Jember_Jempol _ Tangis GTT Jember akhirnya terjawab, setelah perjalanan panjang, GTT/PTT kabupaten Jember memperjuangkan nasibnya melalui serangkaian aksi yang seolah tak pernah menemukan muaranya, bahkan cenderung terpinggirkan dengan kebijakan yang tak menghargai ketulusan pengabdiannya sebagai pendidik
Bahkan nasibnya semakin terlunta – lunta dengan kebijakan penempatan yang telah menyebabkan para Guru Tidak Tetap itu semakin menderita.
Bagaimana tidak, seorang GTT yang rumahnya di Ambulu harus mengajar ke sekolah yang tempatnya di ledokombo, setiap hari harus menempuh jarak lebih dari 40 Km, sedangkan honornya tak sebanding, jangankan buat beli bensin untuk mencukupi kebutuhan hidupnya saja sudah tak mungkin.
Kini mereka, menemukan oase, setelah bertahun – tahun nasibnya terkatung – katung, GTT Kabupaten Jember, melalui Bupati Jember Hendy Siswanto yang menerbitkan SK untuk 5000 GTT, dan menyerahkan kewenangannya kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk menandatangani SK masing-masing GTT. Wajah murung dan putus asa itu kini bisa tersenyum kembali. Berikut kenaikan honor dari Rp 600 ribu menjadi Rp. 1,2 juta.
Maka, tak salah jika kemudian sebagai wujud kegembiraannya seorang GTT yang juga dikenal sebagai aktivis Jember bernama Nur Fadli melaksanakan nadzarnya dengan menyembelih 2 ekor kambing di depan pendopo wahya wibawagraha. Jumat (09/04/2021).
Pejuang pendidikan itu adalah seorag Guru SMPN Sukorambi yang kini telah berstatus sebagai ASN dari jalur P3K, bersama kerabat dan kawan GTT, pagi itu sekira jam 07.000 WIB mereka melaksanakan tasyakuran dan membagikan kebahagiannya bersama siapa saja yang ada disekitar lokasi.
Kehadiran Bupaiti Jember Hendy Siswanto bersama istrinya dan Wakil Bupati, MB Firjaun Barlaman yang turut bergabung bersama menikmati tasyakuran itu, sempat mengagetkan Nur Fadli yang sebelumnya tak menyangka Bupati dan Wakil Bupati akan turut bergabung.
Tasyakuran itu menurut Nur Fadli merupakan wujud rasa terima kasihnya, atas perhatinnya Bupati Jember Hendy Siswanto.
“Saya sering ke pendopo dulu, tapi selalu ditolak, omong masalah peraturan, omong masalah PP 48, gak pernah digubris (oleh bupati Faida)” kisahnya.
Karenanya, sejak dulu Nur Fadli telah bernadzar akan menyembelih kambing jika perjuangannya terkabulkan.
“Jadi saya punya inisiatif sejak dulu, kalau nanti SK turun, saya akan sembelih kambing dan (akan) mengajak bupati yang menang (untuk makan bersama)” ujarnya.
Nur Fadli mengaku kaget sekaligus bangga ketika Bupati dan rombongannya benar benar mau bergabung dan duduk lesehan bersamanya dalam tasyakuran yang digelarnya itu.
“Saat saya bakar sate depan pendopo tadi, terus ada Bupati lewat, kok dada dada (melambai). Langsung saya cegat,” katanya. (*)