Jember_ jempolindo.id_ Radikalisme dan Terorisme merupakan dua isu penting yang masih dianggap perlu diwaspadai. Untuk menggalinya lebih dalam, Jempol mencoba berbincang bersama Pembina Kader Bela Negara Kabupaten Jember melalui metode tatap muka dan wawancara lewat phone seluler.

Salah seorang Pembina KBN Kabupaten Jember Miftahul Rahman, menjelaskan Pengertian radikalisme seperti tertuang dalam situs Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki tiga arti. Radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, atau sikap ekstrem dalam aliran politik.
Selain itu, pengertian radikalisme yang lain adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Dengan pengertian radikalisme tersebut, maka Anwar menyatakan penyebab paham tersebut muncul adalah ketidakadilan, diskriminasi, dan sifat tercela.
“Pengertian radikalisme dan wujudnya di masyarakat bisa dihilangkan, bila praktik yang tidak terpuji tersebut tidak ada lagi. Masalah radikalisme juga bisa dihentikan dengan peran aktif dan kerja sama dari seluruh pihak,” kata pembina KBN Jember yang juga aktivis Jember itu.
Sedangkan Terorisme, lanjut Cak Memet, adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.
“Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta sering kali merupakan warga sipil,” jelasnya.
Mengingat bahayanya kedua gerakan destruktif itu, menurut pria yang akrab dipanggil Cak Memet itu, KBN Jember yang berdiri sejak tahun 2015, beranggotakan 17 orang telah melakukan strategi untuk melakukan cegah tangkal radikalisme dan terorisme, diantaranya melakukan kerjasama dengan Bakesbangpol Jember untuk melakukan pembentukan KBN di lingkungan pendidikan setara SMA seluruh kabupaten Jember.
Dilingkungan Sekolah :
Cak Memet mengklaim tak kurang dari 15 ribu siswa SMA se kabupaten Jember yang sudah mengikuti pelatihan KBN.
“Anak anak muda itu diharapkan akan menjadi agen bagi upaya menekan tumbuhnya radikalisme dan terorisme,” tegasnya.
Cak Memet juga menjelaskan, anggota Pembiba KBN Jember terdiri dari berbagai unsur, diantaranya Guru, Kepala Sekolah, Polisi, TNI, aktivis LSM, dan Ormas.
“Mereka terus bergerak diruang dan bidangnya masing – masing, dengan pola menyebar luaskan semangat nasionalisme,” katanya.
Kerja Bareng Bakesbangpol Jember
Pembina KBN Jember Ahmad David yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang di lingkungan Bakesbangpol Jember membenarkan sejak tahun 2015, bekerjasama dengan Kementrian Pertahanan, Bakesbangpol telah mengikut sertakan 17 orang dari berbagai elemen untuk mengikuti pelatihan Kader Bela Negara di Trawas Mojokerto selama tiga bulan.


“Hasil dari pelatihan itu maka ke 17 orang itu kemudian menjadi Pembina KBN di Kabupaten yang terus bergerak secara sukarela menanamkan semangat bela negara,” tuturnya.
Perlu Kurikulum Pendidikan :
Tulus Wijaya, Pembina KBN Jember yang berprofesi sebagai Guru di SMP Negeri 7 berpendapat upaya melawan Radikalisme dan Terorisme harus dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masive.


Tersetruktur maksudnya adalah pengembangan kurikulum pendidikan cinta tanah air harus disesuaikan beberapa hal, Jenjang pendidikan dan usia peserta didik, Kondisi sekarang yang relevan, Kondisi budaya lokal.
“Jika tidak, maka di era globalisasi dimana akses informasi yang sangat terbuka berpotensi menularkan radikalisme dan terorisme dengan gampangnya,” pesan Tulus.
Secara sederhana tulus mencoba melakukan diklat kepemimpinan dan Bela Negara di tingkat Organisasi Siswa (Osis).
