500 per kg, berada di bawah ketetapan pemerintah sebesar Rp 6500, menurut Febri ketetapan harga, sesuai Inpres no 6 tahun 2025, bukan hanya berlaku kepada Bulog, namun juga kepada pihak swasta.
“Jadi seluruh penggilingan padi, bukan hanya Bulog, juga harus membeli gabah petani dengan harga Rp 6500, seperti yang telah disampaikan Pak Menko Zulkifli Hasan,” tegasnya.
Sedangkan kualitas gabah yang diterima Bulog, adalah gabah yang bersih dari jerami.
“Kami beli gabah, setelah kami blower, kalau ada jeraminya kami kembalikan kepada petani,” ujarnya.
Bulog Jember menolak gabah yang kualitasnya buruk, seperti gabah yang telah menghitam dan berkecambah.
“Untuk kadar air, kalau diatas 28 persen, itu yang kami tolak,” tandasnya.
Untuk meningkatkan serapan gabah petani, kata Febri, Bulog Jember telah terbantu oleh HKTI dan KTNI.
“Kerjasama kami cukup baik, dalam hal mendorong serapan gabah petani,” katanya.
Sebenarnya kapasitas gudang Bulog Jember sangat mencukupi, target serapan 59.200 ton, sedangkan kapasitas gudangnya sebesar 116.000 ton.
“Untuk itu, dalam rapat tadi, kami minta dukungan pemerintah kabupaten Jember, untuk penyediaan dryer, dan menghimbau kepada penggilingan padi, agar hasilnya dikerjasamakan dengan Bulog,” pungkasnya.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jember, ditanya permasalahan ini, enggan berkomentar. (Slmt)