Jember – Jempolindo.id – Dikabarkan sebanyak 21 mahasiswa baru (maba) Fakultas Teknik Unej (Universitas Jember) mengalami stres, setelah mengikuti kegiatan ospek atau dikenal dengan kegiatan Pengenalan dan Pembekalan Mahasiswa Baru (P2MB).
Kegiatan ospek di tingkat fakultas itu dinilai terlalu berlebihan, diduga adanya praktek perpeloncoan (perundungan). Karena tugas yang diberikan keterlaluan, ditambah kegiatan dilakukan saat malam sampai dini hari.
Juga adanya tindakan verbal lewat ucapan yang dianggap tidak santun, sehingga berdampak pada psikis maba di Fakultas Teknik Unej.
Salah satu keluarga Maba Fakultas Teknik berinisial AW, mengatakan awal terungkapnya tindakan dugaan perpeloncoan itu. Saat dirinya mendapati kecurigaan pada keponakannya berinisial VV, yang beralasan mengikuti kegiatan ospek saat malam hari.
“Alasannya agar tidak mengganggu aktivitaa kuliah. Tapi selesainya dini hari sekitar pukul 3 subuh. Saya curiga, jangan-jangan pihak kampus tidak tahu. Karena harusnya kan kuliah diliburkan, kalau giat ospeknya semalam itu,” ujar AW saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Selasa (20/9/2022).
Kecerugiaan AW bertambah, katanya, saat si keponakan sampai jatuh sakit. Karena kegiatan ospek atau akrab disebut P2MB di Fakultas Teknik Unej itu.
Terlebih saat diperiksakan ke dokter, lanjutnya, si keponakan didiagnosa alami stres. Selama ikut kegiatan ospek sampai akhir Agustus 2022 kemarin.
“Dari sana terungkap, jika keponakan saya diduga mengalami perpeloncoan yang dilakukan panitia P2MB. Bahkan info yang saya tahu, maba yang mengalami hal sama termasuk keponakan saya. Totalnya ada 21 orang. Bahkan diagnosa sama,” ungkapnya.
Dari sejumlah peserta Ospek itu, diketahui ijin sakit.
“Ada yang demam bahkan diare. Setelah diperiksa, ternyata mereka juga stres,” imbuh AW.
Lebih lanjut AW menjelaskan, kegiatan yang dilakukan dalam P2MB mulai terungkap. Mahasiswa baru Fakultas Teknik Unej dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan anggota sekitar 10 orang tiap kelompok.
Tiap-tiap kelompok itu diberi tugas mendatangi kakak angkatan. Pada saat itulah, perundungan mulai terjadi. Mahasiswa baru diberi tugas tambahan. Jika tidak mampu menyelesaikan tugas tambahan itu, maka mereka tidak akan mendapat tanda tangan.
Tidak mendapat tanda tangan, artinya mahasiswa baru juga disebut tidak akan mendapat sertifikat P2MB.
“Hanya untuk memperoleh sertifikat sampai ada perundungan. Apa sih pentingnya sertifikat itu,” tegasnya.
Tidak hanya sampai di situ, AW juga berhasil mengetahui informasi lain dalam kegiatan P2MB itu. Ternyata mahasiswa baru tidak diperbolehkan berboncengan sesama Jenis.
Bahkan, mereka juga diminta agar memiliki model potongan rambut yang seragam. Mahasiswa baru juga dibentak oleh kakak tingkat.
AW, tidak percaya begitu saja dengan informasi yang diperoleh terkait P2MB itu. AW, berusaha terus menggali informasi lebih dalam.
Setelah dipastikan kebenarannya, AW kemudian melayangkan protes ke Fakultas Teknik Unej. Tidak lama kemudian, Fakultas Teknik membuat surat pemberitahuan.
Setelah protesnya ditanggapi, ternyata beredar isu bahwa panitia dan kakak angkatan di Fakultas Teknik Unej mengatakan tidak terima.
Karena itu, AW kemudian menyebarkan adanya dugaan perundungan dalam P2MB ke publik.
“Akhirnya saya viralkan saja, termasuk kami sampaikan ke media. Namun, saya akui, setelah kasus ini viral ada ancaman dari oknum mahasiswa di Fakultas Teknik Unej,” jelas AW.
AW berusaha mencari tahu, tentang adanya ancaman itu.
“Saya (juga) tanyakan ke alumni Fakultas Teknik Unej, ternyata itu tradisi yang masih dipertahankan. Hanya saja yang terjadi tahun ini sudah keterlaluan. Saya berharap Unej meniadakan kegiatan seperti itu,” imbuhnya.
Dari informasi yang dihimpun wartawan, kegiatan ospek tersebut memang tidak ada di agenda resmi fakultas.
Penyelenggaranya adalah BEM fakultas. Tema ospek tersebut adalah BEAT’ 22 ‘Aiming New Generation of Engineering Student’.
