Jember, Jempolindo.id – Peran Bulog Jember melemah, hingga tak bisa tanggulangi anjlognya harga gabah, terutama saat panen raya.
Pantauan anjlognya harga gabah di level petani, hingga mencapai Rp 4.500,-per kilogram, dari ketentuan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Baca juga: DPRD Jember Bentuk Pansus RPJMD 2025 – 2030, Widarto: Selaraskan Dengan Kebutuhan Rakyat
Meski, Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto mengapresiasi peran Bulog, yang sudah mentargetkan serapan gabah petani, hingga mencapai 59 ribu ton.
“Namun, kami minta Bulog memperketat pengawasan, karena ada indikasi kelompok tani tertentu yang memonopoli pasokan gabah,” kata Candra.
Selain itu, Candra juga meminta Bulog memperketat quality control, terhadap pasokan gabah.
“Ada juga pemasok, yang nakal, gabahnya kotor, banyak batang padi yang ikut,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu, mengaku mendapatkan laporan dari petani di Kecamatan Kalisat dan Kecamatan Ledokombo yang mengkhawatirkan gabahnya tidak dapat terjual.
“Memang saat ini panen raya pertama dari 39.000 hektar luasan lahan yang ada dengan hasil sekitar 59.000 ton gabah mempengaruhi harga jual. Di Kalisat ada informasi harganya sampai Rp 4.000,-/kilogram, di Ledokombo Rp 5.000, perkilogram,”Jelasnya Kamis (10/4/2025).
Swasta Tolak Bermitra Dengan Bulog
Namun demikian sambung Candra, jangan sampai pihak bulog membatasi serapan gabah petani.
Justru saat ini momentum Bulog menyelaraskan instruksi Presiden no 6 tahun 2025 tentang pengadaan dan pengelolaan gabah, untuk tujuan ketahanan pangan nasional swasembada pangan.
“Kendala saat ini bagi Bulog adalah, banyak mitra perusahaan bulog yakni penggilingan gabah yang tidak bisa optimal memproduksi gabah. Sementara dryer yang dimiliki Bulog terbatas jumlah produksinya,”imbuhnya.
Ditambah lagi, kata Candra, petani terkendala keterbatasan kepemilikan lahan untuk mengejar pengeringan gabah secara swasembada. Akibatnya, anjloknya harga gabah ini disebabkan persoalan yang kompleks.
“Ya harus bagaimana lagi, lembaga Bulog satu-satunya yang ditunjuk negara untuk menjaga stabilitas harga gabah. Jadi apapun kondisinya harus tetap mengikuti instruksi Presiden RI,” tandasnya.
Fungsikan Resi Gudang Milik Pemkab Jember
Mengacu dari pengalaman tahun ke tahun, peran Bulog tetap tidak sanggup menanggulangi pengendalian harga gabah di level petani.
Karenanya, Candra telah berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Jember, untuk memfungsikan Resi Gudang, yang ada di Desa Wirowongso Kecamatan Ajung.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Disperindag, menjajaki kemungkinan memfungsikan Resi Gudang milik Pemkab Jember,” ujar Candra.
Dengan adanya Resi Gudang, ketika harga gabah anjlog, maka petani untuk sementara dapat menitipkan hasil panennya.
“Sehingga, nanti jika harga sudah stabil, petani dapat menjualnya kembali,” ujar Candra. (Slmt)