Jempolindo.id – Ada ada saja ulah Nitizen, menanggapi polemik Ijasah Jokowi, muncul status di media sosial merubah singkatan UGM (Universitas Gajah Mada), menjadi Universitas Grup Mulyono.
Sindiran Nitizen, seolah menyoal integritas UGM, sebagai perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Pasalnya, UGM kian terseret terlalu jauh ke pusaran konflik ijasah palsu milik Presiden RI ke 7, Joko Widodo.
Permasalahan itu mencuat, sejak tahun 2022, ketika Bambang Tri Mulyono menyoal keaslian Ijasah ayah Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka.
Bambang Tri Mulyono, harus berhadapan dengan hukum, hingga pada tahun 2023, Hakim Pengadilan Negeri Solo telah menjatuhkan vonis bersalah, dengan dakwaan menyebar berita bohong.
Bambang Tri harus menerima ganjaran hukum kurungan 6 tahun penjara.
Bersama Sugi Nur Raharja (Gus Nur), yang mengundang Bambang Tri sebagai narasumber di Podcast Channel YouTube 13 Official.
Polemik itu terus bergulir, mengundang banyak pihak berkomentar, hingga melakukan aksi.
Kabar terbaru, alumni UGM, diantaranya Roy Suryo, dr Tifa dan Rismon Sianipar, mendatangi kampus UGM, bermaksud mengklarifikasi keaslian Ijasah Jokowi.
Kehadiran mereka ditemui Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Wening Udasmoro, yang didampingi, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, dan Alumni.
Melalui vidio yang beredar, pada kesempatan itu Wening, menjelaskan bahwa Jokowi telah menjadi Mahasiswa UGM sejak tahun 1980, dan diwisuda pada tanggal 5 Oktober 1985.
Wening sempat kepleset menyebut nama Fakultas, tempat Jokowi pernah menempuh kuliah.
“Nama Jokowi tercatat pernah kuliah di Fakultas Kedokteran (seharusnya Fakultas Kehutanan),” Wening segera merubah pernyataannya, namun potongan vidio itu menyebar melalui platform media sosial.
Pernyataan Wening, malah direspon publik bahwa UGM telah menjadi bamper Jokowi, kesannya UGM justru melindungi Jokowi, daripada memberikan informasi yang sebenarnya.
Informasi yang disajikan pihak UGM, dianggap memperkuat hipotesa Rismon Sianipar, yang memastikan bahwa ijasah Jokowi palsu.
Rismon menyoal tesis Jokowi, diantaranya penggunaan font Times Roman yang dianggap tidak lazim pada era itu, tanpa tanda tangan dosen pembimbing, dan kesalahan penulisan nama salah satu dosen penguji.
Sebagai Alumni UGM, Rismon merasa malu, sehingga dirinya terus bergerak memaksa petinggi UGM bersikap jujur, membeberkan fakta sebenarnya, bukan malah melindungi Jokowi.
Tim Pembela Ummat dan Aktivis (TPPU) juga turut bergerak menuju UGM, dengan maksud yang sama, meminta klarifikasi dari para petinggi UGM. Mereka juga tidak menemukan jawaban yang pasti, hanya narasi tanpa pembuktian yang jelas.
Mereka lalu mendatangi rumah Jokowi, meminta agar mantan presiden itu sudi menunjukkan ijasah aslinya.
Sayangnya, Jokowi tidak berkenan menunjukkan. Meski sebelumnya kepada sejumlah wartawan, Jokowi menunjukkan ijasah, walau tidak memperkenankan wartawan mengambil foto ijasahnya.
Sikap Jokowi sama sekali tidak menunjukkan sebagai seorang negarawan yang bisa ditauladani. Sebenarnya, kata Amin Rais, cukup Jokowi menunjukkan kepada publik ijasah yang dimilikinya, maka persoalan ini segera selesai.
Keadaan semakin parah, dengan kehadiran Ketua Umum GRIB Hercules, yang pasang badan membela Jokowi.
Kian menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa didekati dengan pandangan akademik, melainkan sudah menggunakan gaya preman dan kekuasaan absurd.
Kini, kabarnya Jokowi akan melawan melalui jalur hukum, dengan menggugat orang orang yang telah menyoal ke absahan ijasahnya.
Tentu, untuk kepentingan terbukanya permasalahan ini, keinginan Jokowi menggugat lewat jalur pengadilan, patut didukung.
Semoga saja, Jokowi bersedia menunjukkan ijasahnya di hadapan pengadilan, dan tidak malah membuat kekisruhan baru. (#)