Saat dikonfirmasi ke pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Unej, Ketua BEM Bahtiar Nur Faizi juga tampak enggan memberikan klarifikasi.
Bahtiar mengatakan, terkait permintaan klarifikasi ataupun keterangan. Pihaknya telah menyerahkan informasi soal kegiatan ospek kepada pihak Humas Unej.
“Untuk soal itu mungkin bisa langsung ke Humas Universitas Jember (Unej) nantinya apakah diarahkan ke Fakultas nanti biar pihak sana yang menyampaikan,” kata Bahtiar saat dikonfirmasi melalui sambungan telpon.
Terkait kabar adanya kegiatan ospek di luar agenda resmi fakultas. Juga soal tindakan perpeloncoan yang menyebabkan protes dari pihak orang tua maupun keluarga maba.
Menurutnya, kabar dan informasi yang beredar tidak benar.
“Mengenai benar tidaknya berita itu. Tentu tidak benar itu mas. Terkait adanya berita itu, sudah kami serahkan ke pihak Unej,” ucapnya.
Namun demikian, pihaknya membenarkan jika di Fakultas Teknik Unej masih ada kegiatan ospek maba.
“Tapi untuk kegiatan Ospek di kampus kami tentunya ada. Juga sudah sesuai dengan jadwal dan aturannya. Untuk kegiatan maksimal sampai pukul 4 sore. Materinya pun materi biasa, tapi kalau mau jelas (rinci) bisa langsung ke pihak (Humas) Unej. Saya tidak bisa menyampaikan banyak,” ujarnya.
Rektorat Bentuk Tim Investigasi
Pihak Rektorat Unej langsung membentuk Tim Investigasi untuk mengungkap kebenaran kabar tersebut.
Menurut Wakil Rektor (Warek) 1 Universitas Jember Profesor Slamin, saat konferensi pers di Gedung Rektorat Unej, Selasa (20/9/2022).
Pihaknya mengaku tidak tahu dengan adanya kegiatan ospek yang dilakukan di Fakultas Teknik Unej itu.
“Kemudian sudah terekspos baru kami mendengar. Sehingga dari ini (tindak perpeloncoan saat ospek) kita melakukan langkah antisipasi ke depannya agar tidak terjadi lagi ke depannya,” kata Slamin saat giat konferensi pers.
“Kami pasti akan melarang kalau perlu menghentikan kegiatan (ospek yang ada tindak perpeloncoan). Karena masih banyak kegiatan-kegiatan positif yang lain. Yang lebih mengedepankan intelektual karena sekarang kan sudah era metaverse. Karena kami ingin mahasiswa lebih kreatif dan inovatif. Kami tidak akan tinggal diam, dan akan melakukan evaluasi menyeluruh,” sambungnya.
Sebagai langkah strategis yang dilakukan, lanjutnya, pihak Rektorat Unej membentuk tim investigasi. Dari beberapa orang bagian dari Unej.
“Untuk jumlah InsyaAllah ada 7 orang untuk Tim Investigasi ini, yang juga akan ada dari level atas (Pihak Rektorat) untuk pengarah dan pengawas langsung. Yang jelas dari semua unsur yang bisa bekerja secara independen dan profesional,” sebutnya.
Profesor Slamin menjelaskan, untuk tim investigasi bentukan Rektorat Unej itu. Pihaknya enggan menyebutkan secara rinci, namun diyakini bahwa anggota tim tersebut sanggup bekerja secara profesional dan independen.
“Kami sudah mengantongi beberapa nama dan kami jamin tim kami independen. Kami melibatkan beberapa unsur, dan bukan dari Fakultas Teknik. Karena kami ingin betul-betul (menjaga) konflik of interest, dan benar-benar independen. Yang pasti (Tim Investigasi) juga dari LP3M. Karena memang yang mengawal dan memonitoring evaluasi dari PK2M, juga disupport dari SPI (Satuan Pengawasan Internal),” bebernya.
“Juga ada dari Tim Hukum Unej yang lebih paham soal aspek hukum. Juga dari Pokja Kemahasiswaan. Karena tujuan (Ospek) ini untuk menumbuhkan bakat dan minat dari mahasiswa baru harusnya,” sambungnya.
Slamin menegaskan, tim investigasi itu, akan bekerja cepat dengan target menyelesaikan dan mengungkap kasus dugaan perpeloncoan dengan cepat.
“Untuk target kerja tim investigasi ini paling lambat satu minggu. Nanti akan kita sampaikan hasilnya. Karena ini kan tim internal, juga harus Cover both side (berimbang) dari sisi panitia ataupun sisi mahasiswa barunya. Karena untuk mahasiswa baru juga tidak hanya dari korban, tapi mungkin dari maba yang lain. Untuk mengetahui lebih lanjut soal giat Ospek itu. Juga (meminta informasi) dari dekanat (Fakultas Teknik),” tandasnya. (Fit)