Pupuk Subsidi Langka Petani Bangsalsari Gunakan Pupuk Alternatif, Salahkah ? 

Pupuk Subsidi Langka
Keterangan : Petani Desa Bangsalsari Sugianto yang mengaku menggunakan pupuk alternatif

Loading

JEMBER –  Pupuk Subsidi Langka, Petani Desa Bangsalsari Kecamatan  Bangsalsari gunakan pupuk alternatif.

Menurut pengakuan salah satu petani di Kecamatan Bangsalsari, Sugianto mengatakan, pada akhir tahun 2021, saat tiba masa pemupukan, terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi.

“Lalu saya ditawari teman untuk mencoba gunakan pupuk buatan sendiri,” ujar Sugianto, saat ditemui disawah sedang panen padi. Kamis (24/3/2022).

Sutong, panggilan akrabnya mengatakan pupuk yang diberi temannya itu, lalu dicoba gunakan untuk memupuk tanaman padi,  sebanyak 1 kuwintal.

“Pupuk pemberian teman itu saya oplos dengan pupuk NPK jenis Phonska,  dulu kami menggunakan pupuk Urea, Phoska,” katanya.

Setelah penggunaan pupuk, yang seingat Sutong bermerk Union-16 itu, diperhatikan perkembangan tanaman padinya tidak kalah dengan penggunaan pupuk urea.

“Hasilnya, sampean bisa lihat sendiri, saya kira tidak kalah dengan penggunaan pupuk kimia bersubsidi,” ujar Sutong sambil menunjukkan tanaman padinya.

Pantauan Jempol, terlihat padi yang ditunjukkan Sutong memang tampak tumbuh subur, dengan buliran padi yang berisi.

Lebih lanjut, Sutong menjelaskan, penggunaan pupuk merk Union-16, sepertinya lebih efisien, murah dan relatif terjangkau.

“Bahkan kalau dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea seperti biasanya, bisa empat kali lebih murah,” tegasnya.

Belakangan, Sutong mendapatkan informasi jika pupuk merk Union-16 yang digunakannya, merupakan hasil produksi Kades Bangsalsari Nur Kholis.

“Untuk pupuk union ini, ya mendapatkan dari teman2 poktan. Kebetulan katanya yang punya pak kades. Karena pak kades itu membuat pupuk alternatif untuk tanaman tebunya sendiri,” ujarnya.

Mengetahui perkembangan tanamannya bagus, Sutong coba membeli lagi secara  patungan.

“Jadi bukan hanya saya yang menggunakannya, ada juga kawan petani lainnya,” ujarnya.

Dutanya soal harga pupuk union dipasaran, Sutong mengaku tidak mengetahui pupuk itu beredar di pasaran.

“Kalau masalah harga, saya kurang tahu, karena kami tidak membeli, kami hanya mengganti biaya produksi nya saja. Karena pupuk itu tidak dijual di pasaran. Hanya kita mengganti biaya produksinya,” tuturnya.

Belakangan beredar kabar bahwa pupuk itu disebarkan palsu, sehingga menurut Sutong kabar itu membingungkan.

“Untuk pupuk union ini saya tidak bilang itu pupuk asli atau palsu. Tapi bicara dengan kenyataan yang ada. Kalau palsu, padi bisa tumbuh jagung. Tapi nyatanya ini padinya bagus. Saya tidak berani bilang  kalau itu pupuk palsu,” tutupnya.

Untuk mendapatkan informasi lebih jauh, terkait pupuk Union-16 itu, Kepala Desa Bangsalsari Nur Kholis, sebagai pemilik pupuk itu belum bisa dikonfirmasi. (#)

Table of Contents