JEMPOL – SURABAYA – Rencana Merger Pelindo I – IV, meski Pelabuhan Surabaya akan kehilangan pelindo III, tetapi Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan, menjamin keberlangsungan pengembangan pelabuhan.
Pelindo III, diketahui merupakan Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan layanan pelabuhan yang beroperasi di 43 pelabuhan, pada tujuh provinsi di Indonesia. Pelindo III memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional melalui ketersediaan fasilitas pelabuhan dan terminal berstandar internasional serta efisiensi dan inovasi layanan.
Namun, Ketua Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan sekaligus Dirut PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Arif Suhartono, memberikan jaminan dengan mendorong adanya Plindo Peti kemas, yang ukuran bisnis setara dengan Pelindo III.
“Jadi, Surabaya kehilangan Pelindo III iya, karena nanti tidak ada lagi Pelindo III, tetapi ada Pelindo Petikemas, di mana coverage-nya nasional khusus petikemas, Pelindo Petikemas akan kita dorong head office-nya tetap di Surabaya, karena size bisnis petikemas kurang lebih setara dengan Pelindo III sekarang ini, ” kata Arif saat acara Diskusi Direksi Pelindo I-IV dengan Media di Surabaya, Kamis (27/5/2021) malam.
Untuk mempetahankan performa Pelindo, Tim Sinergi dan Integrasi BUMN dalam Layanan Pelabuhan, jika jadi berintegrasi Pelindo I-IV, akan mendorong terbentuknya empat subholding, yang tetap berkantor pusat di wilayah Pelindo sesuai ukuran bisnisnya saat ini.
Hasil integrasi itu mejadi Pelindo Sinergi, yang membawahi empat subholding, yakni Pelindo Petikemas, Pelindo Non Petikemas, Pelindo Marine dan Equipment dan Pelindo Logistik.
Target jangka pendek dari bisnis model yang disiapkan, kedepan Pelindo Sinergi menggunakan konsep managemen pengelolaan untuk kegiatan yang sama. Beberapa pelabuhan cabang yang tadinya mengelola semua kegiatan, akan dijadikan dalam satu perusahaan, berintegrasi dalam4 subholding tersebut, sehingga dapat memberikan layanan dan performa yang sama.
Selanjutnya, target jangka panjang, menjadi tugas masing-masing subhloding untuk mengembangkan bisnisnya.
“Terlalu berat kalau kita pikir sampai ke depan, tetapi bagaimana menciptakan kondisi ke depan seperti apa. Alhamdulillah Pelindo saat ini bukan lagi Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar, jadi attachment antara Pelindo dengan daerah tidak terlalu tinggi,” kata Arif.
Sedangkan subholding Pelindo Non Petikemas, akan didorong berkantor pusat di Medan, karena size bisnisnya banyak yang nonpetikemas. Termasuk juga Pelindo Marine dan Equipment akan didorong ke wilayah Pelindo IV, yaitu di Makasar karena saat ini bisnis itu lebih banyak.
“Jadi Pelindo I-IV memang nanti nggak ada, tapi mereka akan terwakili Pelindo yang lebih nasional lagi dan akan lebih fokus dari kegiatannya,” tandas Arif.
Terbentuknya subholding, seperti Pelindo Petikemas, maka layanan petikemas dari satu ujung ke ujung lainnya akan memilki kualitas layanan yang sama, untuk kelas pelabuhan yang sama.
Sementara, jika dalam proses integrasi Pelindo terdapat direvasi bisnis dari subholding, maka akan berubah status yang tergabung pada Pelindo Petikemas.
“Inilah yang akan memastikan layanan dari ujung ke ujung adalah sama. Sekali lagi alasannya adalah mungkin 70-80% dari petikemas itu dilayani oleh customer yang sama, jadi nanti di link-nya itu cukup satu Pelindo Petikemas, bahwa nanti dibawahnya itu ada operatornya itu sebagai operation dan maintanence saja. Tapi di link-nya itu dengan Pelindo Petikemas,” ungkapnya.