“Siswa yang sudah kami diklat diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan penyebar rasa nasionalisme pada kawan kawan seusianya,” katanya.
Menurut Tulus, kondisi sekarang
akses ilmu dan informasi sangat terbuka, siapa saja bisa jadi pemberi ilmu dan penebar informasi.
“Ilmu yang diberikan bisa menjadi doktrin mengarah ke radikal dan terorisme,” katanya.
Karenanya, kata Tulus ilmu pengetahuan tentang nasionalisme dan cinta tanah air wajib diberikan sejak dini, harapannya akan menjadi Filter untuk “akses” ilmu yang sangat terbuka seperti sekarang.
” Cinta tanah air harus sudah terdoktrin mulai sejak Pendidikan usia dini, Hal ini penting untuk bangsa kita yg plural. Ini pandangan saya dari segi pendidikan,” tegasnya.
Sumbangsih Aktifis FKPPI :
Pembina KBN Jember Nunuk Karyawati membenarkan, gerakan KBN Jember secara intensif terus menyebar luaskan upaya membangun semangat nasionalisme terutama dilingkungan Pendidikan.
“Dengan semangat kebersamaan, kami terus bergerak memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menanamkan rasa nasionalisme,” tegas Perempuan Aktivis FKPPI Jember itu.
Nunuk mengaku masih menjadi pelatih KBN di salah SMA Negeri 1 Tanggul Jember. Upayanya itu diharapkan mampu menjawab tantangan merebaknya radikalisme dan terorisme.
Materi yang di ajarkan diantaranya Cinta Tanah Air, Wawasan Kebangsaan dan Pancasila. Menurutnya, melalui penanaman materi dasar KBN itu siswa sejak dini sudah memiliki kesadaran untuk turut serta memerangi segala bentuk ancaman kepada negara, seperti terorisme dan radikalisme.
“Disamping melakukan pendekatan melalui jalur pendidikan, kami juga melakukan komunikasi dengan para tokoh masyarakat,” ujarnya.
Jangan Jadikan Agama Sebagai Kedok
Mahin, Pembina KBN Jember yang kini menjadi Kepala Sekolah di MTSN Balung juga mengaku juga melakukan upaya penanaman nasionalisme dilingkungan sekolah yang dipimpinnya melalui materi yang bersifat dialogis.
“Kami merasa perlu menanamkannya kepada peserta didik rasa cinta tanah air, jangan sampai gempuran globalisasi dan berbagai ancaman baik dari dalam maupun dari dalam akan mengikis semangat nasionalisme,” katanya.
Terlebih, kata Mahin, Radikalisme dan Terorisme seolah melekat kepada ajaran agama islam. Seolah ada tudingan bahwa pelaku teroris itu disebabkan keyakinan ajaran agama islam.
“Ini tidak benar, justru Agama Islam telah mengajarkan agar para pemeluknya mencintai tanah air, hubbul waton minal iman, jelas itu,” tegasnya.
Bela Negara Tanggung Jawab Bersama
Begitupun yang dilakukan Edy Purnama, sebagai Pembina Kader Bela Negara yang tugaskan Polres Jember, Edy juga terus bergerak mengoptimalkan tugas yang diembannya dengan melakukan berbagai strategi baik melalui kegiatan yang melekat dengan kedinasannya sebagai anggota polisi maupun sebagai masyarakat yang sadar akan tanggung jawabnya kepada negara.
“Sebagai anggota Polri tentu saja saya terikat dengan sumpah jabatan, dan sebagai warga negara saya juga punya kewajiban untuk membela keselamatan negara dan bangsa,” katanya.
Edy juga mengajak semua stakeholder dilingkungan yang bisa dijangkaunya untuk terlibat aktif dalam upaya menanamkan cinta tanah air, melalui berbagai agenda Edy coba berinovasi agar rasa nasionalisme mudah tertanam.
