Jember_ Jempol. Lantunan mocopatan menyibak relung malam, diantara langkah kaki yang menyapa rerumputan dan semak belukar. Suasana malam itu, Rabu (4/12) menjadi sangat mistis, diantara cahaya obor yang menerangi.

Tampaknya Pegiat Pewaris Budaya Leluhur dibawah naungan Dewan Kesenian Jember sedang mencoba bersenyawa luruh dengan alam Sungai Bedadung.
Ditengah Sungai Bedadung, terdengar tabuhan gending rancak musik gandrung bersenyawa dengan gemericik aliran sungai Bedadung, menandakan seolah sang penguasa sungai menyambut kerinduan para seniman menyatu dengan tarian semesta.
Sejenak suasana tegang, dari rerimbunan hutan bambu, tiba – tiba muncul sesosok leak yang menari – nari mengikuti irama tabuhan gandrung.
Sosok leak itu turun menyeberangi sungai, lalu menyembah kepada tiga putri penari gandrung yang berdiri berjajar, seperti mohon ijin memberkati tumpeng yang tersedia.
Usai memberkati tumpeng, leak itupun segera menghilang menuju rerimbunan hutan bambu, bayangannya lenyap dalam kegelapan.
Suasana kian menghentak – hentak, saat Soni Suharsono “Cimot” membacakan puisi berjudul “Ruh Bedadung. Bertelanjang dada Soni, sambil memegang batu di kedua tangannya yang diadu menimbulkan bunyi eksotis.
“Gelang – gelang Kali kali….,” Soni seolah sedang berdialog dengan para penguasa Kali Bedadung.
Lalu, disambung dengan lantunan lagu para penari gandrung yang saling bergantian.
Sungguh, malam itu terasa sangat eksotis. Sebuah suguhan para pegiat seni, dibawakan diatas panggung setingan alam Kali Bedadung.
Ketua DKJ Eko Suwargono menuturkan kegiatan itu merupakan agenda DKJ yang sebenarnya sudah teragenda melalui Pemerintah Kabupaten Jember. Mestinya, giat itu akan dilaksanakan pada tanggal 15 september 2019.
“Menjadi tak penting, apakah giat ini direstui pemkab Jember atau tidak, yang penting sudah bisa dilaksanakan,” tuturnya.
Eko berkeinginan kelak kreativitas para seniman Jember dapat menjadi buah karya yang bisa dinikmati oleh banyak kalangan.
Kata Eko, Sungai Bedadung merupakan Icon yang tak dapat dipisahkan dari Mitos Jember.
“Masih ada lagi rangkaian kegiatan DKJ yang sengaja untuk memperkenalkan kepada segenap kalangan tentang Jember,” tegasnya.
Dewan Pakar DKJ Dr Ikhwan Setyawan menegaskan, giat Romansa Bedadung merupakan upaya membayar niat yang harus dilaksanakan.
“Saat saya melarung sesaji, saya sengaja membacakan ayat suci dan mantra khas Jawa. Biarlah, siapapun yang menghadang niat kami untuk melaksanakan Selamatan Sungai Bedadung, semoga alam memberikan keadilan,” sergahnya.
Lalu malam itu sejenak menjadi hening seolah seluruh pepohanan, batu – batu, air kali terdiam sejenak. Mengiringi langkah para pegiat kebudayaan Jember meninggalkan panggung alam Sungai Bedadung. (*)