Jika nanti ada masalah di satu tempat nanti akan menjadi kewajiban dan tugas dari subholding tersebut. Contohnya, ada masalah layanan petikemas di Medan, maka subholding itu yang akan mengurusinya. Mereka mempunyai jalur komando dan komunikasi yang jelas.
“Tapi KPI-nya yang jelas adalah untuk kelas yang sama harus mempunyai performa yang sama,” kata Arif.
Lebur Karena Pertimbangan Logistik
Lebih lanjut Arif menjelaskan, rencana integrasi Pelindo tersebut adalah kebijakan dan keputusan pemerintah dengan ekonomi sebagai pertimbangan utama, salah satunya adalah efisiensi logistik.
“Kalau bicara logistik yang paling pas, enak dan efisien adalah kontainer. Kebetulan kastemer Pelindo I-IV untuk kontainer sekitar 70-80% adalah sama. Tentunya apabila dilayani dengan servis, performa dan proses bisnis yang sama akan akan berdampak positif kepada kastemer,” terang dia.
Dia berharap ke depan, target integrasi adalah memastikan layanan yang sama, meningkatkan efisiensi layanan, mencoba membantu kegiatan pelabuhan di luar pelabuhan dan keluar dari wilayah yang ada sekarang ini.
“Tapi yang utama ada bagaimana kita membantu layanan domestic, itu yang terpenting, dengan memberikan layanan servis yang sama untuk terminal-terminal dengan kelas yang sama, tentu saja kelas satu dan dua sampai kapanpun akan berbeda tapi sama-sama kelas satu akan memberikan layanan yang sama,” kata Arif.
Integrasi Pelindo akan berujung pada efisiensi biaya logistik, tetapi semua itu perlu proses, tidak serta merta. Arif mencontohkan, satu pelabuhan di Pelindo II setelah dilakukan transformasi angka bongkar muat hanya satu hari dari sebelumnya sekitar 5-6 hari.
“Itu artinya dari shipping line akan mempunyai sailing time lebih banyak. Ibarat bis kalau jalan akan dapat duit kalau bisnya jalan, tidak mungkin bisa berhenti di terminal dapat duit. Kira-kira lebih kurangnya seperti itu. Bicara pelabuhan logistik, kapal itu bicara network tidak bicara single port, jadi tidak mungkin disatu sisi baik tapi di pairing port-nya kurang baik, secara network itu tidak optimal tidak maksimal. Kira-kira itu pertimbangan integrasi Pelindo ini,” ungkapnya.
Arif optimistis rencana integrasi Pelindo yang sebenarnya sudah sejak sepuluh tahun terakhir itu bisa berjalan. Sebab, untuk proses integrasi itu, Pelindo I-IV kali ini sudah berjalan ke arah yang sama sehingga akan memudahkan program yang sudah dicanangkan pemerintah tersebut.
Apalagi, sebelum merger direksi Pelindo I-IV sudah saling berdiskusi untuk memperbaiki layanan di pelabuhan utama. Seperti kolaborasi Pelindo IV dengan Pelindo II untuk memperbaiki layanan di salah satu pelabuhan di Ambon.
Kapal yang tadinya sekitar 3 tiga hari setelah ditransformasi menjadi satu hari. Hal itu sudah berjalan dan akan dikloning di pelabuhan-pelabuhan lain, saat ini sedang berjalan di Medan, karena tujuannya adalah memperbaiki layanan. Ditambah lagi, program Quick Quit Pre Merger juga saat ini sudah berjalan.
Selain itu, dalam proses merger ini yang penting juga koordinasi dengan departemen teknis, yaitu Kementerian Perhubungan. Sejauh ini, Kemenhub secara resmi telah memberikan dukungannya terkait program ini.