“Kita memang musti bersama – sama melawan segala bentuk ancaman keamanan dan keselamatan negara, melalui strategi pendekatan yang masive kepada seluruh lapisan masyarakat, maka kita yakini tidak akan ada celah berkembangnya ideologi yang akan menumbuhkan pemikiran radikalisme dan terorisme,” tandasnya.
Malah, Edy juga berupaya mencarikan jalan keluar bagi pemuda yang menganggur dan membutuhkan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
“Bagaimanapun kita harus sadari bahwa pengangguran juga merupakan celah masuknya ideologi yang berpotensi destruktif,” jelasnya.
Edy juga menjelaskan, gerakan Pembina KBN Jember praktis dilakukan tanpa anggaran dan biaya dari negara, semua dilaksanakan atas kesadaran para pembina KBN.
“Kami hanya melaksanakan tanggung jawab kami, meski tanpa dukungan anggaran sekalipun. Alhamdulillah, semua berjalan sebagaimana kita harapkan,” tegasnya.
Bansos Bagi Rakyat Tak Mampu
Lain halnya dengan H Agus Eko Setiawan MSi, Pembina KBN Jember ini bekerja sebagai Kepala Tata Usaha di MTS Negeri 1 Jember, juga kader FKPPI Jember yang kini aktive membantu sebagai Kabag Keungan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Jember.
Kerja bareng Baznas, Kata Agus juga merupakan upaya Pembina KBN Jember dalam melaksanakan tanggung jawabnya membela kepentingan negara melalui kegiatan sosial.
“Formula yang dikembangkan bersama Baznas Jember mencoba menanggulangi masalah sosial yang masih kita temukan dilingkungan kita, diantaranya bantuan kepada fakir miskin, janda tak mampu, dan upaya mendongkrak perekonomian masyarakat,” tuturnya.
Sebagai Kabag Keuangan Baznas Jember, Agus bertanggung jawab atas semua kegiatan yang menjadi program Baznas.
Kini, banyak kelapangan untuk memantau pelaksanaan bedah rumah dan sanitasi dalam rangka membantu mendongkrak IPM Kab Jember.
Dari Out Bond Hingga Rumah Tak Layak Huni
Mukti Ali, Pembina KBN Jember dari unsur TNI AD yang kini masih aktif bertugas Sebagai Danron Yonif 527 Lumajang itu memiliki kemampuan Out Bond yang dipergunakannya untuk menanamkan jiwa kepemimpinan dan Cinta Tanah Air.
“Kita ajak anak anak muda mencintai tanah air dengan cara memberikan materi game dalam out bond, saya kira cara itu bisa lebih mudah tertanam dalam jiwanya,” kata Mukti Ali.
Disamping itu, Mukti disela sela kewajiban dinasnya, juga memanfaatkan waktu untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dengan program Rumah Tidak Layak Huni.
“Kita turun ke masyarakat untuk memahami kondisi masyarakat yang berada di pedesaan, sehingga tak mudah dimasuki provokasi orang – orang yang tak bertanggung jawab,” tandasnya.
Gerakan Kebudayaan :
Diyakini, gerakan Kebudayaan menurut Pembina KBN Moh Soheh merupakan cara yang cukup efektif dalam menanamkan rasa cinta tanah air.
Terdapat sekurang – kurangnya 16 perguruan pencak silat Cimande di wilayah kabupaten Jember yang berada dalam bimbingan nya.
“Kita tahu pencak silat adalah budaya bangsa yang sudah sepantasnya kita lestarikan. Kegiatan bersama perguruan pencak silat disamping menghibur, berolah raga juga mampu menanamkan rasa nasionalisme melalui upaya pelestarian budaya leluhur,” katanya.
Aktivis Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Jember itu menegaskan melalui upaya pelestarian budaya bangsa terbukti mampu menekan berkembangnya faham radikalisme .
“Pada ujungnya kami berharap gerakan radikalisme dan terorisme mampu ditekan sampai ke akar akarnya,” tegasnya. (Penulis : Gilang Gibran Alfikri)