Jempolindo.id – Ummat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan dalam bulan Ramadhan, biasanya diakhiri dengan melaksanakan Sholat Idul Fitri.
Pada saat Idul Fitri, memang ummat Islam dilarang berpuasa, namun setelahnya disunnahkan untuk berpuasa selama 6 hari, sejak tanggal 2 hingga tanggal 7 Syawal.
Bulan Ramadhan sebagai bulan suci yang penuh dengan amalan-amalan yang dicintai Allah Swt. Salah satu amalan penyempurna ibadah puasa adalah Zakat Fitrah.
Selain dapat menyucikan hati dan jiwa, Zakat Fitrah menjadi pilar keseimbangan sosial, pembuka pintu rezeki, dan amalan yang bisa menghadirkan rasa syukur dan kebermaknaan dalam hidup.
Selain zakat fitrah, ummat Islam dianjurkan untuk melakukan puasa dalam bulan Syawal.
Syawal menandakan kehidupan baru dan pembaruan setelah sebulan pembersihan spiritual.
Dianggap sebagai periode transformatif bagi umat Islam, bulan ini menyediakan banyak kesempatan untuk meneruskan kebiasaan baik yang dibangun selama Ramadan ke bulan Syawal.
Puasa Syawal merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam setelah selesai menjalani ibadah puasa Ramadan.
Namun, seringkali muncul pertanyaan seputar berapa hari puasa Syawal yang sebaiknya dilaksanakan. Dan apakah puasa Syawal bisa dilaksanakan secara terpisah atau harus berturut-turut?
Rasulullah saw telah menjelaskan dalam haditsnya bahwa orang yang berpuasa Ramadan, kemudian disambung dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka akan memperoleh pahala senilai puasa sepanjang tahun.
Rasulullah saw bersabda,
“Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim)
Melansir dari NU Online, idealnya puasa Syawal dilaksanakan enam hari berturut-turut persis setelah hari raya Idul Fitri, yakni tanggal 2 hingga 7 Syawal.
Namun, Syekh Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj berpendapat bahwa puasa Syawal dapat dilakukan secara terpisah, tidak harus berturut-turut, dengan memilih enam hari yang sesuai kenyamanan dan kesempatan dalam bulan Syawal.
Oleh karena itu, seseorang diperkenankan melaksanakan puasa Syawal, misalnya tiap hari Senin dan Kamis, melewati tanggal 13, 14, 15, dan seterusnya selama masih berada di bulan Syawal.
Seandainya seseorang berniat puasa Senin-Kamis atau puasa ayyamul bidl (13,14, 15 setiap bulan hijriah), ia tetap mendapatkan keutamaan puasa Syawal sebab tujuan dari perintah puasa rawatib itu adalah pelaksanaan puasanya itu sendiri terlepas apa pun niat puasanya.
Adapun tata cara puasa sunnah Syawwal sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dengan menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Berikut adalah lafal niatnya yang dibaca pada malam hari,
Nawaitu shauma ghadin an ada i sunnatis Syawwali lillahi ta ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta ala.”
Karena ini puasa sunnah, maka jika lupa niat pada malam hari boleh niat pada siang harinya. Berikut adalah niat puasa Syawwal jika dibaca di siang hari,
Nawaitu shauma hadzal yaumi an ada i sunnatisy Syawwali lillahi ta ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah taala.”
Puasa Syawal merupakan kesempatan emas bagi bagi ummat Islam, untuk terus memperoleh pahala setelah selesai menjalani ibadah Ramadan.
Dengan menjalankan puasa ini, diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan dan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. (MMT)