“Kalau kita bicara logistik, nggak akan kuat Pelindo mau gabung sekalipun, tidak akan kuat membereskan semuanya dan disitulah perlu kolaborasi antara Pelindo Sinergi dengan Perhubungan. Dan kami sudah sampaikan juga ke Menhub integrasi yang bagus yaitu tidak hanya Pelindo terintegrasi tapi juga dengan Kemhub, apalagi dari jumlah pelabuhan yang dikelola oleh Pelindo mungkin seratus sekian sedangkan total pelabuahan 200 sekian. Namun kalau kita bicara proporsi, meskipun kita hanya seratus sekian tetapi atas layanan yang kita berikan mungkin lebih dari 70-80% atas apa yang terjadi di disrtibusi logistik di Indonesia. Dan kami juga udah bagus komunikasi dengan pihak Kemenhub terkait dengan layanan, meskipun layanan dikelola oleh Pelindo dan Kemhub, mestinya harus memberikan layanan yang sama, tentu dengan kelas yang sama. Soal kapan integrasi ini, biarlah itu domain kementerian yang memutuskan, kami hanya mendapatkan mandat dari Kementerian BUMN,” paparnya.
Menjamin Kelanjutan Pengembangan Pelabuhan
Tim sinergi dan integrasi BUMN dalam layanan pelabuhan menjamin keberlanjutan program pengembangan pelabuhan pasca integrasi Pelindo I-IV.
Ketua tim sinergi dan integrasi BUMN dalam layanan pelabuhan sekaligus Dirut PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II, Arif Suhartono, menekankan integrasi Pelindo tidak akan berpengaruh pada rencana pengembangan strategis yang sudah dilakukan oleh Pelindo sehingga akan tetap berjalan, karena program pengembangan itu sudah melalui kajian.
“Jadi pengembangan yang sekarang sudah berjalan tidak ada perubahan tetap berjalan. Cuman pada saat nanti integrasi berjalan, strategi pendanaan saja yang mungkin berubah karena kapabilitas secara finansial Pelindo I-IV berbeda-beda, kemungkinan perbedaannya disitu,” katanya.
Soal pendanaan bagi proyek pengembangan, dia bilang, penawaran saham perdana atau Initial Public Offerengs (IPO) merupakan salah satu sumber pendanaan.
“Apabila memerlukan pendanaan dan disitu ada beberapa opsi, salah satunya IPO sangat dimungkinkan. Salah cara mencari dana yang murah itu adalah IPO. Tapi itu masih open sekali. Salah satu stragi pendanaan,” terangnya.
Arif juga menjamin tidak ada pengurangan karyawan pascaintegrasi Pelindo I-IV. Karena program BUMN itu bukan saja sebagai agent development tapi juga agent of employment. Efisiensi yang akan didapatkan dari proses integrasi itu adalah efisiensi dari layanan.
“Ibaratnya, kalau membeli sesuatu, satu dibandingkan lima tentunya yang lima akan menghasilkan sesuatu yang lebih efisien. Karena itu, akan kami dorong efisiensi dari layanan itu sendiri,” tegasnya.
Menurut Arif, meskipun nanti ada beberapa fungsi yang digabung, berkurangnya karyawan diusahakan secara alami.
“Kan karyawan juga ada waktu pensiun. Jadi kami secara tegas kepada teman-teman tidak ada pengurangan karyawan, itu yang selalu kita sampaikan kepada teman-teman, karena itu penting. Biasanya ada juga buntutnya soal kesejahteraan, juga tidak ada pengurangan kesejahteraan karena itu sebagai komitmen, sekali lagi pemerintah itu melalui BUMN tidak hanya sebagai agent of development tapi juga agent of employment, suka atau tidak,” tandasnya.
Arif menambahkan, integrasi Pelindo I-IV adalah cara pelabuhan membantu memperbaiki logistik.
“Caranya dengan memperbaiki layanan, tidak lebih dari itu. Goal-nya adalah memperpendek portstay satu kapal. Semakin pendek kapal di dermaga itu semakin mempunyai opportunity pendapatan uang lebih banyak. Jadi cara memperbaiki logistik dari sisi pelabuhan adalah perbaiki layanan,” pungkasnya. (mmt)